Oleh: Iverdixon Tinungki
Siau adalah pemasok lebih dari 60 persen kebutuhan pala dunia. Disayangkan raupan komoditas unggulan ini tinggal 102,10 miliar rupiah pertahun. Di tengah kebijakan menopang peningkatan produksi, masalah krisis lahan kini mengancam. Sementara penetapan harga dasar dan harga maksimum masih merupakan kendala.
Para pemburu harta dari dunia Barat sejak abad 17 menyebut Siau sebagai pulau ringgit. Sebutan itu adalah metaphora terhadap kekayaan kebun pala di kawasan itu. Sejumlah perang besar antara Portugis dan Belanda telah berlangsung di masa silam untuk memperebutkan penguasaan terhadap pulau rempah ini.
Pengendali pasar pala dunia yang berpusat di Belanda menyatakan kualitas pala Siau terbaik di dunia. Sebanyak 60 persen kebutuhan pala dunia untuk industri, rempah dan bahan pengawet di pasok dari puluhan ribu hektar kebun pala Siau.
Pasca kemerdekaan, perhatian terhadap komoditas unggul ini nyaris terabai. Harga pala merosot tajam akibat tidak adanya kebijakan pemerintah penetapan harga dasar dan harga maksimum. Lahan perkebunan terus menyusut akibat diversifikasi tanaman lain yang punya nilai ekonomis.
Sontak di tahun 2003, luas lahan kebun pala kian menyempit tinggal 5.237 Ha dengan jumlah pohon pala menghasilkan buah sebanyak 679.255 pohon, memproduksi 4.787 ton pala dan 356 ton fuli.
Krisis komoditas pala ini kian miris pasca pemekaran Kabupaten Sitaro tahun 2007. Puluhan ribu tanaman pala harus di tebang sebagai pengalihan lahan kebun menjadi lahan pembangunan perkantoran pemerintah ibukota kabupaten baru itu.
Awal 2012 pernyataan Gubernur Sulut DR. Sinyo Harry Sarundajang untuk penyelamatan komoditas pala yang menjadi sumber pendapatan sebagian besar masyarakat di daerah itu belum membuahkan hasil, dan bahkan terkesan retoris. Harga pala di pasar terus berfluktuasi dan terus anjlok dari harga di atas Rp 200.000 perkilogram di 2011, merosok tajam menjadi Rp. 120.000 perkilogram di 2012 untuk jenis pala A kering. Sementara harga Fuli terus anjlok di kisaran Rp 200.000. jauh di bawah harga tahun 2011.
Direktorat Pengawasan dan pengadilan Mutu Barang Departemen Perdagangan RI pada 2005 bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Sangihe menggelar Pertemuan Teknis untuk mencari solusi atas krisis produksi dan harga pala. Upaya pemerintah yang setengah hati itu pun tak mebuahkan kebijakan memiliki dampak pada peningkatan harga produksi dan kesejahteraan masyarakat petani. Ketika itu harga perkilogran berada di bawah harga saat ini, bahkan merosot sampai di bawah 100 ribu rupiah perkilogram. Permainan harga pihak pasar ini tak mampu dikendalikan dan terus mencekik para petani.
Kemampuan Produksi
Akibat tak ada penangan yang serius terhadap peningkatan produksi, maka mutu produksi pala cenderung menurun di kisaran 1000 biji pertahun perpohon. Padahal kemampuan produksi tanaman pala yang baik, bila menghasilkan 1.500 – 2.000 buah per pohon setahun.
Dari data yang ada, produksi pala di kawasan itu dari 679.255 pohon memproduksi 4.787 ton pala dan 356 ton fuli. Jumlah produksi ini sangat jauh dibawah kemampuan produksi ideal perpohon. Kemampuan produksi tanaman pala di Siau saat ini rata-rata 808 buah perpohonan sampai 916 buah, atau bila di prosentasikan dari 53 persen dan 61 persen, dari prosentase produksi ideal.
Fenomena ini cukup menarik dan membutuhkan upaya yang serius untuk diatasi bersama oleh setiap stakeholder yang berkepentingan dengan komoditas pala dan fuli yang selama ini masih merupakan produk andalan daerah.
Kendati demikian, kenyataanya menunjukan bahwa pala kawasan itu masih mampu memepertahankan posisi ketersediaan Stok nasional dan Kebutuhan pasar dunia sebesar 60% sebagaimana di beritakan oleh beberapa sumber media cetak selama ini.
Adapun posisi Volume dan Nilai Perdagangan produk Komoditas Pala sejak tahun 2002 dengan patokan harga rata-rata per kilogram sekitar Rp 22.980 per kg pala dan Rp 46 per kg fuli. Tapi harga ini terus berfluktuasi.
Pada tahun 2002, volume perdagangan sejumlah 3.379 ton dengan nilai sebesar Rp 77.694.420.000 dan Fuli sejumlah 321 ton dengan nilai sebesar Rp. 14.865.510.000,- Sedangkan tahun 2003, volume perdagangan sejumlah 4.787 ton dengan nilai Rp. 88.368.020.000,- dan Fuli sejumlah 356 ton dengan nilai sebesar Rp 14.240.000.000. Pada 2011 nilai produksi pala Siau mencapai 102,10 miliar rupiah pertahun.
Kondisi ini terjadi ketika Strutur Permintaan Komoditi Pala dan Fuli berada pada posisi tawar yang lemah. Artinya pasar yang karena suatu sebab berorientasi kepada pembeli sehingga penjual harus mencari calon pembeli ( Buyer’s Market ), dimana dampaknya pun sangat di rasakan oleh petani di daerah ini menjual produk pala dan fuli dengan harga yang rendah dan berfluktuasi hampir setiap saat.
Sebagai contoh kasus tahun 2005, lalu fluktuasi harga dari bulan Agustus ke September untuk pala Rp. 22.000. per kg naik menjadi Rp. 23.000. Sedang fuli dari Rp. 52.000 per kg menjadi Rp. 53.000. Pada bulan Oktober merosot lagi menjadi Rp. 22.000. untuk pala, sedangkan Fuli merosot menjadi Rp. 51.000 per kg. Di tahun 2011 untuk pala di atas Rp 200.000 per kg menjadi Rp 120.000 per kg di awal 2012. Fuli di 2011 mendekati Rp 300.000. per kg merosot menjadi Rp. 200.000 per kg di awal 2012.
Mutu Pala dan Ful
Hingga kini para ahli berpendapat bahwa mutu produksi Pala dan Fuli dari pulau Siau masih memiliki mutu terbaik dunia. Menyangkut mutu biji Pala mempunyai kaitan dengan faktor antara lain jarak tanam, pemeliharaan, cara pemetikan di samping tingkat kandungan minyak pala. Sedangkan mutu fuli pala / Bunga Pala sangat tergantung pada mutu dari buah itu sendiri. Memang standar pengukuran mutu pala dan fuli yang baku belum di temui, tapi sebagai bahan perbandingan, dilakukan suatu standar pengukuran mutu pala dan fuli yaitu, 120 – 130 buah pala adalah 1 kg, dan menghasilkan 0,10 kilogram fuli, ini berarti menggambarkan mutu pala maupun fuli yang lebih baik.
Pentingnya Sebuah Kebijakan
Mengacu pada data di atas, maka tingkat kemampuan produksi tanaman pala di Siau masih tergolang rendah bila bandingkan dengan data dari daerah dan negara lain.
Berbagai upaya dan kebijakan yang telah di lakukan oleh pemerintah Daerah melalui Dinas yang terkait seperti antara lain penyediaan dan pengadaan bibit untuk kebutuhan rehabilitasi tanaman pala, sosialisasi dan penyuluhan kepada masyarakat petani tentang pengendalian hama dan penyakit tanaman pala serta pemupukan, tapi kenyataanya menunjukkan belum efektifnya kebijakan tersebut.
Untuk itu, betapa pentingnya kebijakan Pemerintah Daerah, Propinsi dan Pusat untuk melakukan berbagai kebijakan melalui penetapan program secara terpadu dan proporsional. Berbagai kebijakan yang di harapkan antara lain melakukan penelitian Daya Saing Produk, meningkatkan posisi Tawar Komoditi; penetapan Harga Dasar dan Harga Maksimum, Difersifikasi Produk serta memberikan kesempatan melakukan kegiatan Ekspor bagi pedagang Antara Pulau di daerah ini.
Diharapkan dari berbagai kebijakan tersebut akan mampu memberikan dampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat petani, daya saing daerah, menunjang ketersediaan Stok nasional, mengatasi fluktuasi harga, memperluas kesempatan kerja dan meningkatkan efisiensi perdagangan serta menunjang pengembangan daerah perbatasan diera otonomi sekarang.
Dengan memperhatikan uraian-uraian sebelumnya, maka berikut ini dapat di kemukakan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari semua stockholder yaitu: Pertama, perlunya kebijakan untuk meningkatan kemampuan produksi tanaman pala yang masih rendah guna menunjang ketersediaan Stok Nasional memenuhi kebutuhan pasar dan meningkatan kesejahteraan masyarakat petani.
Kedua, perlunya kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan mutu pala dan fuli guna meningkatkan daya saing daerah.
Ketiga, perlunya kebijakan untuk meningkatkan posisi Tawar Komoditi Pala dan Fuli yang masih lemah di pasaran selama ini sehingga berpengaruh pada tingkat harga dan kesejahteraan masyarakat petani.
Keempat, perlunya kebijakan penetapan Harga Dasar dan Harga Maksimum atas Komoditi pala dan fuli guna mengatasi fluktuasi harga yang tidak menguntungkan bagi masyarakat petani.
Kelima, perlunya kebijakan untuk difersifikasi Komoditi dan Fuli Pala guna meningkatkan Daya Saing Daerah disamping Perluasan kesempatan Kerja.
Keenam, perlunya kebijakan untuk memberikan kesempatan bagi Pedagang Antar Pulau (PAP) di daerah ini melakukan Ekspor Pala dan Fuli guna meningkatkan efisiensi perdagangan.
jika perlu biji buah pala tua kering cangkang & fulli untuk eksport..kami siap supplai sesuai kebutuhan..(021-59433430 / 087809273705 Wa / 082312278102)
BalasHapus