Selasa, 30 Oktober 2012

Drama kontemporer Natal 'KATA MATI'


Drama kontemporer Natal
KATA MATI
Ketika Kata Kehilangan Makna
Naskah karya: Iverdixon Tinungki
(dilarang dipentaskan tanpa seizin pengarang. Ktk: 085343976992)
Pemain:
LELAKI
ANAK
MAMA
PELARIAN
PENGEJAR
Pembuka:
Menuju panggung kata. Lelaki dalam detak hatinya. Anak menuju ritus perjamuan. Para peziarah dan lagu pengharapan.

Sastra Nusa Utara


Sajak-Sajak Iverdixon Tinungki

BERPERAHU DARI PARA

jiwa pulau penuh dalam sope
racikan nenek moyang sajak intan
karena perahu dan laut
adalah sepasang kekasih
pelayaran pun dimulai

aku mengangkut kekasih
matanya dena ombak tua
mengisah,
bentangan laut di depan ini
tak lain cinta sejati

pagi menyebar kabutnya
di teriakan tonase
mengarah kemudi lewati Lawesang
seakan masa depan penuh karang
tak saja nafas, hidup pun bergantung
pada haluan

puncak pulau kami tinggalkan
di sana beberapa bintang kursih berjaga
terangnya tak pernah hilang
itu utara moyangmoyang
memandu perahu pergi dan pulang

Kamis, 11 Oktober 2012

Kekejaman Kaisar Nero, Refleksi Kemenangan Iman


Nero adalah kaisar keenam Roma yang memerintah pada 54-68 M. Ia memerintah selama 15 tahun. Ia adalah sebuah paradoks - seorang yang sangat kreatif digabung dengan sifat yang jahat serta kekejaman yang luar biasa.

Minggu, 07 Oktober 2012

5 Sajak Iverdixon Tinungki Untuk Antologi Pinangan


TELUK DAGHO

berapa puteri mandi di sini
hingga lembah dan gunung
berlapis menyimpan wangi
bakao air payou
kerikil cangkang siput
mensajakkan cahaya
teluk sewarna perak
dalam kitab kemaharayaan
kedatuan Manganitu
Inilah lembah selatan jazirah raja
Tari benko mengacungkan pedang
saat laut menarikan perang Kora
dalam keberanian naga

BANDAR JENGKI (puisi Iverdixon Tinungki)


selalu saja berawal dari cerita kali agar waktu kita tak tercecar
di muara sejarah bermula, mengarung atau mengendap
abad-abad adalah perantauan  tak pernah usai
cakrawala senantiasa mencipta yang baru
mengaburkan bandar yang dulu kita labuh

kita akan mengenang jengki, kali yang tenang
perempuan dengan pinggul mengangkang
dalam sejarah leluhur Toar Lumimuut dan pelaut utara selatan
di hening kita mendengar Adzan dari muadzin yang baru datang

DOA MENJELANG 50 TAHUN (puisi Iverdixon Tinungki)


Tuhan
perdamaikan aku
dengan hatiku
yang tak bijaksana ini

di lereng bukit kecil
rumahku tak luas
luaskan hatiku
menikmati matahari
senantiasa terbit
di pagi hari

ketika aku memandang laut
apa yang Kau inspirasikan
pada gelombang
yang membui dan menghempas
selain ketabahan pasir
menerima hujaman
aku belajar pada ketakletihan
beri aku kekuatan
di tengah waktu yang berkejaran

DIALOGIA HATI (puisi Iverdixon Tinungki)


Aku menikahi gitar dan hujan di pagi dan senjaku
Seperti benang tipis rapuh di antara aku dia dan kau
Dalam musik aku melatunkan kematian
Menunggu lobang untuk diisi
Seperti hujan terhempas pecah
kemudian menyatu dalam tanah

KALAWIREN (sajak iverdixon Tinungki)


Bau danau
di atas barisan kebun terong
Mengabadikan minahasa
dengan bukit yang berkisah
Abadabad megah dan dramtis
Injil yang tiba di sebuah pagi

ZIARAH MALAM (puisi Iverdixon Tinungki)


Aku mengziarahi malam
Adakah senyummu
pada warna kelam ini

langit sunyi
Bau kemboja
dingin yang asing
Mengerat senja
terlepas dari tangkainya
tergeletak pada diam matamu
meretakkan makna setiap kata
yang ingin meraih hatimu

THE ANGEL (puisi Iverdixon Tinungki)


 
o... malaikat
inilah malam ilham yang liar
tergeletak aku di liang spiritual Hans Zimmer
kadang berlari menyibak kegelapan
nadanada mistis James Horner
jane...seolah bumi yang runtuh
terangkat dan pecah beterbangan