aku tak bisa
membawa kembali pohon ceri kemarin
bahkan aku
lupa senja saat daun ceri itu jatuh
berwarna apa
aku hanya
bisa membayangkan Tuhan memantelimu
semacam bulu
binatang. hangat. matamu kelinci
berjinjit
pada tagihan listrik sudah pasti tinggi
dan biaya
kuliah anak tibatiba meminta diterjemahkan
dalam bentuk
bolabola hujan pecahpecah di jalananan
aku merokok
dan sundal, menyaji kembali masa lalu
tak mungkin
sempurna itu. ya pohon ceri itu. pohon ceri
menyimpan
kenangan dekapan tak mungkin lagi utuh
tanggal dan
gagal karena yang lalu selalu bisu. begitu subuh ini
punya tubuh
sendiri. tubuh subuh getir bersemilir. hantu
dan seonggok
topeng dalam kokok ayam mengabar pasang
kisah
penyesalan terhenyak di sepi jalan, di
bolabola hujan
samasama
pecah
kulitku
berkerut, sudah tua barangkali. saat membaca
burungburung
tak hirau
pada semua aksi kolonialisme katakata. di tivi itu manusia
tunduk pada
bahasa. penuh pisau, kepanikan moral. begitu banyak
tampaknya
agenda Tuhan hari ini. juga suara sungut istriku yang
menjengkelkan,
mengganggu ritus puncukpucuk oliender dengan
bunganya gugur.
aku menjadi letih memilahmilah mana pesan benarbenar
luhur dari
semenit yang begini kacau balau. tak ada lagi batas tegas
semua getas
minta diterjemahkan di menit berikut justru lebih ramai
oleh
kejadian baru tentang gunung meletus. pohon ceri benarbenar hangus
o Tuhan
penjual es atau rujak lewat sama juga dengan kabar orang mati
aku yang ini
pelayat keseharian bergantian jadi mayat
tak ada yang
bertahan lama. status diganti
sepersekian detik
perubahan
emosi hati
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar