Kamis, 21 November 2013

BUNGA BAKUNG



bunga bakung mekar itu
membawaku november
november di atas jam berceceran
november di atas tubuhtubuh kesepian

tubuhtubuh tiada letihnya mencari penghiburan
tubuhtubuh yang melahap seluruh malam
ketikahujan berhamburan menyingkap
bilikbilik kenangan

DI KALI JENGKI



air kali ini membawa pergi dekapan
yang tertakik di beribu batang malam

juga bau tubuh yang tirus
keyakinan yang hangus

di tepi bibir warna soka meluntur
dengan rohnya yang purba

TONSARU



barangkali sudah kau genapkan hal paling kutakutkan
ratusan bangau kehilangan berdepadepa kabut Tonsoru
dalam sejarahnya menganyam riang di wajah persawahan
kini terbang ke liang kepedihan dengan tulangtulang sayap retak

di tepi parit, alangalang berkibar menguarkan cemas di matanya
jalan aspal telah membelah padang angin yang  gemetar di sini
di lahanlahan pertanian tergulung gelombang pikiran
terus menyusun sihirsihir mimpi menumbuhi lampu kota di sisi ilalang

BENCANA



tungku yang di dalamnya berkobar seluruh maut
menempa kita ketabahan, karena kematian itu kekasih
menyaji kesedihan bagai gambar ke tepi hati
yang mesti kita cintai

 

seperti batas dua musim

yang pergi, yang datang lagi

sama hakiki

MENGITARI PAGI



aku dan cucuku pagi itu menanami langit persegi dengan bibit mimpi
langit di atas jalan sudah setahun sebulan hanya itu saja. sudah jenuh
rumput daundaun pasa, rumah tetangga menabung gonggongan anjing
dari jaman ia bersuami hingga sudah jadi janda, gonggongan tetap saja

muka mereka sulit tertawa, pernah gila barangkali
burungburung itu kicaukicaunya menerangkan angin ditungganginya
punya tubuh, tumbuh bersama seinci mimpi di bidang persegi

POHON CERI



aku tak bisa membawa kembali pohon ceri kemarin
bahkan aku lupa senja saat daun ceri  itu jatuh berwarna apa
aku hanya bisa membayangkan Tuhan memantelimu
semacam bulu binatang. hangat. matamu kelinci
berjinjit pada tagihan listrik sudah pasti tinggi
dan biaya kuliah anak tibatiba meminta diterjemahkan
dalam bentuk bolabola hujan pecahpecah di jalananan

TERKENANG PERTEMUAN MAKASSAR



--buat L.K. Ara--

 

bapak,  aku takzim  kepada para Syeikh

yang menggubah seluruh hikayat

di tinggi Seulawah

 

jangankah gempa, prang peuringgi

tak membuat Gayo goyah

kerena tanahmu seluruhnya puisi

MEMBACA GAYO DALAM GEMPA



entah berapa nama berpulang membawa gayo ke surga

dalam sejarah lempengan bumi yang terus beradu

tiba kembali di Juli yang berduka dalam kisah gempa

mengoyak negeri para Lingga dengan air mata

 

datarandataran tanah adat yang rebah membawa lempung

yang sejak leluhurnya telah ditempa jadi guci

menakik seluruh kisah bau kopi

di kampungkampung dengan rumah panjang Sara Umah

DI SUNSET MENCAKAPI KABUT



dalam segelas nescafe kau larungkan pesta tawa
di balik kaca, kabut  membancakkan gelisahnya
antara tawa dan kabut itu seluruh gairah tercapit
di ujung lidah

kau mengajakku mencakapi  kabut merenik  di tanjung itu
renik kabut yang kukuh merapikan denyut jantung
di ruas gelombang yang menyeduh satu dua kenangan
satu dua yang terbekas di ingatan, jatuh ke gelas itu
lainnya menyelusup ke embun di hitam rambutmu

SUATU MALAM DI TEPI JALAN



malam melukai kita dengan tepitepi yang hilang
melipat bayang satu jam lalu ramai lalulalang

sepi tumbuh ke segenap dinding bangunan
sebentuk belukar. lumut dan abu bersisihan

aroma kopi, wine terjulai mensedekahi hati
sedang menapis amisamisnya

Butuh Drama dan Puisi Natal?

Bila anda butuh Naskah Drama berbentuk refleksi Natal atau puisi bertema Natal, anda bisa menghubungi Sanggar Kreatif Manado, atau kontak Iverdixon Tinungki di 085343976992. Atau anda juga langsung akses FB Iverdixon Tinungki.