DRAMA NATAL
PINTU
Karya: Iverdixon Tinungki
(DILARANG
DIPENTASKAN TANPA IZIN PENGARANG)
SATU :
Bunyi Lonceng 3 kali. Disambung suara angin/ halilintar
Tangan berdarah menerobos pintu berbentuk sekat di tengah
panggung bagian belakang. Tak berapa lama diikuti kepalanya. Kepala itu
bermahkotakan duri bergantung seperti gambar pada sebuah bingkai.
Suara dari
kepala :
Aku Anak itu. Aku selalu ingin lahir. Lahir dengan damai
dalam hati setiap orang. Tapi dari abad ke abad, dari waktu ke waktu, seakan
tak ada pintu hati yang terbuka bagiku. Nasibku ternyata tak lebih dari
sebuah pigura dalam rumah orang-orang. Orang-orang memajang gambar kesedihanku.
Orang-orang memajang lukisan keagungan cintaku. Tapi orang-orang itu pula
menolak kelahiranku dalam hati mereka, dalam rumah mereka, dalam keluarga
mereka
Dari Langit, turun sang rembulan. Betapa sedih hati rembulan
melihat anak yang tergantung dibingkai itu.
Rembulan dengan sedih ia menyanyi Lagu :
Judul lagu : Kepala Yang berdarah. (bisa diganti lagu lain)
Dari berbagai arah, masuk Koor membentuk posisi penyembahan,
ikut menyanyikan lagu yang dinyanyikan rembulan.
Bunyi halilintar lagi susul menyusul, kemudian redah
Bunyi Gong 3 kali.
Di langit bulan tampak sedih. Suasana tampak hening. Bulan
melemparkan kertas-kertas ke udara sambil berkata :
Bulan:
Jika engkau ditinggalkan Sang
keberanian
Dengan apa kau ubah dunia
Sia-sia kau buat pintu atau
jendela di hatimu
Sementara matamu tak berani melihat Matahari
Dan kulitmu beku di angin
Takdir manusia adalah mencari dan mengubah
Membuat dan melahirkan.
Masuklah Wahai lelaki.
Dari pintu Tengah itu : Sang Lelaki itu
membuang mahkota durinya dan, menerobos pintu mencari- cari sesuatu
pada kertas yang dilempar bulan. Ia mengenakan kafan panjang tergerai.
Komposisi koor menjadi patung.
Lelaki
:
Setiap hari, aku selalu ingin lahir.
Seperti bayi yang baru melewati rahim ibu.
Putih. Penuh kebenaran.
Lelaki itu terkulai lagi.
Bulan dengan payung hitam. Ia mengelilingi sang
lelaki sambil menyanyi. Lagu bulan diikuti koor.
Lagu Sang Bulan : (Malam Kudus Dilangit Bertaburan bintang
kemilau terang benderang…)
Setelah menyanyi Bulan berkata :
Yang terpenting kau harus
memperjuangkan kehidupan.
Menjaga api keberanian dalam nafas
dan jiwamu
Sehingga kau tak perlu gugur sebelum
ajal
Tak perlu mati sebelum bertempur
Bulan Exit
Koor menjadi patung.
Pelan-pelan bangun dan mengikuti bulan sampai kepinggir awan
dengan wajah penuh tanya..
DUA :
Dari pintu yang lain. Setan muncul menerobos pintu.
SETAN
:
(Terbahak.
Wajahnya jahat dan busuk. Ia berjalan-jalan sambil menelitik dengan licik
patung-patung di panggung itu)
Plato,
Humerus, Shakespiere, Hugo, Michael Angelo, Beethoven, Pascal, dan Newton,
Mereka semua adalah pahlawan jenius.
KOOR
Patung-patung:
Benar
SETAN
:
Mereka
semua bergumul dengan kebenaran-kebenaran fundamental, dengan esensi paling
dalam dari semesta alam.
KOOR
Patung-patung:
Benar
SETAN
:
Mereka
semua memiliki akal budi untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan kesenian.
KOOR
patung-patung:
Benar
SETAN
:
Tetapi,
mereka tidak dapat menciptakan suatu dunia yang adil penuh rasa persaudaraan
dan damai.
KOOR
patung-patung:
Benar
SETAN
:
(terbahak
)
Tidurlah
wahai lelaki.
LELAKI
:
Keadilan
adalah keadilan. Keadilan hanya ada karena ada ketidakadilan. Kedamaian adalah bunga dari keadilan. Sedang buah dari
ketidakadilan adalah derita. kasih dan kebenaran adalah obat mujarab untuk
mengalahkan ketidak-adilan.
KOOR
Patung-patung :
Benar
SETAN:
(bertepuk
tangan)
Hebat…
hebat. Kau dapat mendefinisikan arti penderitaanmu. Tapi kau tak mampu
mengakhiri penderitaanmu. Apa artinya?
LELAKI
:
Perjuangan
seorang yang menderita bukanlah mengakhiri penderitaan. Tetapi menikmati
penderitaan itu. Penderitaan jika dinikmati, lambat laun akan terasa
mengenakan.
SETAN
:
Perkataanmu
tak dapat dibuktikan.
LELAKI
:
Setan,
berabad-abad kau telah menyaksikan pembuktian dari kata-kataku. Tapi, karena
kau sumber ketidakadilan maka kau dan hamba-hambamu tak pernah mengerti
kenikmatan suatu penderitaan. Hanya orang-orang menderitalah yang memahami
indahnya penderitaan.
KOOR
patung-patung:
Menyanyi
Lagu : Indah Sebagai di Eden
SETAN
:
Tidak
mungkin ! Tidak Mungkin !Penderitaan adalah penderitaan. Tidak ada kenikmatan
dalam penderitaan. Banyak orang bunuh diri karena tak mampu menahan derita.
Karena itu, banyak orang berusaha mencari jalan pintas untuk mengalahkan
penderitaan.
LELAKI
:
Penderitaan
adalah persoalan eksistensi. Bunuh diri adalah penyangkalan eksistensi. Filsuf
Albert Camus, pernah mengatakan bahwa manusia harus mengalami shysypos tragedy,
Manusia harus mengalami penderitaan. Manusia yang menolak tragedy shyisypos,
adalah mereka yang memilih bunuh diri.
SETAN
:
Kau
sedang sekarat …. Mengabdilah padaku. Jika kau mengabdi padaku kau akan kuberi
kehidupan. Tolaklah penderitaanmu. Keimananmu telah membuat engkau tidak pandai
membaca kesempatan.
LELAKI
:
Setan pergilah ! Aku bukan doctor Civago yang bersedia
menukar jiwanya dengan kemuliaan dunia yang ditawarkan Mefisto, setan seperti
kau.
SETAN
:
Kau
keras kepala ! Aku tak suka padamu ! Kita akan bertemu di pintu yang lain.
(Setan
kemudian exit)
(Koor
Menyanyi dan menari lagu : Seribu Lilin, Kemudian Exit)
TIGA :
DI PINTU DUKA IBU
Ibu
di balik pintu bertanya.
IBU :
Milik
siapakah kebahagiaan itu?
Apakah
kebahagiaan hanya milik segelintir orang?
Apakah
kebahagian hanya milik orang yang punya kuasa, punya kekayaan?
Lalu, kaum
miskin, orang-orang sederhana, apakah tak ada pintu bagi mereka untuk mencari
kebahagiaan. 70 persen bahkan lebih penduduk dunia adalah kaum miskin, 70
persen bahkan lebih penduduk Indonesia adalah kaum miskin, 70 persen bahkan
lebih penduduk Sulawesi Utara adalah kaum miskin. Oh betapa banyak kaum miskin,
betapa banyak orang yang tak mencicipi kebahagiaan.
LELAKI :
Setiap
keringat yang jatuh di tanah, akan menjadi benih kebahagiaan bagi rumah tangga,
istri dan anak-anak. Mereka bisa makan dan minum. Mereka bisa sehat. Mereka
bisa tersenyum. Itulah kebahagiaan. Kebahagian harus dipetik bukan dari
kemunafikan dan tipu daya. Tapi dari kebenaran keseimbangan antara hak dan
kebajiban seorang pekerja dan seorang manusia.
IBU :
Definisi
kebahagiaan yang kau pahami begitu absurd. Kapan kita jadi kaya ? Kapan kita
punya mobil ? Kapan kita punya rumah mewah ?
LELAKI :
Kekayaan
dan kemewahan hanyalah realisasi dari imajinasi. Banyak pintu mengkongkritkan
imajinasi. Pintu pertama mencuri. Pintu kedua korupsi. Pintu ketiga merampok.
Pintu keempat manipulasi. Dan masih banyak lagi pintu. Dari 5 milliar lebih
penduduk bumi, 70 persennya bahkan lebih adalah kaum miskin. Jika semua kaum
miskin ini ingin menjadi kaya, bayangkan malapetaka apa yang akan terjadi.
IBU :
Kau lelaki yang pesimistik. Apriori.
Kau lelaki yang pesimistik. Apriori.
LELAKI :
Delila
menggunting rambut Samson, adalah contoh penghianatan rumah tangga terabadi
dalam peradaban umat manusia. Pergilah aku bukan Samson. Aku seorang lelaki
sejati.
(ibu exit)
EMPAT
EPILOG
Setan
muncul kembali.
SETAN
:
Kau
akan kehilangan semuanya jika kau teguh pada prinsipmu. Hari ini, jutaan
manusia bangsamu ada di jalanan memperjuangkan kehidupan yang layak.
LELAKI
:
Banyak
pintu menuju kehidupan yang layak. Tapi sedikit sekali orang memilih pintu
kebenaran menuju kehidupan yang layak.
SETAN
:
Tapi
tak mungkin mengubah dunia hanya dengan diam !
LELAKI
:
Dunia
pun tidak akan berubah karena keriuhan. Keriuhan hanya mengakibatkan
kehancuran. Ambon, Ternate, Poso, Tasik Malaya, Aceh, Afghanistan ,Palestina,
dan berbagai pelosok yang dilanda rusuh, adakah damai di sana ? Haruskah
perubahan dibarengi penghancuran ?
SETAN
:
Teolog
Karl Bard menganjurkan penghancuran guna pembangunan dunia baru.
LELAKI
:
Nabi-nabi
justru menganjurkan kasih sayang sebagai senjata melawan kelaliman.
SETAN
:
Lalu
siapa musuhmu yang sebenarnya ?
LELAKI
:
Pertama
adalah diri sendiri. Melawan hawa nafsu yang menghancurkan rasa kemanusiaan.
Kedua adalah ….
Dari pintu mendadak muncul pemburu
PEMBURU
:
Provokator
! Kedua adalah provokator. Kau…kau…(menodongkan senjata ke setan) Musuh bersama
saat ini adalah provokator seperti dirimu. Terimalah kematianmu…
(menembak.
Setan terkapar luka, tapi kemudian berusaha dan kabur)
LELAKI
:
Setan
punya seribu nyawa. Kau boleh membunuhnya saat ini tapi pada detik berikutnya
ia telah hidup lagi. Mungkin ia telah berada diantara penonton pertunjukan ini.
PEMBURU
:
Kalau
begitu seluruh penonton ini harus dibunuh ! Agar setan itu mati.
LELAKI
:
Pemburu
! Ingatlah… seorang yang dalam hatinya terselip keinginan membunuh, itu artinya
ia setan juga.
PEMBURU
:
Jadi
aku harus bagaimana untuk menyelesaikan kerusuhan dan keresahan di tengah
masyarakat saat ini.
LELAKI
:
Berikan
nafas pada hukum. Dan bercermin pada Kristus. Lahir dan matiNya beri harga pada
kebenaran.
PEMBURU
:
Kau
terlalu cerdas ! Dan berbahaya !
(menembak
sang lelaki)
Lelaki
mati. Ruang jadi sunyi. Pemburu pergi. Bulan, koor, dan penari datang dan
menyanyi, menari lagi)
T A M A T
(DILARANG
DIPENTASKAN TANPA IZIN PENGARANG.
Iverdixon Tinungki
Hp 085343976992)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar