bertemu di siang penuh cakap
dekat laut. tapi bukan laut ingin disentuh
ingin disentuh hati sayup, kuyup
di reruntukkan gerhana tibatiba, di sebuah
telaga
digalinya di
tepi mata. mengapung ia. putih korona
ketika itu, katakata
hanya 15 detik bersua, kecuali kota Bitung bercahaya
tiangtiangnya berkeringat
, merambat ,menyepat lidah
siapa ia? begitu sahaja melempar hangat nafasnyanya
ke udara, ke reruntukan
kabut terasa mengelus dada
mencengkrami semua
kegaduhan jadi sunyi. rentah tanpa kataka
dandanannya sederhana. hanya
kaos blue jeans
sepetak tawa di garis
hidungnya
selintas saja melukai
semua
dedaunan, dedahan, dan derak
tulang
langit biru terangkat menyingkap kabut biru
katakata berfotosintesis jadi desis pepohonan
katakata berfotosintesis jadi desis pepohonan
dekat serumpun kemboja, sebuah jiwa jatuh ke telaga, mendebum
tapi terdengar hanya gumam, merdu. seindah nyanyian
lalu dikuasnya senja dengan
tepi bibirnya, seketika, seakan prominensa
menjalar, membakar seperempat dada, sebagian rasa hangus. rapuh
lingsir di wewangi
rambutnya. terbiar luruh
kuputuskan tak memungut
lagi hati terlanjur jatuh
di lidah api. biar warnawarna
menikahkannya
ke atas perahu, kapalkapal
mulai berlayar
di pelabuhan itu
2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar