Selasa, 04 Desember 2012

PENYAIR (puisi Iverdixon Tinungki)



tanah air penyair katakata
jangan temukan ia di atas atau di liang tanah
di udara pun ia tak ada
di laut atau di danau tak kau temukan jejaknya

lalu dimana sesungguhnya ia. Ia nafas dari katakata
hingga kematiannya kematian katakata
ia udara katakata memenuhi rongga dada
laut katakata menerjemahkan amarah dan rahasia
kedalaman pengertianpengertian. Danau katakata penghiburan
bagi penat dan siasia. Kerena penyair itu air mata

ia menetas di doa malam dan pagi ibu
berderai di hati para kekasih. meraung luka
di perih kaum tertindas. di peluh buruh dalam keadilan yang tertikam
ia mengerang sepanjang malam, hari, bulan, tahun, abad dan millennia
ia kekasih kepedihan

PUISI NATAL: ANTARA BETLEHEM DAN HATI KITA


ANTARA BETLEHEM DAN HATI KITA

KARYA: Iverdixon Tinungki

Bila yang kau petik di pucuk natal hanya kisah
Apa yang kau sarungkan di hatimu
Untuk suatu ketika kau acung sebagai pedang
Ketika duka atau musuh menghadang nafasmu
                                                     
Pada rembang malam,  pagi, jelang petang
Bukankah natal sebuah ladang
Tak  saja burungburung membutuhkan gabah
Manusia pun hidup dari bijibiji putih maknanya

Kamis, 22 November 2012

BUTUH LITURGI NATAL TEATERAL?

Ingin suasana perayaan Natal tampil dengan cara yang tak biasanya? Banyak orang memilih liturgi yang lebih akrab dan bersahaja, dipenuhi nyanyian, puisi dan lakon reflektif. Liturgi semacam ini disebut liturgi teateral.

Minggu, 11 November 2012

ANTARA KALAMA KAHAKITANG (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


antara Kalama Kahakitang ombak itu abadi
di depan, Awu seperti raksasa berdebu
di belakang, Karangetang terus gemuruh

berapa abad arus ini menjadi kitab
kini kubaca dalam sejarah enam kerajaan
dimana laut adalah guru
tak saja mengajar lumbalumba berburu
juga keberanian hiu pelautpelautmu

lalu di seratserat air laut ini
bukankah matahari selalu menggambar bininta
membui dan menderu dalam geriapan suara tambur
dari para pemukul yang mengantar pemberani bertempur

MENDAKI PUNGGUNG KALAMA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


mendaki ruang renung
surga itu setinggi apa?
bila lebih tinggi dari punggung pulau ini
bagaimana aku mendaki

di bawah pulau
samudera memancarkan kemilau
citacita anak pulau
menghijau di pucuk bakao

DALAM MANTRA TABUKAN (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


bukankah sejak tercipta
bumi dan langit tak berkelamin
entah kapan saman aklamasikan ia ibu
dan kini kubaca elokmu

saat kuhidu harum baitbaitmu kutemukan pohon
melebatkan hutanhutan ditakbirkan sasambo
hujan pun turun berbau perempuan
menuliskan api punya vagina dan agamanya

MENGENANG BATAHA SANTIAGO (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


ia tak kembali dengan peluru dan bara
meski yang memerah di dadaku bernama darah
kisah boleh lisut di saku sejarah
tapi siapa yang mampu membuat semangat jadi tua

seperti keyakinan ombak yang terus memukul tanjung ini
mengabar pesta samudera tak pernah usai
merayakan kemenangan Batumbakara
baunya seperti melati
menenggelamkan beberapa armada musuh
tenggelam di dadaku yang rindu kobaran api
di wajah purnama
yang merondai teluk dan tanjung ini
dalam kisah moyang itu

ZIARAH ARANGKAA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


ke sini
ke bumi yang di atasnya
langit selalu perkasa
dengung nanaungan
erang mata gadis
menyimpan bara
belum seabad moyangnya
bersimbah darah

di liang hatinya
nenek menyanyikan lirik kukumbaeda
tanah merah menyimpan panas
keberanian Larenggam
terpahat tak saja dilantai bumi samuderanya
juga pada detak nafas
menolak tunduk pada belanda
kerena tunduk itu berhala

SENJA DI PANTAI RAINIS (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


Korakora dulu melepas sauh
di senja seperti ini
lelakilelaki akan turun
mengisahkan benua lain
di balik kabut mata anak pesisir

seperti pasir
anakanak berhamburan ke laut
mengejar kisah perahu tiang tinggi
layar buncit oleh angin
riuh bandar, bauh arak
dan keperkasaan datu

MEMANDANG BATU HAKI (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


berlayar ke utara
mendaki ketinggian sasahara
berapa ombak memukul tebing batu itu
hitam, kokoh seperti para Bahaning
pantang roboh

pedang dan perahu naga
telah mengasah ketajaman
naluri manusia pulau
sejak dulu, seperti batu bersusun
tak luluh pada gemuruh
taufan abad juga sejarahnya

KETIKA AKU DI PUNCAK SALURANG (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


puncakpuncak bukit menjulang ini
memacak menara resik sasamboku
beberapa irama datang menenun panji
perempuan dan bocah punya laguan sendiri

laguan itu memerahkan Rimpulaeng
di mana di sini setiap doa punya daun
                        setiap irama punya tarian
                        setiap ketukan punya jiwa

dari ritme ke ritme lengking sasambo mendaki
mendaki ketinggian Lampawanua di pucuk rimbah
di puncak hati penari perempuan agung membangunkan laut
menyambut langit turun menahbiskan moyang

MIANGAS (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


leluhur ketapang tak lupa pada Lorca
mengajar pelautnya Los Cuatro Muleros dan Sevillanas
meski sebuah monumen beton terpacak mengubur Pardao
begitu Miangas tak lupa cantiknya dimasa Las Palmas

kadetkadet kapal layar Spanyol adalah penari                                                                                                 
di tengah api yang dinyalakan udara Pasifik
rancak Vihuela De Mano dipetik semarak ombak
dalam seruanseruan Paradiso yang agung

OMBAK AMBORA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


Perjalanan bersama Rimata Narande

melintasi Ambora, ombak itu telah tua
memucuk seperti puisi purba Geme
juga mata gadis penanti jemputan ziarah
gelisah laut ini telah menempah segala

pen perahu dari pasa, lunas kayu tua
dirapal mantra air melati, katamu laut itu kekasih
berapa surut, berapa pasang buat aku mengayuh
hingga tiba di tawamu sebening angkuh laut ini

SAJAK KORAKORA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


ibu selalu bangun lebih pagi dari matahari
juga sebelum Adzan Subuh menggemah
Tuhan lebih dulu terjaga oleh doanya
kendati semalaman, anaknya memetik kisah di hatinya

seperti perahu korakora tak takut pada ombak
kerena lunas dan tiang utama di bangun dengan doa
arus samudera tak membuatnya letih
sekali terpacak, kemudi harus diarah dengan cakap
dalam angin mati pun korakora harus bergerak

PESISIR BALEHUMARA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


aku tiba berharap mencium Belehumara
bau bidadari turun dari perahu sebuah abad
derap penari,  istanah kembang melati
mencumbuku. bibirnya ranum muram masa lalu

saat kau tuang samudera dalam gelas
kusesap nyeri ampas sejarahku, juga sejarahmu
di depan, pulau Ruang mengapung. ada jejak pisau
darah hitam mengguris di kening laut tua itu

KETAJAMAN BARA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


buat: Djouhari Kansil

persoalan kita masa kini
bukan lagi mengasah Bara

atau kepada siapa
ketajaman itu ditebaskan

kepada siapa
perang itu dikobarkan

Jumat, 02 November 2012

Naskah Drama Natal Pria Kaum Bapa Nazaret Tuminting


KOMEDI BAHASA MANADO

KAMAR TERAKHIR
KARYA : IVERDIXON TINUNGKI



LOBI SEBUAH PENGINAPAN
SUASANA MENJELANG NATAL


ONDOS, SANG OFFICE BOY SEDANG MEMBERSIKAN RUANGAN LOBI. IA TAMPAK GEMBIRA DAN NGOCEH SENDIRI TENTANG MAJIKANNYA YANG KIKIR, HOBI KREDIT, MATA DUITAN…DSB.  TAK BEBERAPA LAMA MUNCUL MAJIKANNYA ENGGO.

DRAMA NATAL

Ingin mementaskan drama saat Natal?

Banyak naskah drama bertema Natal yang sudah ada. Tapi tempat pementasan yang kecil atau terlalu besar menjadi persoalan untuk naskah tersebut disesuaikan. Persoalan lainnya adalah mencari naskah yang sesuai dengan tema perayaan Natal di tempat masing-masing. Bila membutuhkan bantuan untuk mendapatkan naskah yang anda inginkan hubungi HP: 085343976992. Moga saya bisa membantu anda atau menuliskan naskah baru sesuai keinginan anda.

PUISI NATAL

Mau membacakan puisi pada saat perayaan Natal?

Bila kamu kesulitan mendapatkan naskah puisi yang pas untuk kamu bacakan, mungkin saya bisa membantu anda untuk menuliskannya untukmu dan sesuai dengan tema perayaan Natalmu. Hubungi HP: 085343976992. Tuhan Yesus Memberkati

Kamis, 01 November 2012

BURUNGBURUNG LAUT (puisi sangihe)


BURUNGBURUNG LAUT

burungburung laut berumah di hati nelayan
menggegaskan dayung memburu geriapan ikan
tak pandang angin buritan atau haluan
berpacu seakan kemenangan

berapa ekor kau bawa dalam kisah sejarah?
bahari tak sekadar dentuman meriam
samudera taman hidup nan elok
itu sebabnya genghona meluaskannya
seluas hati yang selalu sulit ditebak
selain dicintai tanpa menghitung jerih lelah
 juga makna

TONASE SEKE (puisi sangihe)



TONASE SEKE

asin samudera
begitu darah Tonase
juga ombak, juga arus itu

orang pulau adalah serdadu
kerena nasib tak henti mengadu

malam ketika kota tidur
dada Tonase berdebur
tangannya beranyun menyibak udara
 gelap pun runtuh
jutaan kunangkunang air
berbagi cahya ke langit tujuh

MEMINANG GADIS PULAU (puisi sangihe)


MEMINANG GADIS PULAU

kemboja tua
di puncak pulau
melepas semua wanginya
saat dikalungkan anak gadisnya
yang akan dipinang

setangkai terselip di rambutnya
memancar lima cahaya indah banua
indah dirinya dilangir moyang
hingga langit pun runtuh di matanya

kebaya dari tenunan, kofo
mendekap semua warna masa purba
juga samudera yang mencahayakan kini
itu warisan neneknya
budaya yang tahu persis
detakan nadi air laut
pada setiap musim
hingga cinta kini tiba
seperti waktu pasang mengganti surut
pada setiap lempengan cahaya bulan

BERPERAHU DARI PARA (puisi sangihe)


BERPERAHU DARI PARA

jiwa pulau penuh dalam sope
racikan nenek moyang sajak intan
karena perahu dan laut
adalah sepasang kekasih
pelayaran pun dimulai

aku mengangkut kekasih
matanya dena ombak tua
mengisah,
bentangan laut di depan ini
tak lain cinta sejati

Selasa, 30 Oktober 2012

Drama kontemporer Natal 'KATA MATI'


Drama kontemporer Natal
KATA MATI
Ketika Kata Kehilangan Makna
Naskah karya: Iverdixon Tinungki
(dilarang dipentaskan tanpa seizin pengarang. Ktk: 085343976992)
Pemain:
LELAKI
ANAK
MAMA
PELARIAN
PENGEJAR
Pembuka:
Menuju panggung kata. Lelaki dalam detak hatinya. Anak menuju ritus perjamuan. Para peziarah dan lagu pengharapan.

Sastra Nusa Utara


Sajak-Sajak Iverdixon Tinungki

BERPERAHU DARI PARA

jiwa pulau penuh dalam sope
racikan nenek moyang sajak intan
karena perahu dan laut
adalah sepasang kekasih
pelayaran pun dimulai

aku mengangkut kekasih
matanya dena ombak tua
mengisah,
bentangan laut di depan ini
tak lain cinta sejati

pagi menyebar kabutnya
di teriakan tonase
mengarah kemudi lewati Lawesang
seakan masa depan penuh karang
tak saja nafas, hidup pun bergantung
pada haluan

puncak pulau kami tinggalkan
di sana beberapa bintang kursih berjaga
terangnya tak pernah hilang
itu utara moyangmoyang
memandu perahu pergi dan pulang

Kamis, 11 Oktober 2012

Kekejaman Kaisar Nero, Refleksi Kemenangan Iman


Nero adalah kaisar keenam Roma yang memerintah pada 54-68 M. Ia memerintah selama 15 tahun. Ia adalah sebuah paradoks - seorang yang sangat kreatif digabung dengan sifat yang jahat serta kekejaman yang luar biasa.

Minggu, 07 Oktober 2012

5 Sajak Iverdixon Tinungki Untuk Antologi Pinangan


TELUK DAGHO

berapa puteri mandi di sini
hingga lembah dan gunung
berlapis menyimpan wangi
bakao air payou
kerikil cangkang siput
mensajakkan cahaya
teluk sewarna perak
dalam kitab kemaharayaan
kedatuan Manganitu
Inilah lembah selatan jazirah raja
Tari benko mengacungkan pedang
saat laut menarikan perang Kora
dalam keberanian naga

BANDAR JENGKI (puisi Iverdixon Tinungki)


selalu saja berawal dari cerita kali agar waktu kita tak tercecar
di muara sejarah bermula, mengarung atau mengendap
abad-abad adalah perantauan  tak pernah usai
cakrawala senantiasa mencipta yang baru
mengaburkan bandar yang dulu kita labuh

kita akan mengenang jengki, kali yang tenang
perempuan dengan pinggul mengangkang
dalam sejarah leluhur Toar Lumimuut dan pelaut utara selatan
di hening kita mendengar Adzan dari muadzin yang baru datang

DOA MENJELANG 50 TAHUN (puisi Iverdixon Tinungki)


Tuhan
perdamaikan aku
dengan hatiku
yang tak bijaksana ini

di lereng bukit kecil
rumahku tak luas
luaskan hatiku
menikmati matahari
senantiasa terbit
di pagi hari

ketika aku memandang laut
apa yang Kau inspirasikan
pada gelombang
yang membui dan menghempas
selain ketabahan pasir
menerima hujaman
aku belajar pada ketakletihan
beri aku kekuatan
di tengah waktu yang berkejaran

DIALOGIA HATI (puisi Iverdixon Tinungki)


Aku menikahi gitar dan hujan di pagi dan senjaku
Seperti benang tipis rapuh di antara aku dia dan kau
Dalam musik aku melatunkan kematian
Menunggu lobang untuk diisi
Seperti hujan terhempas pecah
kemudian menyatu dalam tanah

KALAWIREN (sajak iverdixon Tinungki)


Bau danau
di atas barisan kebun terong
Mengabadikan minahasa
dengan bukit yang berkisah
Abadabad megah dan dramtis
Injil yang tiba di sebuah pagi

ZIARAH MALAM (puisi Iverdixon Tinungki)


Aku mengziarahi malam
Adakah senyummu
pada warna kelam ini

langit sunyi
Bau kemboja
dingin yang asing
Mengerat senja
terlepas dari tangkainya
tergeletak pada diam matamu
meretakkan makna setiap kata
yang ingin meraih hatimu

THE ANGEL (puisi Iverdixon Tinungki)


 
o... malaikat
inilah malam ilham yang liar
tergeletak aku di liang spiritual Hans Zimmer
kadang berlari menyibak kegelapan
nadanada mistis James Horner
jane...seolah bumi yang runtuh
terangkat dan pecah beterbangan

Jumat, 28 September 2012

CAHAYA CINTA (puisi Iverdixon Tinungki)


dalam enya langit luas itu
mendakikan semangat terbang
menyongsong angin berhamburan
nada melengkung dalam warna perak
ia menyibak legam
dari raung dan erang
sebuah malam

Minggu, 15 Juli 2012

BILA AKU MENULISKAN HUJAN


bila aku menuliskan hujan
karena kutemukan senyummu
pada pecahanpecahan air
di jalanan ini

kabut buram
bunyi halilintar
atap-atap yang mendenting
seperti resital daundaun
menyanyikan puja
pada langit yang menaungi
suaraku memanggilmu

BILA AKU MENULISKAN HUJAN (Puisi Iverdixon Tinungki)


bila aku menuliskan hujan
karena kutemukan senyummu
pada pecahanpecahan air
di jalanan ini

kabut buram
bunyi halilintar
atap-atap yang mendenting
seperti resital daundaun
menyanyikan puja
pada langit yang menaungi
suaraku memanggilmu

Jumat, 29 Juni 2012

Festival Puisi Sulawesi Utara 2012

Pekan Festival Puisi Sulawesi Utara 2012 yang berlangsung selama 3 hari sejak Kamis, (21/6) ditutup Sabtu, (23/6) malam. Acara seni yang bertajuk MTC Menyair yang diselenggarakan di Atrium Mega Trade Centre (MTC) Megamas Manado, bekerja sama dengan Komunitas seni dan budaya Walek@fi-ESA, Komunitas Bibir Pena dan N-Joy Production berhasil menelurkan nama-nama baru sebagai penyair muda Sulawesi Utara.

Rabu, 27 Juni 2012

TELAGA GOLDEN LAKE (puisi Iverdixon tinungki)


Langit tenggelam di telaga Golden Lake
Hingga di atasnya kosong, di bawahnya kesuraman
Hanya bulu burung putih melayang dari sayap yang hilang
Merayapi sisa desau angin, kemudian terbawa pergi

Lumpur, deretan teratai menyembunyikan bayangan ikan
juga katakata setiap ingin kupanggil namamu             
seperti angin yang malu menciumi permukaan air
tak mau berbagi senyum teduhmu
 kecuali bunyi gemericiknya yang suram

EPILOG KESURAMAN (puisi Iverdixon Tinungki)


Wahai kesuraman
Apa kau tenun di kuba malam  
mosaik hati yang letih
atau gambar sepi yang angkuh

Betapa dalam liang
menenggelamkan suaraku, juga namamu
hingga nada tak bersisa
buat bintang mengkoreografikan hatiku

Jumat, 11 Mei 2012

Paroki Singkil 1903-1973 (Sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II) (3)


 Oleh : Iverdixon Tinungki

I.                  DARI PAROKI KE WILAYAH
1. Pelayanan Distrik Manado
Dalam Tata Gereja GMIM 2007 , struktur pelayanan GMIM ditata dalam tiga aras yakni Jemaat, Wilayah dan Sinode. Kendati faktanya ada sejumlah kegiatan pelayanan saat ini yang dilakukan dalam sistim Rayon  (sistim Distrik pada masa lalu), -- semisal Pengurus Lansia GMIM Rayon Manado-Kembes, dan atau Pertemuan Komisi Kategorial Pria Kaum Bapa Rayon Manado…dst--, struktur ini bukan merupakan aras pelayanan dalam GMIM saat ini.
Sebelum GMIM berdiri, sistim pelayanan menurut distrik dikenal sebagai upaya membagi dan menjangkau wilayah pelayanan disebabkan oleh kurangnya tenaga pelayan atau pendeta ketika itu.
Sistim pelayanan Distrik (clasis) tersebut diperkirakan bermula pasca berdirinya Indische Staats Kerk (Gereja Protestan) pada tahun 1800, pasca bubarnya VOC Kerk. Teritorial pelayanan misioneri dari Gereja Protestan Belanda menjadi hamba Tuhan di Minahasa hingga masa tibanya Pendeta Riedel dan Schwarts di tahun 1831 dibagi menurut distrik dalam struktur wilayah pemerintahan Hindia Belanda.

Kekristenan Menuju GMIM 1934 (Sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II) (2)


 Oleh : Iverdixon |Tinungki

I.                 AWAL  MULA 1563-1934
1. Sebuah Kabar Baik  
Manusia adalah sang penanti kabar, dan Allah pewarta yang setia bagi umatNya. Nabi-nabi dilahirkanNya sebagai penyampai pesan bagi zamanya, hingga PutraNya yang kudus Tuhan Kita Yesus Kristus terutus membawa kabar indah keselamatan bagi manusia. Begitulah sejak zaman mula-mula gereja terbentuk di hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-4), kabar baik itu terus bersampai ke seluruh penjuru bumi.
Dan ini sebabnya, dikurun empat Abad lebih, pantai Singkil Sindulang tak sekadar mengisahkan debur  ombak, cerita nelayan “Soma” (pukat)dampar milik juragan-juragan pribumi, atau seorang Nyong Pranggang (lelaki remaja) yang pulas di samping lampu Kana menanti datangnya waktu riuh teriakan; “Hela haluang kamudi’’ dari kultur menjaring ikan di pesisir ini, diiringi makian dan doa di tengah malam. Tak juga sekadar kisah-kisah para pekerja onderneming dengan gaji pas-pasan di kebun-kebun kelapa yang membentang dari muara kali Tondano hingga muara kali Bailang Tumumpa di masa penjajahan Belanda. Juga bukan cuma tentang tari Katrili dan Volka peninggalan budaya Spanyol-Portugis bagi masyarakat Borgo, dengan aroma keras bau Sopi, atau Cakalele yang rancak ditarikan para lelaki dengan pedang sambil melototkan mata seramnya.

KABAR BAIK DARI PESISIR Sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II (1)


Oleh : Iverdixon Tinungki

I.                 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penulisan
Seperti juga pohon, pelayanan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) di aras Wilayah Manado Utara  II ini tentu punya akar. Alur kesejarahannya telah melintasi lebih dari empat abad, menjadi kabar baik. Keyakinan dan kepercayaan lama orang-orang pesisir yang menemui senjanya, dan berganti sinar pagi penuh harapan keselamatan dalam kasih Yesus Kristus Tuhan.
Bila diandaikan sungai, tak ada alur yang bergerak lurus, selalu punya kelokan dan kecuramannya. Gereja-gereja di sini tumbuh dari masa-masa gelap kolonialisme bangsa-bangsa Eropa sejak permulaan abad XVI. Perang menuju pengusaan sumber-sumber ekonomi di kawasan Timur Hindia Belanda yang kaya raya oleh rempah dan hasil hutan di tanah-tanah subur ini. Perbudakan hingga perserakan orang-orang pribumi tak hanya di kaloninya sendiri, tapi menembus jazirah-jazirah dari Negara yang sebelumnya tak mereka kenal. Revolusi menuju kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang di kurun waktu sebelum tahun 1945 ikut memberikan corak tersendiri dalam ornamentasi pembetukan gereja dan jemaat-jemaatnya di kemudian waktu.

Kamis, 10 Mei 2012

PUISI PENGHARAPAN Sebuah drama karya iverdixon tinungki


BAGIAN I: SEBUAH PANGGUNG
LELAKI MISTERIUS DAN BATU-BATU
WAKTU MENDETAK PADA LAGU ITU
ANAK MANUSIA DI TENGAH PADANGNYA
KEHIDUPAN ADALAH PATUNG YANG TERPASUNG
PATUNG:
saya kelaparan
WAKTU:
Dan mereka membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya
PATUNG:
Saya terpenjara
WAKTU:
Dan mereka menyelinap ke gereja dan berdoa bagi kebebasan saya

SAHABAT ITU PUN PULANG


(Mengenang
Steven Crion Kong)

Sahabat itu pun pulang. Seperti matahari terbenam. Esoknya ia menjadi kenangan. Karena sahabat adalah kisah yang selalu tak selesai diungkap. Bagian yang tak pernah retak dalam ingatan. Selalu ada dan ada selalu.
Sahabat adalah lempengan yang sambung menyambung. Seperti perjalanan air dari hulu ke muara. Dan kini ia telah berlayar di lautnya sendiri menemui Tuhan yang telah menitipkan catatan indah hari kemarin bersama kami.

SAJAK PERNIKAHAN (Buat anakku Onal Dauhan & Adetisye Tinungki)


Tuhan mengaruniakan musim hingga cahaya
melukis langkah dua anak manusia menemui padangnya
                    
di sana mereka menyusuri nasibnya merangkai
bunga  tawa dan risau lalu membilang denyut nadi
hingga keringat punya makna sendiri

Jumat, 02 Maret 2012

BEBERAPA SAJAK TAHUN 2001

DI KENINGMU ADA PUISI

Dalam matamu matahari itu bersinar
Masih pagi
Ketika kau kenakan jeans dan kaos orange
Aku datang tengah hari
Dan keningmu berpeluh

Aku tak bertanya berapa jam kau di halte
Kerna bisku tak mampir di stasiun itu
Tapi kita bertemu
dan selalu bertemu dalam setiap putaran detik
kerna aku mengenangmu

BEBERAPA SAJAK TAHUN 2003

Kuku Kucing Mata Kucing

Kuku kucing tajam dan kuat
di balik bulu mengincer buas
Mata kucing bersitkan sahaja
Jangan kau kira ia tak mengintai segala

Kuku kucing siratkan bahaya
Nafsu manusia hulu s’gala maksiat
Mata kucing sigap berjaga
Mata manusia cermin segala dusta

BEBERAPA SAJAK TAHUN 1997-1999

INDONESIA HARI INI

Mari kita mulai belajar
Membaca Indonesia
Terbalik

Aisenodni
Aisenodni
Aisenodni
Aisenodni
Aisenodni
Aisenodni
Aisenodni

Hari ini tiga ratus miliar
Dollar hutang dicatat lagi

BEBERAPA SAJAK TAHUN 1991-1994

NYANYIAN SORGAWI

Sabda ya sabda sukmaku
Mengaum ke Hu
Mengerang ke Hu
Guruh gemuruh ke Hu Tamburlah sukmaku
Genderangilah sukmaku
Gongilah sukmaku
Dentamkan ya Hu
Dentam dentamkan ya Tuhanku

Kamis, 01 Maret 2012

Festival Teater PATSU: Sebuah Catatan

Nafas Baru Teater Kita
oleh: Iverdixon Tinungki

Persatuan Artis Teater Sulut  (PATSU) sejak 19 hingga 25 Juni 2007 lalu  melaksanakan festival teater yang diikuti l0 grup teater dari Manado, Minahasa, SaTal. Berikut sebuah ulasan lepas dalam membedah sisi intrinsik dan ekstrinsik dari pemetasan grup peserta festival.

Rabu, 29 Februari 2012

Menelisik Krisis Komoditas Pala Negeri Ringgit


Oleh: Iverdixon Tinungki

Siau adalah pemasok lebih dari 60 persen kebutuhan  pala dunia. Disayangkan  raupan komoditas unggulan ini tinggal  102,10 miliar rupiah pertahun. Di tengah kebijakan  menopang peningkatan produksi, masalah  krisis lahan kini mengancam. Sementara  penetapan harga dasar dan harga maksimum masih merupakan kendala.