Kamis, 22 November 2012

BUTUH LITURGI NATAL TEATERAL?

Ingin suasana perayaan Natal tampil dengan cara yang tak biasanya? Banyak orang memilih liturgi yang lebih akrab dan bersahaja, dipenuhi nyanyian, puisi dan lakon reflektif. Liturgi semacam ini disebut liturgi teateral.

Minggu, 11 November 2012

ANTARA KALAMA KAHAKITANG (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


antara Kalama Kahakitang ombak itu abadi
di depan, Awu seperti raksasa berdebu
di belakang, Karangetang terus gemuruh

berapa abad arus ini menjadi kitab
kini kubaca dalam sejarah enam kerajaan
dimana laut adalah guru
tak saja mengajar lumbalumba berburu
juga keberanian hiu pelautpelautmu

lalu di seratserat air laut ini
bukankah matahari selalu menggambar bininta
membui dan menderu dalam geriapan suara tambur
dari para pemukul yang mengantar pemberani bertempur

MENDAKI PUNGGUNG KALAMA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


mendaki ruang renung
surga itu setinggi apa?
bila lebih tinggi dari punggung pulau ini
bagaimana aku mendaki

di bawah pulau
samudera memancarkan kemilau
citacita anak pulau
menghijau di pucuk bakao

DALAM MANTRA TABUKAN (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


bukankah sejak tercipta
bumi dan langit tak berkelamin
entah kapan saman aklamasikan ia ibu
dan kini kubaca elokmu

saat kuhidu harum baitbaitmu kutemukan pohon
melebatkan hutanhutan ditakbirkan sasambo
hujan pun turun berbau perempuan
menuliskan api punya vagina dan agamanya

MENGENANG BATAHA SANTIAGO (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


ia tak kembali dengan peluru dan bara
meski yang memerah di dadaku bernama darah
kisah boleh lisut di saku sejarah
tapi siapa yang mampu membuat semangat jadi tua

seperti keyakinan ombak yang terus memukul tanjung ini
mengabar pesta samudera tak pernah usai
merayakan kemenangan Batumbakara
baunya seperti melati
menenggelamkan beberapa armada musuh
tenggelam di dadaku yang rindu kobaran api
di wajah purnama
yang merondai teluk dan tanjung ini
dalam kisah moyang itu

ZIARAH ARANGKAA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


ke sini
ke bumi yang di atasnya
langit selalu perkasa
dengung nanaungan
erang mata gadis
menyimpan bara
belum seabad moyangnya
bersimbah darah

di liang hatinya
nenek menyanyikan lirik kukumbaeda
tanah merah menyimpan panas
keberanian Larenggam
terpahat tak saja dilantai bumi samuderanya
juga pada detak nafas
menolak tunduk pada belanda
kerena tunduk itu berhala

SENJA DI PANTAI RAINIS (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


Korakora dulu melepas sauh
di senja seperti ini
lelakilelaki akan turun
mengisahkan benua lain
di balik kabut mata anak pesisir

seperti pasir
anakanak berhamburan ke laut
mengejar kisah perahu tiang tinggi
layar buncit oleh angin
riuh bandar, bauh arak
dan keperkasaan datu

MEMANDANG BATU HAKI (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


berlayar ke utara
mendaki ketinggian sasahara
berapa ombak memukul tebing batu itu
hitam, kokoh seperti para Bahaning
pantang roboh

pedang dan perahu naga
telah mengasah ketajaman
naluri manusia pulau
sejak dulu, seperti batu bersusun
tak luluh pada gemuruh
taufan abad juga sejarahnya

KETIKA AKU DI PUNCAK SALURANG (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


puncakpuncak bukit menjulang ini
memacak menara resik sasamboku
beberapa irama datang menenun panji
perempuan dan bocah punya laguan sendiri

laguan itu memerahkan Rimpulaeng
di mana di sini setiap doa punya daun
                        setiap irama punya tarian
                        setiap ketukan punya jiwa

dari ritme ke ritme lengking sasambo mendaki
mendaki ketinggian Lampawanua di pucuk rimbah
di puncak hati penari perempuan agung membangunkan laut
menyambut langit turun menahbiskan moyang

MIANGAS (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


leluhur ketapang tak lupa pada Lorca
mengajar pelautnya Los Cuatro Muleros dan Sevillanas
meski sebuah monumen beton terpacak mengubur Pardao
begitu Miangas tak lupa cantiknya dimasa Las Palmas

kadetkadet kapal layar Spanyol adalah penari                                                                                                 
di tengah api yang dinyalakan udara Pasifik
rancak Vihuela De Mano dipetik semarak ombak
dalam seruanseruan Paradiso yang agung

OMBAK AMBORA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


Perjalanan bersama Rimata Narande

melintasi Ambora, ombak itu telah tua
memucuk seperti puisi purba Geme
juga mata gadis penanti jemputan ziarah
gelisah laut ini telah menempah segala

pen perahu dari pasa, lunas kayu tua
dirapal mantra air melati, katamu laut itu kekasih
berapa surut, berapa pasang buat aku mengayuh
hingga tiba di tawamu sebening angkuh laut ini

SAJAK KORAKORA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


ibu selalu bangun lebih pagi dari matahari
juga sebelum Adzan Subuh menggemah
Tuhan lebih dulu terjaga oleh doanya
kendati semalaman, anaknya memetik kisah di hatinya

seperti perahu korakora tak takut pada ombak
kerena lunas dan tiang utama di bangun dengan doa
arus samudera tak membuatnya letih
sekali terpacak, kemudi harus diarah dengan cakap
dalam angin mati pun korakora harus bergerak

PESISIR BALEHUMARA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


aku tiba berharap mencium Belehumara
bau bidadari turun dari perahu sebuah abad
derap penari,  istanah kembang melati
mencumbuku. bibirnya ranum muram masa lalu

saat kau tuang samudera dalam gelas
kusesap nyeri ampas sejarahku, juga sejarahmu
di depan, pulau Ruang mengapung. ada jejak pisau
darah hitam mengguris di kening laut tua itu

KETAJAMAN BARA (Puisi Nusa Utara Iverdixon Tinungki)


buat: Djouhari Kansil

persoalan kita masa kini
bukan lagi mengasah Bara

atau kepada siapa
ketajaman itu ditebaskan

kepada siapa
perang itu dikobarkan

Jumat, 02 November 2012

Naskah Drama Natal Pria Kaum Bapa Nazaret Tuminting


KOMEDI BAHASA MANADO

KAMAR TERAKHIR
KARYA : IVERDIXON TINUNGKI



LOBI SEBUAH PENGINAPAN
SUASANA MENJELANG NATAL


ONDOS, SANG OFFICE BOY SEDANG MEMBERSIKAN RUANGAN LOBI. IA TAMPAK GEMBIRA DAN NGOCEH SENDIRI TENTANG MAJIKANNYA YANG KIKIR, HOBI KREDIT, MATA DUITAN…DSB.  TAK BEBERAPA LAMA MUNCUL MAJIKANNYA ENGGO.

DRAMA NATAL

Ingin mementaskan drama saat Natal?

Banyak naskah drama bertema Natal yang sudah ada. Tapi tempat pementasan yang kecil atau terlalu besar menjadi persoalan untuk naskah tersebut disesuaikan. Persoalan lainnya adalah mencari naskah yang sesuai dengan tema perayaan Natal di tempat masing-masing. Bila membutuhkan bantuan untuk mendapatkan naskah yang anda inginkan hubungi HP: 085343976992. Moga saya bisa membantu anda atau menuliskan naskah baru sesuai keinginan anda.

PUISI NATAL

Mau membacakan puisi pada saat perayaan Natal?

Bila kamu kesulitan mendapatkan naskah puisi yang pas untuk kamu bacakan, mungkin saya bisa membantu anda untuk menuliskannya untukmu dan sesuai dengan tema perayaan Natalmu. Hubungi HP: 085343976992. Tuhan Yesus Memberkati

Kamis, 01 November 2012

BURUNGBURUNG LAUT (puisi sangihe)


BURUNGBURUNG LAUT

burungburung laut berumah di hati nelayan
menggegaskan dayung memburu geriapan ikan
tak pandang angin buritan atau haluan
berpacu seakan kemenangan

berapa ekor kau bawa dalam kisah sejarah?
bahari tak sekadar dentuman meriam
samudera taman hidup nan elok
itu sebabnya genghona meluaskannya
seluas hati yang selalu sulit ditebak
selain dicintai tanpa menghitung jerih lelah
 juga makna

TONASE SEKE (puisi sangihe)



TONASE SEKE

asin samudera
begitu darah Tonase
juga ombak, juga arus itu

orang pulau adalah serdadu
kerena nasib tak henti mengadu

malam ketika kota tidur
dada Tonase berdebur
tangannya beranyun menyibak udara
 gelap pun runtuh
jutaan kunangkunang air
berbagi cahya ke langit tujuh

MEMINANG GADIS PULAU (puisi sangihe)


MEMINANG GADIS PULAU

kemboja tua
di puncak pulau
melepas semua wanginya
saat dikalungkan anak gadisnya
yang akan dipinang

setangkai terselip di rambutnya
memancar lima cahaya indah banua
indah dirinya dilangir moyang
hingga langit pun runtuh di matanya

kebaya dari tenunan, kofo
mendekap semua warna masa purba
juga samudera yang mencahayakan kini
itu warisan neneknya
budaya yang tahu persis
detakan nadi air laut
pada setiap musim
hingga cinta kini tiba
seperti waktu pasang mengganti surut
pada setiap lempengan cahaya bulan

BERPERAHU DARI PARA (puisi sangihe)


BERPERAHU DARI PARA

jiwa pulau penuh dalam sope
racikan nenek moyang sajak intan
karena perahu dan laut
adalah sepasang kekasih
pelayaran pun dimulai

aku mengangkut kekasih
matanya dena ombak tua
mengisah,
bentangan laut di depan ini
tak lain cinta sejati