SUATU
SORE DI TONDANO
aku menafsir alangalang berwarna kuning
dan anyir menenggelamkan sebuah kota
seperti membaca nasib elangelang pulang ke gunung
gunung masa kecilnya: sebuah surga dapat dilihat dari jendela.
anakanak gadis berparas merah
tondano barangkali itu
iris mata surealis dari batangbatang minahasa
begitu elangelang hinggap dalam rupa danau tak dapat dilihat
senja memecah kabut nokturnal
ke atas pematang yang pucat
diternak di lempengan ladangladang hanya menerjemahkan
ketidakhadiran hasrat saat luluh pada kemalangan
aku berguru di tengah rawa
ikanikan mujair berenang dari hulu ke hilir
lalu kembali dengan mulut dipenuhi anakanaknya sendiri
mereka akan mengarung lagi di arus kali tak pernah mati
dan sepasang gurami bercinta disela kangkung
menetaskan beribu kepingan cahaya pelangi
sesekali aku mendengar bunyi gada para penebah
dan bau sekam padi yang pecah
memanggil gidik di bayangan tumisan caesin
harum solderei
segumpal daging
dan lapar yang kadaluarsa
seorang asing berkata:
--andai kupunya minahasa
tanahtanah ini akan hamil oleh benihbenih yang indah—
di ujung sawah, ketika angin senja terakhir berhembus
petakpetak kol di huma menggelap
menjadi bolabola hitam
di kicau unggas malam para penyihir
begitu gaduh mencakapkan halhal
nyinyir
2014
PERJALANAN KE RONDOR
perjalanan ke rondor
perjalanan ke
warnawarna pohon
benihbenih haru
menikah dijangkung langit hijau dan biru
udara bersih
terjulai di pucukpucuk bunga ilalang kelabu
--Tuhan aku hilang
di firdaus pepohonan itu--
ketika
jarijari daun di pelepah menari
menghadirkan
pesanpesan dini hari yang indah dan fitri
ratusan
bangau rawa terbang di atas ladangladang padi
terbang
juga hatiku kesana-kemari
barangkali
ini sisi dari selasar riang itu sendiri
--kendati
kini riang tak pernah abadi--
tapi
di sini ada yang tumbuh
meneduhkan
pucukpucuk ngeri
di
pematang aku terpikat oleh bunga ungu
ia
menetas dalam cahaya matahari
kami
samasama bercinta dengan sejuk
bau
kebun cokelat di sepanjang jalan
membawa
keindahan kian ke sini
ke
sanubari
ladangladang
jangung yang luas
pucukpucuknya
ihklas memecah bunga berwarna sawo
matang
oleh para penakik nira begitu ramai bernyanyi di tangga bambu
mensyukuri
pohonpohon enau tua menggugurkan
pelepah paling rentah
mendaur
gemburgembur kisah di esok yang pasti akan tiba
akhirnya
Rondor kulihat seperti desa dalam hikayat
orangorang
tersenyum
di
antara hutan dan laut
di
antara hidup dan maut
2014
*).
Rondor (Rinondoran): Desa di pesisir Minahasa Utara.
KABAR DARI PULISAN
ia tiba dalam
sekujur ombak
dengan perahu batang
gaharu menitip alamat;
bau tubuh masa lalu itu
tak pernah menyerah
menganyam arusnya ke semua langkah
aku lagi di dusun jauh
dalam jam
pembacaan identity;
seorang kundera menguntit kemanamana
saat chantal
terpikat kental kabut laut
yang terus
menggandakan wajahwajah barunya
di jam ramai
ini cerita itu mengempaskan ruhku
katakata lantak dan
remuk
aku seperti jean
marc ternyata ingin menyeru;
“kau cantik. cantik
sekali!”
langit desa rondor
pelanpelan membawaku tenggelam
dalam bayangbayang
mata. rambut keemasan
wangi nafas
yang harusnya kulupakan
kita pernah melintas
di jalanjalan itu
setidaknya dua puluh kilometer
berhastahasta
partitur kau lipur ke luka
nyanyianmu seperti
gerisik daundaun perdu
semaksemaknya menghamburan
bunga liar dalam pesta cemas
menyeretku sekali lagi menggumam kekaguman
ada kabar ombak pecah di tanjung pulisan
meruntuhkan
dindingdinding batu
tapi bagaimana pun senja akan berakhir
pohonpohon randu
menjelma tugutugu hitam
di malam sudah kuputuskan mesti ditinggalkan
2014
*). Pulisan : Desa
di pesisir Minahasa Utara.
OROANG-ORANG LINGKAR TAMBANG
jam 17.15 ada ledakan
lempeng gunung
lantak, tanah berceceran
saat itulah anakanak lingkar tambang belajar menulis air
mereka mulai menapis
liangliang tanah tergelincir
membawa bayangbayangnya
ke selokan
tergenang
pesing dan cairan amis yang mengambang
mereka juga menulis
pohon, kabutkabut gagu
bebekbebak rawa
putih berenang di celah akarakar sagu
puisi itu tibatiba
terasa seperti peluru membawa mereka berburu
tapi jamjam
terperangkap di matanya membunyikan dentum
mereka tak kaget
lagi
ketikan pohonpohon berderak
burungburung
bergerak ke langit lain
saat ledakan mendegup
di akarakar tradisi yang remuk
gadisdagis kecil
yang manis memilih mengkuncir rambutnya
lalu bermain dengan
sisa cahaya matahari di ujung senja
mencari apa
sesungguhnya mau dikabar ilahi
legendalegenda
apalagi akan lahir di sini
di tanahtanah emas
yang akan berganti racun ganas ini
di sepanjang jalan
aku melihat wajah tirus mereka
menghitunghitung
arealareal yang hilang dengan amarah
cemas
berwarna tua itu mengkilap di ujung mata petani yang terluka
2014
KIMABAJO
di pijar kumuh rumahrumah petak beralas pasir
kupandang kimabajo
rumahrumah apung surut ke darat
mereka dipaksa menepi
reruntuk gelagar penjemuran ikan asin
melepas anyir terakhir
di sana bajo tak lagi suku air
seorang lelaki dengan rambut warna tembaga pulang dari laut
ia anak suku masih menyimpan bajo dengan perahu kayu
kail layanglayang. sekeranjang ikan sako
mengisah tradisi gemilang rumahrumah laut yang hilang
dari sebuah hotel di pesisir , turisturis berlarian mengarahkan
jepretan
kemiskinan bajo dibawa sebagai oleole riang
ke negaranegara mereka dipenuhi kisahkisah kemakmuran
bajo seakan fosil yang ingin dijual
dalam paketpaket pariwisata terus menjarah
tanah laut kita
tak jauh ada bangkai perahu
menceritakan wajah laut muram itu
bau pesing. sungai pucat di kening
menghanyutkan cahaya bulan teguh mendirikan isak hati karam
hari menggigil di tengah udara bajo. terik
sampansampan terapung. perempuan melilitkan kain ke pinggang
tak lagi menyanyikan angin saat menyeduh umbiumbian di belanga
menggantung
sebuah tradisi telah punah
karena ketidaktahuan kita akan petapeta riang kehidupan
anakanak jadi pasir
menggelinding dalam permainan ombak para peselancar
bungabunga kopi di pesisir berubah bijibijian
disangrai air mata bajo yang kelam
sejarah masa kini tak lebih bangkaibangkai arkeologis menepis keyakinan
di mana seluruh jiwa melekat dalam ikatan hidup abadi
karena sebuah dosa berasal dari dosa lain
kimabajo kini seakan pantaipantai surealis dari kenangan tenggelam
menyimpanan rahasia masa lalu dengan apik ke tepi sepi
2014
DARI BENTENAN KE TUMBAK
dari bentenan ke desa tumbak
kulayari kisah perangperang kuno
sebelum dan sesudah musafir
barat menukar beras dan dammar
dan kolonialisme membaca
peta nicolas desliens
tentang negeri timur menyusu
di dua musim
jadi bujur baru pada syawat penghisapan sejak masa lalu
kapalkapal datang dengan perangai peperangan
tapi bentengbenteng air itu berdiri membentuk dinding
melatih pengayuh tak jerih bertahan melawan miskin
beribu martir bangkit dan tenggelam
masih saja di sana, dua arus bertemu menyuarakan gelisah desadesa
aku bersua janjijanji selalu mati di rumahrumah apung
para pemberaninya menjadi tulangtulang tak berarti
dari saman para bajak laut
perompakperompak selatan
mereka hidup dalam mitosmitos peperangan
terus mengganyang imprealis hingga merdeka itu datang
tapi kini setiap orang hanya punya sebuah legenda periperi riang
dikejarnya dengan susah payah, sekalipun menempuh mati yang sama
dalam musimmusim berjalan tertatihtatih di lengannya
kendati kemerdekaan tak memberi mereka senyuman
di pesisirpesisir jauh itu entah bagaimana, tetap saja terjaga suatu
keyakinan
bahwa bila pohonpohon saling berbisik tentang bunga
akan ditabur ke atas pagi
maka tak siasia masa lalu punya harihari patut dikenangkan
selalu ada ketika seseorang mengayuh di undakan laut
memancarkan asin ke kecupannya
membuat ia menghargai hidup
lalu mereka akan mencari kerik belalang bernyanyi dikesunyian
mengganti kenangan burungburung murai lelap di dedahan
mengilhami pelukan di tengah rambutrambut basah terjurai ke suatu masa
tentang ubin kayu jati pecahpecah
beralas balacu masih putih
hati mereka rebah mensyukuri harihari
di balik tetiris atapatap rumbia membengkok bagai cemeti
lalu ada yang berjalan bersama Tuhan di malam dan siang hari
menamai laut dan bukit akan diingatnya hingga di suatu ketika nanti
saat merdeka benarbenar memberi mereka sebiji sesawi
buat mengubah hidup masih saja berkubang dari ratap ke ratap
atau melarung kembali peperangan ke laut tak henti menyemi dendam
2014
JALAN MENUJU HULU JENGKI
orangorang terbawa arus
menumpuki kotakota gaduh
mereka tak hirau di mana letak hulu jengki
memberi riwayat peperangan paling utuh
mereka hanya petualang
kerap mencatat namanama mahkluk tanpa kaki
lalu ikut melatahi semaksemak mati
di sini, di tengah hidup kita
bangunanbangunan sewujud tangan
mencengkerami benihbenih suara
ketika mau berkata: aku tak ingin mati tanpa harga
lalu ia menghadiahkan: pusatpusat pelelangan manusia
di sekolahsekolah
di kampuskampus
di mana diajari semua sejarah dusta
kendati sendiri: aku mau berjalan menuju hulu jengki
menyusuri wanua minahasa dengan sekujur tubuhnya yang subur
tanahtanah ke atasnya seakan seluruh keringat bisa tumbuh
dan kepala walak menjahit bulu burung manguni ke hatiku
menancapkan tuis dibatas pendatang dan para waraney
seorang waraney tahu ketika air mata mencari sungai
bunyi karambangan melatari dansi bulan piuh
di tangan para pendatang tak ingin mencakapkan itu
mereka hanya pendumpul waktu dengan lumpur
diwaktu seperti ini:
sebuah peperangan harus di mulai dari hulu jengki
seperti jasadjasad anoa telah tunai pertempurannya
selalu mewariskan sebilah kapak
kepada pewaris yang ingin membuka jalan
mencari hilir menyelamatkan matahari tergelincir
bila detik itu datang: gembyarlah sopi dalam darah
saatnya menyeruh gemuruhgemuruh
perang lebih sungguh
2014
DARI
BITUNG KUPANDANG LEMBEH
kupandang hikayat perahu melabuh
ketika gerimis datang menikahi laut
monumen trikora itu sebegitu angkuh
peperangan siapa dimenangkan itu
nasib siapa melepuh di cerobong asap
kapal
datang, menjauh
pulau itu mengharu biru
di balik pelabuhan samudera
kibaran benderabendera
jantera berputar
kecuali nasib nelayan, nasib petani
karam di teluk dalam
2013
MORAYA*)
aku tak mencari Teterusan di relief waruga
tibatiba bersua Korengkeng Sarapung
lengking suara manguni, berayun
menenun seutas mantra serat jantung
minahasa
menunggang pemandangan pematang
memisahkan
kemuning hijau luas bentang sawah
juga sayupsayup riak air danau menafsir
kilap teragung warna langit di atasnya
ia bersarang di sana
di pepohonan menjulang
di sisa usiaku, di sisi yang hilang
di hujan mengelincirkan asin air matanya
ia mengaduk api di kedalaman lumpur
di bawah reruntuhan Moraya
dimana beratusratus anak walak
mengikhlaskan tubuhnya jadi kepingan
bara
bangkit menyeduh semua beku ingatan
sasarku;
--minahasa sekadar batu waruga dengan
jasad tertelungkup
menghadapkan arwahnya ke mata angin
utara--
tiangtiang palisade terpancang di
sekeliling
batangbatang sagu, kisahkisah hantu
danau
dalam bayangan parit, amis
bau tubuh hangus
hanyut menembus abad
pucukpucuk mimpiku tertanak
mereka belum mati dalam 204 tahun
pertempuran
benteng sesungguhnya masih kukuh
disiangi
sawahsawah rawa Minawanua
dimana unggasunggas mengawinkan padi
dengan nyawa yang gugur
pada sebuah pagi dan malam buta
kembali ditetasnya ke dalam dada para
leluhurnya
di atas kawah danau, air hidup mengairi
sawahsawah
mengaliri jiwaku, memerciki peristiwa, merayapi
sebongkah luka
ketika menimang sebutir padi dalam legenda moyang
perang anti kolonial itu tak sekadar
perebutan ladang
tapi letupan harga diri melawan
portugis, spanyol , Belanda, juga
abadabad lebih tua
UkungUkung mengirim pedang tumbak
terhunus
menggemetari lembarlembar sejarah menderasi arasaras
dimana kebebasan tak mungkin tunduk pada
ajal, pada senapan
kebebasan terus menegak meski tubuhnya
tersungkur dalam lumpur
luka dan nanah
aku membaca sejarah kau samak itu
ketika angsaangsa menumpahkan semua
kenangan, keluhnya
ke wajah danau dengan arakarakkan
menjalarkan gaduh;
residen Marinus Balfour pada Juli 1809
mengutus Lodewijk Weintre
bersamanya beratusratus serdadu Belanda Ternate
beratusratus perahu, rakit, korakora
bersenjata lengkap. mengepung!
Minawanua sebenarnya tak bisa mereka
rengkuh
di sana walakwalak setia berpegang
sumpah
terjaga, serupa suara manguni mengabar
makam
hanya tempat perebahan jasat
sedang sebuah nama abadi di matanya
gempuran meriam berdentum menggema
di subuh Agustus terpiuh itu
“I yayat un santi!”
seru waraney dalam derap serdadu
Minahasa
juga suara perempuan di gelombang tak
pernah diam
meriaki danau, menggetari rawa, seakan
semua nyawa menyeru;
“Rumungku’ se Maesa!”
peperangan danau menggertak, miris tak
memandang siapa
sesekali serangan berani mati pun
tumpah
mengejutkan arwaharwah berduka
Weintre tersengat. menderita
dengan panas hati dan seluruh kebencian
Weintre mengobar serangan lagi
di malam 5 Agustus 1809
di malam 5 Agustus 1809
ketika penampangpenampang daun
baru mulai menampung embun
1400 pasukan melawan 4 perahu perang
menenggelamkan Moraya
dalam kobaran api dan anyir darah
pekik suara berdesing
di hembusan nafas terakhir para
pemberani
memilih mati demi sesuatu yang diyakini
indah
ruyup di embun dini hari
ada yang memasuki hutanhutan
suara tangisan anak, ratapan ibu
mengoyak
air mata ke atas danau,
tak saja oleh musuh, tapi juga khianat
menyayat luka ke rahimrahim perempuan
terjarah dengan seluruh kisah kekayaan
alamnya
foso
ya foso
mengangkat sumpah
Ukung Lonto
tak pernah menyerah
laskar menguasai medan rawa penuh
jebakanjebakan
hantuhantu danau dari pohon sagu dalam
bentuk manusia,
dibungkus lumut dan tanaman melata
pada malam hari perisai ini dibiarkan
mengambang di permukaan air
menyiutkan hati musuh mau mengoyak Moraya
kini dan di abad belum tiba
serupa Prediger yang terluka kepalanya
di atas tanah nenek moyang
dalam sejarahnya yang tak bersalah
di ujung peperangan
Weintre menulis laporannya; --temanku Balfour
Tondano telah mengalami nasib naasnya di
tengah malam tadi
seluruhnya menjadi lautan api
tidak ada sisa lagi
mereka tidak sempat menyingkir
yang selamat dari amukan api
akan kami dihabisi--
debudebu beterbangan ke atas surat itu
menyuburkan hutanhutan
di semua seluk barisan gunung
mewariskan jejak gerilya
ke ujung langkah
menyeretku ke altar
menyeretku ke altar
“luminga ko’oko”
seekor manguni bertubuh
dalam nafasku
merangkai moraya lebih utuh
2013
*) Moraya: Benteng pasukan
Minahasa dalam perang Tondano 1908-1809. Teterusan: Pahlawan atau Panglima
Perang Minahasa. Waruga: Makam leluhur orang Minahasa. Ukung:
Kepala Walak (Kepala Suku) Minahasa. Walak: Suku. Minawanua: Perkampungan di
tengah rawa Danau Tondano. Foso: Upacara
adat pengambilan sumpah. Waraney: Pasukan atau pejuang Walak Minahasa.
TONSARU
bangau kehilangan berdepadepa kabut
Tonsoru
dalam sejarahnya menganyam riang
persawahan
kini terbang ke liang kepedihan
tulangtulangnya retak, sayapsayapnya
tersingkap
di tepi parit, alangalang berkibar
menguaskan cemas di matanya
jalan aspal membelah padangpadang angin
lahanlahan pertanian tergulung gelombang
pikiran
terus menyusun sihirsihir
menumbuhi kota dengan sisiksisik ilalang
tanggultanggul air, ritus musim mengaliri
petakpetak
meletakkan tubuhnya yang merasa bersalah
ketika danau tumpah bagai air mata
di raut petani terdepak dari sawahnya
lalu ia melepas seonggok kenangan di
hitam gerak daunan
melukai sisa gemuruh sengau bangau di
alis kabut membebat
dusundusun limbung menerjemahkan bunyi
tetabuhan,
derak kayu bakaran di penampang budaya
mensyukuri bebiji
tumbuh di tengah alam semesta
bekasbekas pohon tumbang di bebukit
memagari
pemandangan kemuning padi, bunga trompet
berwarna putih
terkubur nyanyian hutan dalam cuaca tak
lagi berdenyut
dan capungcapung dalam kebingungannya
hinggap ke dadaku
membaringkan seluruh masa lalu
2013
*) Tonsaru: sebuah tempat di Tondano,
KALAWIREN
bau
danau
di atas
barisan kebun terong
mengabadikan
minahasa
bukitbukit
ini berkisah
betapa
megah dan dramatis
ketika
Injil tiba di sebuah pagi
seperti
lelaki memanteli kekasih
di sepemandangan mata
lembah ladang jagung
daunnya menari
dalam gerak Keke
melintasi pematang
kulitnya putih seperti kenari
mengapung di segelas kopi
di sini Tuhan dan perempuan
adalah bait mazmur desa subur
lelakilelaki berkeringat dengan
bajak dan pacul
berabad menanam cinta seluas
danau
lihatlah!
asap membumbung di tumpukan
jerami
menyanyikan gerisik gerabah
bunyi yang sama diolah doa
petani
dalam pesta sawah mengurai
koreografi penari
Tuhan mungkin selalu ke sini
menyambangi kekasih
penat dan sendiri
2012
*). Kalawiren:
sebuah desa yang tanahnya subur di tepi danau Tondano. Bagian dari wilayah
missionary mula-mula di pedalaman Minahasa.
*) Keke: sapaan untuk wanita Minahasa. Wanita Minahasa punya
tradisi tari untuk pembukaan ladang atau sawah dan masa panen. Semacam ritual
doa dan pemujaan kepada sang Ilahi.
KOTA
BUNGA TOMOHON
dua abad lalu
di Queen Elisabeth
Graafland menulis
bunga Krisan dan Cintamani
di kemilau danau Linow
kini di sepemandang lembah hamparan
bukit
bunga tumbuh seakan rumah beratap warna
mendenyutkan hidup sejarah anak cucu
Tombulu
gadisgadis berkulit putih tersenyum di
pematang
seindah Cintamani segari pagi
bermatahari
ketika siang pipinya memerah bagai
Krisan
melukisi nasib dipenuhi pertarungan
tiada henti
alam menghampar di kaki penari kabasaran
mengendapkan belerang kawah Lokon Mahawu
mendengar Empung menyeru di gelegar
gunung
turun dalam debu menyuburkan petak sawa
ladang
kebun cengkeh kelapa palawija
disemai bersama harapan nenek moyangnya
roda pedati suara burung Manguni
bou soka legam warna daun tuis
Ficus
minahassae, schefflera actinophylla
menisik dusundusunnya
seakan pola
biorama
detakkan
nadi bertabur anugerah
2012
di sini
Tuhan tak saja menata keindahan
juga kebun
pada semedi para walak
menyemi di
mekaran bunga cengkih
bernas di
kemuning gerabah
sepanjang
bentangan sawah
sepanjang
sejarah nenek moyangnya
seperti
sinar mata Keke
menggelorakan
kawah gunung
gunung
semangat membentang
melontarkan
sejuk dan hangat
risau penat
lesap
terhisap nafas tak pernah sesak
andaikan
surga dapat dibayangkan
maka
kubayangkan petakpetak kebun bunga di sini
takdir nasib
tiada tempat bersunyi, berkelindan
berkemilau
seperti musim semi
di manamana
semua benih tumbuh
melebatkan
semak hutan warna
dalam pesta
alam
ramai oleh
cantik semestaNya
“Tuhan aku
berbaring di padang hijauMu
berbasuh di
air tenangMu”
2012
MINAMATA
MINAHASA
buyat oh buyat
buyat oh buyat
minahasa minamata
minahasa minamata
e royor
buyat oh buyat
minahasa minamata
minahasa minamata
e royor
e…e… royor!
celana color, pikiran kotor
sana sini masuk kantor
sambil bawabawa kopor
selalu ngomporngopor
inahasa jadi kotor
e royor
e…e…royor!
segalon mercury ditumpahkan
segalon sianida ditumpahkan
brur, tanah minahasa menggigil minamata
minamata merasuk minahasa Brur
ikanikan meloncat sakit
ganggang karang dan kehidupan blingsatan sakit
minahasa sakit brur
celana color, pikiran kotor
sana sini masuk kantor
sambil bawabawa kopor
selalu ngomporngopor
inahasa jadi kotor
e royor
e…e…royor!
segalon mercury ditumpahkan
segalon sianida ditumpahkan
brur, tanah minahasa menggigil minamata
minamata merasuk minahasa Brur
ikanikan meloncat sakit
ganggang karang dan kehidupan blingsatan sakit
minahasa sakit brur
tidak!
bengkakbengkak dan koreng itu bukan minamata
bengkakbengkak dan koreng itu penyakit tak dikenal
bantah meterimenteri terkait dengan sigap
lalu senyum tengik di layar televisi
kami tidak akui hasil diaknosa dokter
umum
kami tidak akui hasil diaknosa bukan dokter pemerintah
bantah menterimenteri sambil menipu diri
lalu senyum bangsat di layar televisi
segalon mercury ditumpahkan
segalon sianida ditumpahkan
brur, apapun namanya itu racun
tak kasihankah kamu; pada koreng dan bengkakbengkak itu
gubernur dan jajarannya pasang aksi
ngumpul rakyat dari mana entah mengapa
mengatasnamakan buyat
buyat infeksi entah dimana entah mengapa
mereka tak dilibat
lalu; semua media massa diminta publikasikan
buyat sehat
gubernur dan jajarannya
kemudian tersenyum menjijikan di layar televisi
brur, buyat itu infeksi
buyat itu kena minamata
minahasa itu menggigil sakit
lihat; koreng, kudis, bengkakbengkak, gatal, demam
panas tinggi itu akibat sakit minamata
keluh rakyat minahasa
kami tidak akui hasil diaknosa bukan dokter pemerintah
bantah menterimenteri sambil menipu diri
lalu senyum bangsat di layar televisi
segalon mercury ditumpahkan
segalon sianida ditumpahkan
brur, apapun namanya itu racun
tak kasihankah kamu; pada koreng dan bengkakbengkak itu
gubernur dan jajarannya pasang aksi
ngumpul rakyat dari mana entah mengapa
mengatasnamakan buyat
buyat infeksi entah dimana entah mengapa
mereka tak dilibat
lalu; semua media massa diminta publikasikan
buyat sehat
gubernur dan jajarannya
kemudian tersenyum menjijikan di layar televisi
brur, buyat itu infeksi
buyat itu kena minamata
minahasa itu menggigil sakit
lihat; koreng, kudis, bengkakbengkak, gatal, demam
panas tinggi itu akibat sakit minamata
keluh rakyat minahasa
presiden, menteri, gubernur, bupati,
camat, lurah dan kurcaci-kurcaci
terkait jadi kasta Pak Oga: Panik!
