PEDANG MASA KECIL
aku belajar beradu pedang bambu
karena dongeng ayahku
siapa musuhku, siapa guruku
aku terpaku warisan kisah lusuh
bunyibunyi samar
tak begitu kukenal
datang dengan kapal
merengkuh
aku tak bisa lari dari pucat sinar
matahari
membekuk dengan simpang siur kabar
dan kisah kesusahan orangorang pulau
kian kemari
mengacungkan pedangnya sendiri
lalu ibuku bernyanyi bila sore
lagunya, lagu kebangsaan penjajah
semacam kebanggaan tak berdaya
tertumpuk ke dada
dan ayah kembali berbisik;
seperti ini kau akan menempuh jalan
dari hulu Ulu*)mu sendiri
*)
Ulu : Kota Ulu, Siau.Tanah kelahiran
para leluhurku.
DALAM DEKAPAN
ANGIN MUSON
berlayar
di tepitepi pulau ini
berlayar
di dekapan
makna angin dan mimpi
laut
biru dan gelombang abadi
selalu
kembali ke dalam diri
aku
mengaji diri
antara
burung dan angin
sayap
siapa meneduhkan puisi
hingga
laut dan pelaut punya hidup dan maut sendiri
sejak
orangorang Lanun*) dan kapal bajaknya
sejak
legiun Spanyol Portugis dan Belanda
berlalu
dalam kisah perang niaga
biru
dan asin siapa yang menusuk lidah
aku
tercenung di hadapan laut
yang
tak mengubah teduh dan garangnya
dan
berpasang burung di langit
menambat
di batang angin pengarak arah
dari
bandar ke bandar
tampak
berkibar hati pelayar
ada
catatan musim tak menyerah
seperti
memandu beragam gairah di sebentang layar
*) Orang-orang Lanun : Perompak dari
kepulauan Sulu, Mindanao.
DARI SEBUAH UPACARA PESISIR
saat
doa diketukkan ke arus
aku
tahu kesakitan
bagai
hutang harus lunas ditebus
tapi
siuman jangan hanya tradisi
sedang
kita bak pelangir cempaka ke laut mati
bukankah
berkayuh harus sampai ke jati diri
di
suatu pagi
kita
barangkali membaca van Erde atau Brillman*)
lalu
bertanya bagaimana menghargai budaya
budaya
tak sekadar keris dan mantra
jampi
kehendak menegak sebuah menara
mimpi
dan hasrat mestilah terpacak di tengah
saat
haluan kemudi bergerak
menakluki
laut mengajari kita gelora
*). J.C.
van Erde dan Brillman: dua
penulis yang antara lain berjasa menyelidiki asal-usal suku bangsa Sangihe
Talaud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar