Minggu, 09 Juni 2013

LAUT ADALAH DIRIKU (Puisi Iverdixon Tinungki)



(sebuah perjalanan pulang
dari Pulau Biaro)

masih seperti sediakala
laut adalah jendela
membiarkan malam
menyempurnakan kegelapan

di tengah kegelapan
kutemukan bayang diriku
didekapnya dalam gelombang
aku tak kehilangan asinnya

masih seperti sediakala
laut adalah hati
membiarkan cahaya
di bingkai dini hari

dalam cahaya
kutemukan hatiku
ia menuntunku
bertemu masa lalu

MALAM DI PANTAI BUANG (Puisi Iverdixon Tinungki)



serupa perahu
rindu mengapung
mendebur dan asin

pasir menggigil, sepi bertaring
menguliti jejak matahari kemarin
mengkilapkan rambutmu

berapa waktu aku tak bertemu
kecuali bertemu sepi selalu itu

KETIKA TEKUKUR PERGI (Puisi Iverdixon Tinungki)



barisan tanjung di telukteluk ini adalah Biaro
tanah kolokolo dengan kisah pekur tekukur

ketika tekukur pergi
bijibiji hitam matang gugur sendiri
betapa sepi laut melipat bumi

aku melihat sepi di sepanjang padang karang
alangalang menguning di bawah batang pandan

BAU GARAM DI LAMANGGO (puisi Iverdixon Tinungki)


aku mencium bau garam di Lamanggo
mencium pesan samudera di matamu
betapa luas bentang tantangan
di sini hidup tak lain mengasah keasinan

aku tiba di malam kental oleh cerita laut
bulan bundar bertengger di langit pulaunya
menerawang cahaya di pucuk bakau isyaratkan  risau
melaburi perjalanan anakanak gelombang ke pulau