I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang Penulisan
Seperti juga pohon, pelayanan Gereja Masehi Injili di
Minahasa (GMIM) di aras Wilayah Manado Utara II ini tentu punya akar. Alur kesejarahannya
telah melintasi lebih dari empat abad, menjadi kabar baik. Keyakinan dan
kepercayaan lama orang-orang pesisir yang menemui senjanya, dan berganti sinar pagi
penuh harapan keselamatan dalam kasih Yesus Kristus Tuhan.
Bila diandaikan sungai, tak ada alur yang bergerak
lurus, selalu punya kelokan dan kecuramannya. Gereja-gereja di sini tumbuh dari
masa-masa gelap kolonialisme bangsa-bangsa Eropa sejak permulaan abad XVI.
Perang menuju pengusaan sumber-sumber ekonomi di kawasan Timur Hindia Belanda
yang kaya raya oleh rempah dan hasil hutan di tanah-tanah subur ini. Perbudakan
hingga perserakan orang-orang pribumi tak hanya di kaloninya sendiri, tapi
menembus jazirah-jazirah dari Negara yang sebelumnya tak mereka kenal. Revolusi
menuju kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang di
kurun waktu sebelum tahun 1945 ikut memberikan corak tersendiri dalam
ornamentasi pembetukan gereja dan jemaat-jemaatnya di kemudian waktu.
Bila tak ada kendala, sejarah gereja di aras wilayah
ini memang harus ditulis tak saja mengurai fragmentasi-fragmentasi dari
rentetan momentum historis yang lingkait antara pergulatan kekuasaan dan intrik
politik, tapi juga tentang kehidupan agama asli yang alifuru dan animis di kurun yang panjang itu. Karena,
memapar cermin bening perjalanan Injil Kristus Tuhan hingga tiba di tanah
perhambaan ini yang kemudian tumbuh menjadi gereja-gereja yang dewasa dalam
iman dan organisatoris tentu memliki dimensi guna dan ketakjubannya.
Jenak menoleh ke masa lalu, ke kurun-kurun waktu
kolonialisme Portugis dan Spanyol di jazirah Utara Pulau Sulawesi, lalu
merefleksi masa-masa penjajahan Belanda, hari ini bukan tak mungkin mencuat
simpulan dimana Tuhan telah tiba di sini bersama peperangan besar itu.
Misi-misi suci yang datang bersama perang besar bangsa-bangsa Eropa di awal
mengkristalnya kapitalisme dunia itu, seakan menegaskan ulang makna
viadolorosa. Selalu ada beban, darah, penghinaan, cambukan, tikaman, keasaman
cuka hidup dan nafas-nafas tersengal untuk sampai pada kemenangan dalam Kristus
Tuhan. Tragika yang sacral, laiknya kisahan Injil tentang scene-scene menuju
tiang penyaliban Yesus Kristus di bukit Golgota.
Ketika buku ini mulai ditulis di minggu ketiga Adven 2012,
ribuan anggota jemaat dari 7 gereja di aras pelayanan Wilayah Manado Utara II dapat
berdoa dalam ketenangan sambil merenung kesengsaraan Yesus Kristus dalam kerja
karya keselamatan. Tapi berapa doa telah diucap, berapa lagu telah dimadahkan
dari kurun awal Kekristen tiba di kawasan pesisir ini, hingga gereja hari ini
tak saja sudah berbentuk tapi juga menuju berbuat?
Semuanya
berikwal dari sini! Adalah 1500 orang menerima sakramen baptisan oleh seorang Pater
Jesuit Diego De Magelhaes tahun 1563 di muara
kali Tondano, atau tepatnya di tepi pantai Sindulang, yang dilanjutkan dengan
katekisasi sidi jemaat. Mereka adalah jemaat Kristen mula-mula di pesisir
Manado Utara.
Sakramen Baptisan yang berlangsung empat abad lampau
di kawasan Manado Utara itu tak saja menjadi akar yang kokoh menuju
terbentuknya struktur jemaat-jemaat di Manado Utara dan aras pelayanan Wilayah
dengan perkembangan kembang-kempisnya
teritorial pelayanan. Tapi, menjadi titik berangkat pertama peyebaran Injil di
jazirah pesisir tanah Minahasa serta
kawasan pulau-pulau di Nusa Utara yang sebelumnya berlatar alifuru dan animis.
Sebuah momentum yang tak sekadar bermakna historis tapi juga teologis dimana
Allah dalam Yesus Kristus, yang oleh Roh-Nya yang kudus telah memilih, memberkati,
mengutus dan menyertai gereja-Nya (Efesus 1:3-14).
Tuhan sendiri membentuk aliran sungai sejarah di lintasan
waktu yang panjang ini, hingga Jemaat-Jemaat Kristen di sini tumbuh (Filipi
2:11) mengisi setiap kelokan dan patahan-patahannya menuju terbentuknya Gereja
Tuhan yang Esa dan Injili, dan ikut memberi warna bagi terbentuknya Gereja
Masehi Injili di Minahasa (GMIM) pada
tahun 1934. Gereja yang mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan dan Kepala Gereja
(Efesus 4:15).
Maka ketika penulisan buku ini digagas di 2011 dan
mulai ditulis di Maret 2012, terasa dan
disadari, bukanlah upaya yang mudah untuk mengungkap detil sejarah perkembangan
organisasi Gereja dan Jemaat di lintasan waktu 439 tahun (1563-2012) di kawasan
Manado Utara yang saat ini telah berkembang menjadi lima aras Wilayah Pelayanan
yang di dalamnya berkedudukan Wilayah
Manado Utara II.
Sementara, penulisan sejarah dipandang sebagai
kebutuhan yang vital tak sekadar untuk kepentingan memenuhi permintaan Sinode GMIM dalam penulisan buku Sejarah Wilayah
Manado Utara II, juga guna menjawab minat jemaat untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya akar dan sejarah kembang–kempisnya wilayah pelayanan Jemaat-jemaat
di kawasan ini beserta romantikanya di kurun berikutnya.
Di lain sisi, penulisan sejarah merupakan hal penting dan strategis sebagai
landasan pijak bagi kajian-kajian pembanding dan alat ukur dalam menganalisa setiap gejala atau fenomena
guna pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijakan Gereja ke depan, terutama
ketika GMIM pada semua tingkatan struktur organisasi mengadakan suatu pembaruan,
baik dalam tugas dan fungsi organisasi, melaksanakan pengakuan dan panggilan
gereja dalam mengembalakan dan membina jemaat dan ketatalayanan, serta hubungan
sosial kemasyarakatan lintas denominasi dan agama.
Di tengah elan profetis dan juga transedental dari
misi-misi gereja ini, penyusunan Sejarah
Wilayah Manado Utara II menyangkut eksistensi suatu organisasi atau suatu
lembaga yang di dalamnya berlangsung
kehidupan jemaat dari kurun lampau ke kurun waktu kini mesti diabstraksikan secara permanen dalam
sebuah buku sejarah yang manfaatnya multi dimensi bagi lintas generasi.
Karena luas dan
lebarnya data akan dikumpulkan dari
kurun waktu yang panjang itu, penguraian penulisan ini mengalami berbagai
kesulitan disebabkan sedikitnya buku-buku referensi, arsib sejarah, dan informan
kunci sebagai pelaku sejarah.
Padahal dari cermatan awal, penelusuran
sejarah Wilayah Manado Utara II tak mungkin lepas dari; Pertama, masa-masa 112
tahun sebelum periode masuknya misi
Zending Kristen Protestan (Nederlansche
Zending Genoodschaap) di Manado,
yaitu dimulai saat peristiwa pembaptisan di pantai Sindulang tahun 1563 oleh seorang Peter dari Gereja
Katolik Roma, hingga masa peralihan dari misi Katolik ke misi Protestan yang
ditandai dengan masuknya Pendeta DS Montanus
sebagai pendeta protestan (NZG) pertama yang tiba di Manado tahun 1675, dan
dilanjutkan misi penginjilan NZG oleh J.F. Riedel dan J.G. Schwarts di pedalaman Minahasa tahun 1831. Kedua, periode
misi Zending Kristen Protestan (1675-1934) menuju pembentukan organisasi
Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM). Ketiga, babak-babak dikurun 1934 hingga
2012 yang merupakan periode pelayanan GMIM di kawasan pesisir ini.
Di tengah kesadaran adanya kesulitan itu, Badan
Pekerja Majelis Wilayah Manado Utara II mengeluarkan Surat Keputuasan bernomor
:……………., Tentang Pembentukan TIM Penyusun Sejarah Wilayah Manado Utara II. Dengan pemahaman tak
ada yang mustahil bagi Tuhan, seperti juga aliran sejarah yang terus
menampilkan perubahan dan kebaruan di mana Jemaat dan Gereja terus tumbuh dan
berkembang, penulisan sejarah ini dikerjakan.
Karena tuntunan Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala
Gereja, meskipun diperhadapkan dengan sejumlah kendala, penulisan edisi pertama
Sejarah Wilayah Manado Utara II ini akhirnya dapat terlaksana.
Dalam buku ini dipaparkan sejumlah anasir sejarah dari
masa sebelum tahun 1934, dan rangkaian peristiwa yang ditarik sejak terbentuknya GMIM,
terutama dalam hal pembagian wilayah pelayanan baik dari sistim distrik (Rayon Manado), pembagian Paroki, serta
peralihan ke sistim struktur pelayanan GMIM Wilayah di Manado Utara dan masa-masa
pemekaran Wilayah hingga terbentuk Wilayah Manado Utara II di tahun 1982. Dilanjutkan
dengan penelitian yang bertumpuh pada aspek terbatas yaitu: Urutan pemimpin Wilayah menurut tahapan dan periodisasi kepemimpinan.
Dengan merefleksi aspek historis dan teologis dari
anasir pertumbuhan dan perkembangan gereja dan sistim pelayanan dari kurun
akhir abad XVI hingga awal abad XXI sebagaimana diisyaratkan kitab Kejadian
12:1-3 dan 1 Petrus 2:9, maka buku
sejarah Wilayah Manado Utara II ini diberi judul: KABAR BAIK DARI PESISIR.
2. Ruang Lingkup Permasalahan
Mempertimbangkan luas dan lebarnya kehidupan dan perkembangan
organisasi Pelayanan di aras wilayah
yang di dalamnya termasuk perkembangan
jemaat-jemaat dalam kurun waktu yang panjang itu, serta sempitnya waktu
yang diberikan dan anggaran yang terbatas maka penelitian sejarah Wilayah Manado Utara II ini perlu adanya
pembatasan.
Penelitian
dilaksanakan meliputi : Cikal bakal Wilayah, terbentuknya Wilayah, pemekaran
Wilayah, dan rangkaian kepemimpinan Wilayah Manado Utara II, serta ditambah informasi
sekilas tentang sejarah jemaat-jemaat di Wilayah Manado Utara II.
Dengan
demikian ke depan diharapkan perbaikan-perbaikan atau penambahan data hingga
terwujudnya penulisan buku sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II yang lebih
lengkap.
3. Batasan Konsep
Wilayah dan BPMW
Struktur Gereja Masehi Injili di
Minahasa (GMIM) menurut Tata Gereja 2007 ditata dalam tiga aras yakni Jemaat,
Wilayah dan Sinode. Struktur tersebut mengacu pada sistem presbiterial sinodal pemerintahan Tuhan Allah dalam Yesus Kristus.
(GMIM. Tata Gereja, 2007, 5).
Dari struktur di atas , dapat dilihat dimana pengertian Wilayah
adalah persekutuan sejumlah jemaat dalam lingkungan tertentu di teritorial
pelayanan GMIM. Sementara Badan Pekerja Majelis Wilayah (BPMW) adalah kelengkapan pelayanan di aras
Wilayah yang melaksanakan kepemimpinan
GMIM di Wilayah.
Jemaat dan Gereja
Pengertian dari kata Jemaat berasal dari kata Yunani eklesia
bermakna: Mereka yang dipanggil. Sedang
Gereja berasal dari kata Kuriokon yang berarti rumah Tuhan.
Dalam perkembangan selanjutnya kata Jemaat dan Gereja hampir
tidak memiliki batas yang tegas. Kosa kata Portugis Ireja berasal dari kata
eklesia yang berarti Jemaat, karena menunjuk pada orang yang dipanggil oleh
Yesus, bukan pada kata kuriokon yang
sebenarnya menunjuk pada wujud bangunan atau rumah Tuhan.
Kata Inggris church juga berasal dari kata eklesia, dan di
Belanda kerk. Kata eklesia juga berarti jemaat atau gereja bermula dari
peristiwa Yesus memanggil para murid. Murid-murid itulah Jemaat dan Gereja
Injili yang pertama (Nazaret, Sejarah
Jemaat Tuminting, 1999,5).
Pada peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga, Roh Kudus
tercurah pada hari pentakosta ke atas murid-muridNya dan menjadi rasul artinya:
Mereka yang diutus. Rasul-rasul diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita
kesukaan, sehingga lahirlah Gereja Kristen (Thomas Van Den End,1997,2).
Rasul Paulus mengatakan bahwa Gereja adalah “Tubuh Kristus”
(I Korintus 12: 12, Efesus 4: 5 dan
sebagainya). Wujud Gereja ialah
pertama-tama : Pesekutuan dengan Kristus, dan melakukan tugas dan amanatNya.
Oleh karenanya Gereja Kristen yang tidak
ada rasa persekutuan dengan manusia lain dan tidak melakukan amanat, tidak
berhak disebut Gereja.
Kata persekutuan dengan Kristus berarti pula persekutuan
dengan manusia lain. Yesus berjanji akan hadir di tengah-tengah dua atau tiga
orang yang berhimpun atas namaNya. Adanya kehadiran Kristus di tengah-tengah
interaksi antar anggota Jemaat dalam persekutuan, itulah yang disebut Gereja.
Maka dalam penulisan buku ini penggunaan kata Jemaat atau Gereja
memiliki pengertian yang sama. Pemahaman ini mengacu pada definisi Gereja yang
seperti dimaksud Marthin Luther, dan dipakai dalam Tata Gereja GMIM yaitu: Gereja adalah persekutuan orang-orang yang
seyakinan. Jadi kata Gereja dan Jemaat memilik makna yang sama.
4. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan
-
Penulisan
Sejarah Wilayah Manado Utara II cetakan pertama ini untuk mendapatkan gambaran tentang rangkaian
–rangkaian pertumbuhan organisasi pelayanan
Wilayah mulai dari masa cikal bakal terbentuknya pelayanan Wilayah, serta perkembangannya
hingga saat ini.
-
Untuk
mendapatkan data guna penetapan Hari Ulang Tahun Wilayah Manado Utara II.
-
Untuk
memenuhi permintaan Sinode GMIM tentang penulisan Sejarah Wilayah Manado Utara
II.
Manfaat
-
Meski
dalam aspek yang terbatas, penulisan sejarah wilayah ini telah menggambarkan
secara utuh perkembangan Wilayah Manado Utara II dari masa sebelum tahun 1982
sampai dengan tahun 2012.
-
Manjadi
bahan referensi dan objek evaluasi untuk kepentingan yang beragam.
-
Menjadi
motivasi untuk penulisan yang lebih lengkap.
-
Merekomendasi
Hari Ulang Tahun Wilayah Manado Utara II melalui seminar.
-
Motivasi
bagi generasi berikutnya untuk bersikap kritis dan mau mengintrospeksi kehidupan dalam berjemaat dan memberi masukan pada kesemarakan pelayanan dan penyebaran Injil Yesus Kristus kepada
semua orang di segala tempat, dan bangsa.
5. Metode Penelitian
Motode penelitian yang digunakan
adalah penelitian lapangan dengan sitem pengumpulan data sebagai berikut:
-
Wawancara
bebas dan terpimpin.
-
Partisipasi.
-
Daftar
pertanyaan.
-
Penelusuran bukti-bukti otentik secara forman maupun non
formal.
Untuk melengkapi data yang diperoleh dalam penelitian
lapangan, dilakukan pula penelitian kepustakaan yaitu mempelajari buku-buku dan
karangan ilmiah yang ditulis para sarjana maupun oleh pengarang lainnya yang
ada hubungannya dengan objek penelitian.
(bersambung ke bagian 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar