batinku menarikan aphorisma
dalam koreografi letih
pada senja memburam
di garis apokrifaku
pada sketsa arkaismu
aku tak punya apologia
untuk terus meraba detak jantungmu
granit hitam menyembunyikan bayang mawar
di labium cahaya
o...selamat jalan!
di sini nektar hanya mengabadikan kepedihan
penyair yang terus menikam jantungnya
dengan epigram-epigram raungan
dan langit yang itu: bisu
o...darah-darah pucat yang tubah
o...peta masir dari ombak tua
o...keris naga utara
o...ning keheningan
di sini cangkangmu...
penyair yang kehilangan kata mencintaimu
"apa namanya angin yang begini ribut
mengoyak oartaku"
burung hitam
ini malamku
lazuardi
mega
sepi
hati
tanpa tepi
27 Oktober 2010
dalam koreografi letih
pada senja memburam
di garis apokrifaku
pada sketsa arkaismu
aku tak punya apologia
untuk terus meraba detak jantungmu
granit hitam menyembunyikan bayang mawar
di labium cahaya
o...selamat jalan!
di sini nektar hanya mengabadikan kepedihan
penyair yang terus menikam jantungnya
dengan epigram-epigram raungan
dan langit yang itu: bisu
o...darah-darah pucat yang tubah
o...peta masir dari ombak tua
o...keris naga utara
o...ning keheningan
di sini cangkangmu...
penyair yang kehilangan kata mencintaimu
"apa namanya angin yang begini ribut
mengoyak oartaku"
burung hitam
ini malamku
lazuardi
mega
sepi
hati
tanpa tepi
27 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar