Jumat, 11 Mei 2012

Paroki Singkil 1903-1973 (Sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II) (3)


 Oleh : Iverdixon Tinungki

I.                  DARI PAROKI KE WILAYAH
1. Pelayanan Distrik Manado
Dalam Tata Gereja GMIM 2007 , struktur pelayanan GMIM ditata dalam tiga aras yakni Jemaat, Wilayah dan Sinode. Kendati faktanya ada sejumlah kegiatan pelayanan saat ini yang dilakukan dalam sistim Rayon  (sistim Distrik pada masa lalu), -- semisal Pengurus Lansia GMIM Rayon Manado-Kembes, dan atau Pertemuan Komisi Kategorial Pria Kaum Bapa Rayon Manado…dst--, struktur ini bukan merupakan aras pelayanan dalam GMIM saat ini.
Sebelum GMIM berdiri, sistim pelayanan menurut distrik dikenal sebagai upaya membagi dan menjangkau wilayah pelayanan disebabkan oleh kurangnya tenaga pelayan atau pendeta ketika itu.
Sistim pelayanan Distrik (clasis) tersebut diperkirakan bermula pasca berdirinya Indische Staats Kerk (Gereja Protestan) pada tahun 1800, pasca bubarnya VOC Kerk. Teritorial pelayanan misioneri dari Gereja Protestan Belanda menjadi hamba Tuhan di Minahasa hingga masa tibanya Pendeta Riedel dan Schwarts di tahun 1831 dibagi menurut distrik dalam struktur wilayah pemerintahan Hindia Belanda.

Kekristenan Menuju GMIM 1934 (Sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II) (2)


 Oleh : Iverdixon |Tinungki

I.                 AWAL  MULA 1563-1934
1. Sebuah Kabar Baik  
Manusia adalah sang penanti kabar, dan Allah pewarta yang setia bagi umatNya. Nabi-nabi dilahirkanNya sebagai penyampai pesan bagi zamanya, hingga PutraNya yang kudus Tuhan Kita Yesus Kristus terutus membawa kabar indah keselamatan bagi manusia. Begitulah sejak zaman mula-mula gereja terbentuk di hari Pentakosta (Kisah Para Rasul 2:1-4), kabar baik itu terus bersampai ke seluruh penjuru bumi.
Dan ini sebabnya, dikurun empat Abad lebih, pantai Singkil Sindulang tak sekadar mengisahkan debur  ombak, cerita nelayan “Soma” (pukat)dampar milik juragan-juragan pribumi, atau seorang Nyong Pranggang (lelaki remaja) yang pulas di samping lampu Kana menanti datangnya waktu riuh teriakan; “Hela haluang kamudi’’ dari kultur menjaring ikan di pesisir ini, diiringi makian dan doa di tengah malam. Tak juga sekadar kisah-kisah para pekerja onderneming dengan gaji pas-pasan di kebun-kebun kelapa yang membentang dari muara kali Tondano hingga muara kali Bailang Tumumpa di masa penjajahan Belanda. Juga bukan cuma tentang tari Katrili dan Volka peninggalan budaya Spanyol-Portugis bagi masyarakat Borgo, dengan aroma keras bau Sopi, atau Cakalele yang rancak ditarikan para lelaki dengan pedang sambil melototkan mata seramnya.

KABAR BAIK DARI PESISIR Sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II (1)


Oleh : Iverdixon Tinungki

I.                 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penulisan
Seperti juga pohon, pelayanan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) di aras Wilayah Manado Utara  II ini tentu punya akar. Alur kesejarahannya telah melintasi lebih dari empat abad, menjadi kabar baik. Keyakinan dan kepercayaan lama orang-orang pesisir yang menemui senjanya, dan berganti sinar pagi penuh harapan keselamatan dalam kasih Yesus Kristus Tuhan.
Bila diandaikan sungai, tak ada alur yang bergerak lurus, selalu punya kelokan dan kecuramannya. Gereja-gereja di sini tumbuh dari masa-masa gelap kolonialisme bangsa-bangsa Eropa sejak permulaan abad XVI. Perang menuju pengusaan sumber-sumber ekonomi di kawasan Timur Hindia Belanda yang kaya raya oleh rempah dan hasil hutan di tanah-tanah subur ini. Perbudakan hingga perserakan orang-orang pribumi tak hanya di kaloninya sendiri, tapi menembus jazirah-jazirah dari Negara yang sebelumnya tak mereka kenal. Revolusi menuju kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang di kurun waktu sebelum tahun 1945 ikut memberikan corak tersendiri dalam ornamentasi pembetukan gereja dan jemaat-jemaatnya di kemudian waktu.

Kamis, 10 Mei 2012

PUISI PENGHARAPAN Sebuah drama karya iverdixon tinungki


BAGIAN I: SEBUAH PANGGUNG
LELAKI MISTERIUS DAN BATU-BATU
WAKTU MENDETAK PADA LAGU ITU
ANAK MANUSIA DI TENGAH PADANGNYA
KEHIDUPAN ADALAH PATUNG YANG TERPASUNG
PATUNG:
saya kelaparan
WAKTU:
Dan mereka membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya
PATUNG:
Saya terpenjara
WAKTU:
Dan mereka menyelinap ke gereja dan berdoa bagi kebebasan saya

SAHABAT ITU PUN PULANG


(Mengenang
Steven Crion Kong)

Sahabat itu pun pulang. Seperti matahari terbenam. Esoknya ia menjadi kenangan. Karena sahabat adalah kisah yang selalu tak selesai diungkap. Bagian yang tak pernah retak dalam ingatan. Selalu ada dan ada selalu.
Sahabat adalah lempengan yang sambung menyambung. Seperti perjalanan air dari hulu ke muara. Dan kini ia telah berlayar di lautnya sendiri menemui Tuhan yang telah menitipkan catatan indah hari kemarin bersama kami.

SAJAK PERNIKAHAN (Buat anakku Onal Dauhan & Adetisye Tinungki)


Tuhan mengaruniakan musim hingga cahaya
melukis langkah dua anak manusia menemui padangnya
                    
di sana mereka menyusuri nasibnya merangkai
bunga  tawa dan risau lalu membilang denyut nadi
hingga keringat punya makna sendiri