Rabu, 29 Februari 2012

Menelisik Krisis Komoditas Pala Negeri Ringgit


Oleh: Iverdixon Tinungki

Siau adalah pemasok lebih dari 60 persen kebutuhan  pala dunia. Disayangkan  raupan komoditas unggulan ini tinggal  102,10 miliar rupiah pertahun. Di tengah kebijakan  menopang peningkatan produksi, masalah  krisis lahan kini mengancam. Sementara  penetapan harga dasar dan harga maksimum masih merupakan kendala.

Sabtu, 25 Februari 2012

SASAMBO, SYAIR PURBA NUSA UTARA

SASAMBO

Mengalung pingkae su alungu binawa.Metirolong langi Suwowong Tagialu.
Mendedapo tunkue Mendedating tadetene Hamu u bialelang Menggegala dempuge Lohang ngu kalu kaluwulaeng.Nepisi lapise nipikiung ngu lumu. Daukalung hawu nawae naleka
Nalekabe nawo benuse uhu,ensa u lowoe.Namuhe enede hamu ne nahang batu.Ondole ...
Nawongkasang daukalung pialelang,lekabe pisi lendeng pegasu tungkue.

SYAIR-SYAIR PURBA NUSA UTARA (KAKUMBAED'U WALE LAWO)

KAKUMBAED'U WALE LAWO

1 LĂ«ampungang kai Wuole,
tabeakeng Kaodipang.
2 Buolë tawe datune,
Kaodipang ta malambene.
3 Pia datu kai ghanti,
malambe kate kaluang;
4 kate ahus'u maghugu,
pulung u parasidenti,
5 ta kere ratu irui,
malambe irediolong;

Jumat, 10 Februari 2012

PADA SEBUAH ABAD ADA SAATNYA (Puisi Iverdixon Tinungki)


Kau mencintai gitar seperti aku mencintai sajak

Kau mencari ke mana nada pergi
dimana keindahan bermuasal

aku menemui kata memanggil cinta
sampai ia tiba dengan sayap dan cahayanya

DAN AKU MENSAJAKKAN AIRMATA (Puisi Iverdixon Tinungki)


Cintaku…
Mereka telah pergi dari tepi laut itu
Entah kemana, dan dimana berhenti
Terus melangkah, tapi arah
tak membawa mereka sampai
tak seperti nyanyianmu di pagi buta
melangir kerinduanku

Sabtu, 04 Februari 2012

SEBUAH HARI DALAM TEKS HATI (Puisi Iverdixon Tinungki)

 

Aku bersua hujan itu lagi
Dengan ringkik kuda langit
Berpacu seperti tarian perang
Bau dupa dan kemenyan
Seorang kasatria dengan mata leli
Yang ditulis beribu penyair
Menyeru melebihi para nabi:

“aku suka sajakmu. Kata menghidupkan cinta.
Biar airmata tak lelah menafsir setiap hujaman pedang.
Saat aku bertempur di kedalaman kehidupan”