Kamis, 22 Mei 2014

JUNUS, SEBUAH DRAMA KARYA IVERDIXON TINUNGKI



JUNUS
KARYA : IVERDIXON TINUNGKI

BAGIAN: SATU
DI RUANG MASA. DERAP SEPATU PATUNG-PATUNG. BUNYI YANG GADUH
(SETELAH HENING. HANYA ADA BUNYI METRONOM)

PATUNG 1:
Dulu, moyang pertama melihat awan, menempa terang itu ke dadanya.
Bungabunga bertaburan di atas seluruh langka mereka.
PATUNG 2:
Hari ini moyangmoyang sekadar lagu using, lagu yang dinyanyikan dengan hambar.
Generasi kini tak lagi menggali kabar, sejarah seuatu yang hambar.

PUISI DENGAN LATAR MANUSIA, ALAM, DAN SEJARAH MINAHASA



PUISI-PUISI KARYA IVERDIXON TINUNGKI

SUATU SORE DI TONDANO

aku menafsir alangalang berwarna kuning
dan anyir menenggelamkan sebuah kota
seperti membaca nasib elangelang pulang ke gunung
gunung masa kecilnya: sebuah surga dapat dilihat dari jendela.

anakanak gadis berparas merah
menabur semua mimpi dan memetik bungabunga

SEJARAH TEATER DARI MANADO



SEKILAS SANGGAR SENI KREATIF MANADO 1990-2014

Kecamatan Manado Utara di pertengahan tahun 1980-an adalah perkampungan nelayan, buruh, petani, dan pedagang pasar tradisional. Hanya sedikit mereka yang berkarier sebagai PNS. Diwarnai pluralitas etnik Borgo, Sangihe, Gorontalo, Bantik, Minahasa, Tionghoa, Arab, Bugis, Toraja, dan Jawa. Pluralitas agama Kristen, Katolik, Islam, Budha.
Di masa itu, Manado Utara merupakan kawasan relatif tertinggal pembangunannya dibanding Kecamatan Manado Tengah dan Kecamatan Manado Selatan.