air mata rakyat jatuh, mereka cepatcepat menghapusnya
senyum rakyat pudar, mereka cepatcepat bersyukur
jerit rakyat melantang, mereka cepatcepat menutup telinga
maka rakyat jangan diam
ganyang semua orang pembuat tanah ini sengsara
bangsa ini terluka
minahasa bukan tempat sampah
emas minahasa kurnia bukan bencana
kalau diwariskan malapetaka
seret mereka ke penjara
“semua pihak harus tenang,” kata para pejabat
“semua pihak harus tahu masalah itu ada hubungannya dengan
infestasi asing,” jelas para pejabat
“kalau investor itu hengkang kita rugi,” tegas para pejabat
pejabatpejabat itu kemudian masuk kamar
membuka tas, mengambil empelop
kemudian mulai menghitung upah dari penghianatan mereka
pada rakyat, pada kemanusiaan, pada Tuhan
sesudahnya mereka tersenyum gila di layar televisi
buyat oh buyat
buyat oh buyat
minahasa minamata
minahasa minamata
e royor
terkait jadi kasta Pak Oga: Panik!
air mata rakyat jatuh, mereka cepatcepat menghapusnya
senyum rakyat pudar, mereka cepatcepat bersyukur
jerit rakyat melantang, mereka cepatcepat menutup telinga
maka rakyat jangan diam
ganyang semua orang pembuat tanah ini sengsara
bangsa ini terluka
minahasa bukan tempat sampah
emas minahasa kurnia bukan bencana
kalau diwariskan malapetaka
seret mereka ke penjara
“semua pihak harus tenang,” kata para pejabat
“semua pihak harus tahu masalah itu ada hubungannya dengan
infestasi asing,” jelas para pejabat
“kalau investor itu hengkang kita rugi,” tegas para pejabat
pejabatpejabat itu kemudian masuk kamar
membuka tas, mengambil empelop
kemudian mulai menghitung upah dari penghianatan mereka
pada rakyat, pada kemanusiaan, pada Tuhan
sesudahnya mereka tersenyum gila di layar televisi
buyat oh buyat
buyat oh buyat
minahasa minamata
minahasa minamata
e royor
e…e… royor!
selana color, pikiran kotor
sana sini masuk kantor
sambil bawabawa kopor
selalu ngomporngompor
minahasa jadi kotor
e royor
e…e…royor!
2004
selana color, pikiran kotor
sana sini masuk kantor
sambil bawabawa kopor
selalu ngomporngompor
minahasa jadi kotor
e royor
e…e…royor!
2004
RITUS TOAR LUMIMUUT
Opo Wananatase…
laut utara berkisah
Emung
berharum bunga
sembilan penjuru
menguntum doa
Karema
di angkaangka keramat
senja naik, senja
turun
bulan naik, bulan
turun
e, royor…
bukit, gunung,
lembah, sungai, laut, hutan, rimba, satwa
burung, kupu, anoa,
ular, manguni, ikan, kerang.
melontarkan warna ke
udara
menjadi kuba pelangi
mengindahkan senyap
menyambut kereta
langit mengantar seorang dewi
Lumimuut…
kamu datang
datang kamu
datang
sajaksajak Emung
dirapal Karema siang
malam
dihadapan Empung
Wangko
jadi ibu sejarah
Minahasa
E royor…
bersinar kecantikan
elok bumi
detak Emung di
jantung waktu
tidurlah di batu
puncak gunung
tidurlah di batu
puncak gunung
tidurlah di batu
puncak gunung
muaikan rahim
syairsyair pernikahan
purba
menjadi
Toar yang kau lahir
Opo Wananatase…
Empung Wangko kau
punya rahasia Agung
punya Kau kehendak
waktu
berkisah tongkat tuis
tumbuhkan nafas Emung
yang gaib
ToarLumimuut…
kamu dari satu menuju
sembilan
ritus Minahasa
puisi purba anak cucu
2004
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus