Sabtu, 24 September 2011

MENTAWAI (Puisi Iverdixon Tinungki)

Di suatu hari yang muram adikku,
Uma-Uma lantak bersama ratusan mayat
saat itu baru kubaca sejarah Sekerei menjagai laut Mentawai
airmatanya berhamburan ke udara seperti buibui tua di pucuk ombak ini duka Sipora, Pagai dan Siberut adikku… dan dukaku
tsunami yang berbagi kisah manusia tetap saja manusia
Tuhan yang Itu, selalu rahasia. yang mulia
Mengurai sejarah panjang Tua Pejat yang tua
Di rinai airmata Mintaon'peta migrasi bangsa-bangsa

Mari berbagi airmata adikku di tanah duka ini
Biar Mentawai kuat melafal Arat Sabulungan
Syair-sayir Taikaleleu di keharmonisan alam
Dan nenek moyang yang gagah tetap menguncupkan daun
Buat puja Tai Kabagat Koat dan Tai Ka Manua
Di jantung peradabannya

di sini,
Pemburu membuat penatoan seperti matahari adikku
Dalam sakramen sikerei dan rimata, kerena lelaki mestilah lelaki
Ia berangkat dari Sipatiti hingga John Crisp menulis sajaksajak
ombak Poggy buat peselancar bertemu dunia
laut yang mendidih di sejarah moyang Mentawai

para lelaki dan primadona menari Turuk Uliat
meragakan gerak binatang alam
“uliat bilou, uliat manyang
turuk pok-pok, galagau”

mari menari adikku….
Di gelombang pasang yang menghujam
Biar Mentawai terus bergerak
dalam bebunyian syairsyair keindahannya

28 Oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar