DRAMA: Trilogi Golgota (II)
HADINEAS SANG
PRAJURIT
KARYA: IVERDIXON TINUNGKI
(Dilarang dipentaskan tanpa seizing pengarang)
PELAKU:
HADINEAS
AMIMEN
ELJINOR
SOSOK LELAKI
SOSOK
BERJUBAH
MADAM DESILA
CLAVIUS ALDESIUS
CENORE
SEBUAH DUNIA HITAM PUTIH. RUANG ARTIFISIAL PENANDA SALAH
DAN BENAR. PERABOT, PERNIK, DAN ORNAMEN KESEHARIAN, DAN SEBUAH TALI GANTUNGAN.
ADEGAN PEMBUKA:
(LAMPU MENYALA). HADINEAS BERDIRI DI HADAPAN TALI
GANTUNGAN. SOSOK LELAKI DI SEBUAH KURSI. AMIMEN BERSENANDUNG DI SUATU TEMPAT.
HADINEAS:
Aku
Hadineas sang prajurit.
Aku yang
melihat angin dan kegelapan menyerbu. Aku yang melihat siang hari ditampar
kegalauan. Aku yang melihat bait Allah terbelah dua.
SOSOK LELAKI:
Akhiri
hidupmu!
HADINEAS:
Aku Hadineas
sang prajurit.
Aku yang
melihat darahNya tumpah. Aku yang melihat kehidupan yang koma.
Aku yang
melihat kematian Yesus, bahkan kematian Pilatus.
SOSOK LELAKI:
Akhiri
hidupmu!
HADINEAS:
Aku
Hadineas sang prajurit.
Aku yang
yang mengatakan: Sungguh Ia ini Anak Allah.
SOSOK LELAKI:
Akhiri
hidupmu!
HADINEAS:
Aku tak
mau mati di tali gantungan ini.
Aku tak
mau mati seperti Judas. Kematian Judas, kematian sia-sia.
LAMPU PADAM. HANYA SUARA SENANDUNG AMIMEN YANG TERSISA.
BAGIAN I :
(DALAM SUASANA GELAP). TERDENGAR SUARA GUCI JATUH KE
LANTAI. TERDENGAR PENGUMUMAN.
BUNYI
PENGUMUMAN:
Pengumuman!
Dari Hadineas sang prajurit. Kepada kalian kaum budak yang bekerja di ladang
dan kebun sang prajurit, gembala-gembala domba dan ternak sang prajurit, dan
semua pekerja dan pembantu di rumah sang prajurit. Disampaikan, sejak hari ini,
atas perintah sang prajurit, kalian dibebaskan. Sejak hari ini kalian semua ditetapkan
sebagai manusia merdeka. Raih dan bangunlah hidup kalian sebagai orang-orang
merdeka.
PENGUMUMAN ITU AWALNYA DISAMBUT SUARA-SUARA
KEGEMBIRAAN KECIL DARI BEBERAPA ORANG, TAPI KEMUDIAN BERUBAH MENJADI GELOMBANG
LAGU KEGEMBIRAAN YANG MENGGETARKAN. TAK BERAPA LAMA SUASANA KEMBALI HENING DAN
GELAP.
SUARA HADINEAS:
Siapa itu.
SUARA SESEORANG:
Kau harus
mati tuan Hadineas!
SUARA HADINEAS:
Siapa Kau?
SUARA SESEORANG:
Tak usah
bertanya Tuan Hadineas. Kau harus mati.
KEMUDIAN TERDENGAR SUARA DUA ORANG SEDANG BERGELUT DAN
BERKELAHI. KURSI TERBANTING, MEJA TERGESER, TERIAKAN KESAKITAN, DAN BUNYI
BEDEBAM DARI TUBUH YANG JATUH KE LANTAI. SUARA AMIMEN DENGAN PANIK MENYELA;
SUARA AMIMEN:
Tuan
Hadineas ada apa? Ada apa tuan Hadineas?
(SUASANA KEMBALI HENING)
KEMUDIAN TERLIHAT PERCIKAN CAHAYA KOREK API. SEBATANG
LILIN MENYALA DI TEMPAT LILIN ANTIK DI ATAS MEJA, MENYUSUL BEBERAPA BATANG
LAGI. RUANG JADI TERANG. TAMPAKLAH RUANG YANG BERANTAKAN,
HADINEAS TERGELETAK DI LANTAI
MENAHAN SAKIT. DI TANGANNYA TERGEMGAM
BELATI YANG BERDARAH. AMIMEN USAI MENYALAKAN LILIN DENGAN SIGAP MENDEKATI DAN
MENGANGKAT HADINEAS KE SEBUAH KURSI.
AMIMEN:
Apa yang
terjadi tuan?
HADINEAS:
Seseorang
menyelinap ke mari mau membunuhku.
AMIMEN:
Apakah
engkau terluka tuan?
HADINEAS:
Aku
seorang prajurit Amimen. Serangan kecil semacam itu takkan membuat aku terbunuh.
AMIMEN:
Siapa
orang yang menyerang tuan?
HADINEAS:
Aku tidak
mengenalnya secara persis.
Tapi dari
suaranya aku tahu siapa dia. Ambilkan aku air minum Amimen!
AMIMEN KELUAR MENGAMBIL AIR MINUM. HADINEAS BERPINDAH DUDUK DI MEJA KERJANYA,
LALU MENANCAPKAN BELATI YANG MASIH BERDARAH KE ATAS PENAMPANG MEJA. IA TAMPAK TUA
DAN SAKIT. SESEKALI IA TERBATUK. IA MENATAP KE LANGIT-LANGIT.
HADINEAS:
Yesus
Putra Allahku. Betapa berat ujian iman yang kau berikan padaku di usia setua
ini. Semua orang bangkit melawan aku. Kebaikan seakan tak ada tempatnya lagi di
dunia ini. Kejahatan bersorak-sorai dari lapisan bumi paling bawah hingga ke
menara-menara kuasa. Tapi, bila ini kuk untuk pundakku, biarlah aku menyeretnya
hingga semuanya lunas dalam kematianku.
TIBA-TIBA MUNCUL SOSOK LELAKI.
SOSOK LELAKI:
Menyerahlah
Hadineas !
HADINEAS:
Tidak…Tidak
semudah itu.
SOSOK LELAKI:
Ambilah
pisau itu. Benamkan dalam-dalam hingga menembus jantungmu.
HADINEAS:
(MENGGEBRAK
MEJA)
Tidak! Aku
tidak akan melakukannya. Aku tak akan terprovokasi dengan cara kematianmu.
SOSOK LELAKI:
Siapa yang
mencintai hidup, dia akan kehilangan hidup!
HADINEAS:
Kau memang
pembajak. Kau telah membajak Firman Tuhan untuk kepentinganmu. Siapa kau?
SOSOK LELAKI:
Aku Judas,
Hadineas!
HADINEAS:
(MENCABUT
PISAU DI MEJA)
Akulah
yang akan membunuhmu, Judas.
SOSOK LELAKI:
Kematian
semacam apa kau ingin dariku Hadineas.
Aku hanya segumpal
awan hitam yang membersit dari setiap tangisan.
HADINEAS:
Kau memang
penghasut kematian yang sia-sia!
SOSOK LELAKI KELUAR. HADINEAS MENANCAPKAN LAGI PISAU
KE PENAMPANG MEJA. TAK BERAPA LAMA MASUK
AMIMEN MEMBAWAKAN AIR MINUM LALU MENYODORKANNYA KE HADINEAS. HADINEAS
MENEGUKNYA. AMIMEN KEMUDIAN MERAPIKAN KEMBALI RUANG YANG AGAK BERANTAKAN ITU.
AMIMEN:
(SAMBIL
MEMBENAHI RUANG)
Banyak
orang kini memusuhi tuan karena kebjikan tuan membebaskan para budak, dan
kepercayaan tuan pada Yesus yang disalibkan itu. Tuan harus berhati-hati!
HADINEAS:
Kemana
Eljinor?
AMIMEN:
Eljinor
belum kembali dari kebun tuan!
HADINEAS:
Kalau ia
pulang, surulah anakmu itu menghadapku!
AMIMEN:
Iya tuan!
AMIMEN SETELAH USAI MEMBENAHI RUANGAN LANGSUNG KELUAR.
SEMENTARA HADINEAS MENGAMBIL BEBERAPA GULUNGAN BERKAS, MEMBUKA, DAN MEMBUAT
CATATAN PADA SEBUAH KAIN TULIS. TAK
BERAPA LAMA TERDENGAR KETUKAN DI PINTU.
HADINEAS:
Masuk!
MASUK ELJINOR DENGAN LANGKAH AGAK SEMPOYONGAN DAN
TAKUT. PAHANYA TAMPAK TERLUKA DAN DIBALUT DENGAN KAIN.
ELJINOR:
Kata
ibuku, tuan memanggil saya.
HADINEAS:
Benar
Eljinor. Kenapa pahamu?
ELJINOR:
Terluka
tuan saat aku tergelincir di kebun.
HADINEAS:
Kenapa
engkau tampak begitu ketakutan Eljinor? Tatap aku.
ELJINOR:
Tidak.
Tidak apa-apa tuan. Saya ini hamba. Mana berani saya menatap tuan.
HADINEAS:
Kau dan
ibumu kini bukan budak lagi. Kalian orang merdeka. Tapi sudahlah aku tak ingin bicarakan
itu. Aku cuma ingin bertanya, apakah kau mengasihi aku Eljinor?
ELJINOR:
Sudah
pasti aku mengasihi tuan. Bahkan aku siap melayani tuan dengan taruhan nyawaku.
HADINEAS:
Terima
kasih atas pengabdianmu dan pengabdian ibumu terhadapku!
Kau
percaya pada Yesus Eljinor?
ELJINOR:
Seperti
tuan percaya, akupun percaya tuan.
HADINEAS:
Ketika
kami menggiring Yesus ke golgota. Dua belas muridNya lari tunggang-langgang bersembunyi.
Apa yang kurang dari kasih Yesus pada mereka.
Mereka
menyangkali Dia. Mereka mengkhianati Dia.
ELJINOR:
Aku tidak
akan melakukan hal semacam itu pada tuan.
HADINEAS:
(MENGAMBIL
SEBUAH GULUNGAN SURAT)
Eljinor,
aku sudah tua. Tubuhku kian hari, kian lemah. Bila satu saat terjadi sesuatu
padaku. Kau dan ibumu adalah pewaris semua hartaku. Aku telah menuliskannya
dalam surat wasiat ini.
ELJINOR:
Aku dan
ibuku, tidak patut menerimanya tuan!
Bagaimana
mungkin hal itu bisa kau wasiatkan kepada kami?
HADINEAS:
Ambillah
Eljinor, dan pergilah temui ibumu.
ELJINOR MENGAMBIL SURAT WASIAT LALU PERGI, TAPI KETIKA
MAU KELUAR, HADINEAS MEMANGGILNYA KEMBALI.
HADINEAS:
(MENCABUT
PISAU YANG TERTANCAP DI MEJA)
Ambil
pisau ini, bersihkan, dan simpan sebagai milikmu. Tapi ingat Eljinor, pisau tak
memiliki mata, ia bisa melukai siapapun yang bermain-main dengannya.
ELJINOR MENERIMA PISAU ITU DENGAN PERASAAN TAKUT LALU
PERGI. HADINEAS SEJENAK MERAPIKAN MEJAHNYA, LALU MEMADAMKAN LILIN. RUANGAN JADI
GELAP.
BAGIAN II :
TERDENGAR KOKOK AYAM PETANDA HARI SUDAH PAGI. LAMPU
MENYALA. TAMPAK HADINEAS SEDANG BERLUTUT DI BAWAH SALIB. TERDENGAR KETUKAN DI
PINTU. TAK BERAPA LAMA MASUK AMIMEN.
AMIMEN:
Tuanku.
Madam Desila, Tuan Clavius Aldesius dan Tuan Cenore ingin menemui tuan!
HADINEAS:
Persilakan
mereka masuk Amimen.
AMIMEN KELUAR, TAK BERAPA LAMA MASUK MADAM DESILA, CLAVIUS
ALDESIUS DAN CENORE DIANTAR AMIMEN. WAJAH KETIGA TAMU ITU TAMPAK GUSAR DAN AGAK
GERAM.
HADINEAS:
(SANTUN)
Selamat
datang Madam Desila.
Tuan
Clavius Aldesius, Tuan Canore, ada kabar apa gerangan? Duduklah!
MADAM DESILA:
(ANGKUH)
Hadineas,
aku tak butuh keramahan formalitasmu.
Hatiku
lagi gusar. Sangat gusar oleh tindakanmu.
(MENENGOK KE
ARAH AMIMEN)
Mengapa
pembantumu itu masih berdiri di ruangan ini? Bukankah ia harus keluar?
Kita akan
membicarakan hal yang penting Hadineas. Suruhlah ia keluar!
AMIMEN AKAN MELANGKAH KELUAR.
HADINEAS:
Tetaplah
di tempatmu Amimen. Kau adalah tuan rumah kami. Bukankah aku
telah
mewariskan rumah ini kepadamu? Bukankah kau kini manusia merdeka?
AMIMEN TAK JADI KELUAR. IA KEMBALI KE TEMPATNYA.
MADAM DESILA:
Sikap dan
tindakan semacam inilah yang kubenci darimu Tuan Hadineas.
Kau
seperti memandang aku sebagai manusia yang rendah.
Tahukah
kau aku kerabat dekat Tiberius dan Caligula sang kaisar.
HADINEAS:
Aku hanya
melakukan sesuatu yang benar di mata Tuhan Madam Desila.
CLAVIUS ALDESIUS:
Tindakanmu
telah menggemparkan Jerusalem.
HADINEAS:
Menggemparkan
bagaimana Tuan Clavius Aldesius?
MADAM DESILA:
Pemberontakan!
Bibit perlawanan muncul di mana-mana. Semua pekerja dan budak kini menuntut
dimerdekakan sejak kau membebaskan para pekerja dan budak-budakmu.
Kau telah
memberikan contoh yang keliru untuk Jerusalem. Kau mengobarkan revolusi.
HADINEAS:
Memperbudak
sesama manusia itu dosa Madam!
MADAM DESILA:
(SINIS DAN
ANGKUH)
Puihhhh! Prajurit
Romawi yang gagah. Prajurit yang ikut mengharumkan nama kekaisaran. Prajurit
yang ikut menuai kemenangan di medan pertempuran. Kini tak lebih lelaki tua
yang lembek. Penuh kasih sayang yang cengeng.
HADINEAS:
Bila anak
Allah itu bisa mengasihi kita dengan nyawanya,
bagaimana
kita tak bisa mengasihi sesama manusia Madam.
CENORE:
Kau ikut
menyalibkan Dia! Tapi kini kau berbalik menjadi prajuritNya.
Bagaimana
ini bisa terjadi Hadineas.
HADINEAS:
O Tuhan,
ampunilah aku. Tapi, aku melihat dengan
mataku sendiri
betapa Ia sungguh
Anak Allah.
MADAM DESILA:
Aku sudah
mengira, kau akan mengatakan itu padaku. Semua prajurit mendengar ucapanmu di
golgota menjelang kematian Lelaki tersalib itu. “Sungguh ia ini Anak
Allah!”. Semua prajurit mendengarnya.
Dan ucapanmu itu telah menyebar dari mulut ke mulut di seantero Jerusalem.
Menyebar seperti bibit penyakit yang memengaruhi orang-orang untuk percaya,
bahwa, lelaki dari Nazaret itu Putra Allah.
HADINEAS:
Terpujilah
Tuhan bagi yang tidak melihat tapi percaya. Sedangkan aku, aku yang melihatnya,
bagaimana aku tak percaya Madam. Maafkan aku. Tapi…tapi… mata hatiku
benar-benar terkuak saat itu. Aku melihat betapa agung dan kudus Lelaki yang
terpalang itu. Guntur, kilat, angin, dan kemahadasyatan Allah, benar-bernar
tampak di golgota ketika itu. Lalu datang kabar, tabir Bait Allah terbelah dua
Madam.
HADINEAS BERJALAN TERGOPO-GOPO KE ARAH SALIB LALU
BERLUTUT.
HADINEAS:
(SEDIH)
Tuhan…
ampunilah aku yang telah mengantarmu ke tiang gofir kematian itu.
MADAM DESILA:
(SINIS)
Apa yang
kau dapatkan dari keyakinanmu yang keliru itu Hadineas?
HADINEAS:
Kedamaian
Madam. Aku mendapatkan kedamaian bersama Yesus.
CENORE:
Kau
seperti orang-orang Yunani yang keranjingan membuat mitos dari
hal-hal
yang fiksi dan sepele.
HADINEAS:
Semoga
mulutmu diampuni Cenore!
CENORE:
Aku yang
memberi Dia minum cuka saat Dia sangat haus. Clavius Aldesius yang menusukkan
tombak hingga mengangahkan luka di lambungNya. Kalau Ia Tuhan seperti yang kau
sembah, mengapa Ia tak membalas kejahatan kami itu?
Malahan
kau yang ketika itu menangis penuh penyesalan justru menerima hukuman.
(HADINEAS DIAM TAK MENJAWAB)
CLAVIUS ALDESIUS:
(TERTAWA)
Suatu
pertobatan yang keliru. Suatu penyembahan yang sia-sia!
MADAM DESILA:
Karena dia
menyembah penjahat, dan menjadikan penjahat itu sebagai Tuhan.
Itu
sebabnya Tuhan yang sesungguhnya menghukum dia.
CLAVIUS ALDESIUS:
(SINIS)
Sahabatku
Hadineas! Aku dan Cenore hidup dalam kelimpahan dan kesejahteraan, padahal kami
tidak percaya dengan Yesus yang kita salibkan itu. Tapi kau, dengan percaya
padaNya, kau ditinggal pergi anak-anakmu. Istimu mati digerogoti penyakit aneh
yang sangat mengerikan. Kini kau sakit, dan sebentar lagi akan mati Hadineas.
Mengapa kau masih sujud dan menyangka Yesus itu Juru Selamat. Keselamatan apa
yang Ia berikan padamu?
MENDENGAR UCAPAN CLAVIUS ALDESIUS, HADINEAS SPONTAN
MARAH. IA BERDIRI DAN LANGSUNG MENJAMBAK KERAK BAJU CLAVIUS ALDESIUS.
HADINEAS:
Jangan kau
hujat Yesus di hadapanku Clavius Aldesius!
Aku
prajuritNya! Aku bisa membunuhmu.
CLAVIUS ALDESIUS:
Membunuhku
Hadineas? (TERBAHAK). Dengan tubuh selemah ini, kau bisa membunuhku?
Bahkan untuk membunuh seekor lalat kini kau
tidak mampu! (MENDORONG HADINEAS HINGGA JATUH TERJEREMBAB).
MELIHAT HADINEAS TERJATUH, AMIMEN MENJERIT.
AMIMEN:
Tuan!
AMIMEN DENGAN CEPAT MENDEKATI HADINEAS YANG TAMPAK
SANGAT KESAKITAN.
MADAM DESILA:
Kalau kami
mau, kami bisa membunuhmu Hadineas. Aku orang yang paling kaya di Jerusalem.
Apa yang tidak bisa kubeli, barang, pengabdian, kekuasaan, penghianatan, semua
bisa kubeli. Di hadapan uang bahkan murid Yesus bernama Judas itu takluk,
meletakkan kesetiaannya, dan menukar Mesias yang kau sembah itu dengan hanya
tiga puluh keping perak.
HADINEAS:
Manusia
tidak hidup dari roti saja Madam!
MADAM DESILA:
Tanpa
roti, tanpa makanan, tanpa uang, manusia akan mati.
HADINEAS:
Semua
manusia akan mati, tapi mati bersama Yesus adalah kemenangan.
MELIHAT KEADAAN HADINEAS YANG KESAKITAN, AMIMEN
MENYELA.
AMIMEN:
(HALUS)
Tinggalkan
tempat ini Madam. Tidak kasihankah kalian melihat tuan Hadineas sudah seperti
ini.
CHENORE:
Diam kau
budak. Kau tidak pantas bersuara dalam ruangan ini.
MENDENGAR PENGHINAAN ITU, AMIMEN BERDIRI DENGAN PENUH
AMARAH MENDEKATI CHENORE.
AMIMEN:
(MARAH)
Aku bukan
budak lagi. Aku perempuan merdeka.
Aku telah
dimerdekakan oleh tuan Hadineas oleh karena kasih Kristus Tuhan!
DENGAN CEPAT AMIMEN MENAMPAR CHENORE. CHENORE KAGET
DAN MURKA DAN MENCABUT PEDANG HENDAK MENGHAJAR AMIMEN.
MADAM DESILA:
Jangan
Chenore. Jangan kotori pedangmu dengan darah perempuan hina ini.
AMIMEN:
(MARAH)
Keluar!
Keluar kalian dari rumahku! Keluar!
MADAM DESILA, CLAVIUS ALDESIUS, CENORE KELUAR DENGAN
PERASAAN TERHINA DAN MARAH.
HADINEAS:
Kau telah
membela kehormatanmu dengan baik Amimen. Tapi ingatlah, Yesus tak mengajar kita
membalas kejahatan dengan batu. Sentuhlah kejahatan dengan kapas, maka tak ada
luka lain untuk ditangiskan. Kau mengerti Amimen?
AMIMEN:
Aku
mengerti tuan.
HADINEAS:
Amimen…tuntunlah
aku ke kamarku. Tubuhku terasa amat lemah. Mungkin waktuku tak lama lagi.
AMIMEN
MENUNTUN HADINEAS KELUAR.
(LAMPU PADAM)
BAGIAN III:
(LAMPU MENYALA AGAK SURAM)
AMIMEN SEDANG BERSENANDUNG DI SUATU TEMPAT. HADINEAS
MUNCUL BERSAMA SOSOK BERJUBAH YANG MEMBAWA LENTERA DI TANGANNYA. HADINEAS
BERJALAN MENUJU TIANG TEMPAT MENGGANTUNG JUBAH PRAJURITNYA SEPERTI
MENIMBANG-NIMBANG SESUATU DALAM PIKIRANNYA.
SOSOK BERJUBAH:
Kenakanlah
jubah prajuritmu itu Hadineas.
Seorang
prajurit harus pergi dengan kebesaran hati keprajuritannya.
HADINEAS MENGENAKAN PAKAIAN PRAJURIT RAMOWINYA.
SETELAH SELESAI.
HADINEAS:
Aku sudah
siap!
SOSOK BERJUBAH:
Ayo Sudah
waktunya kita berangkat!
SOSOK BERJUBAH DAN HADINEAS PUN PERGI MENGAMBIL JALAN
LURUS KE DEPAN. MELIHAT KEPERGIAN TUAN HADINEAS BERSAMA SOSOK ITU, AMIMEN SEPERTI
TERSADAR DARI SEBUAH MIMPI. IA BERUSAHA MENGEJAR SAMBIL MEMBANGGIL NAMA
TUANNYA.
AMIMEN:
Tuan
Hadineas!
BARU BEBERAPA LANGKAH, SOSOK BERJUBAH MENOLEH KE ARAH
AMIMEN DAN MEMBUKU TUTUP KEPALANYA. TERNYATA IA SOSOK YESUS. AMIMEN TERKEJUT
DAN BERHENTI.
SOSOK BERJUBAH:
Wai
perempuan, lihatlah anakmu!
SETELAH BERKATA, SOSOK BERJUBAH DAN HADINEAS PUN
PERGI. AMIMEN SEKETIKA MENJADI AMAT SEDIH.
AMIMEN:
Tuan
Hadineas, mengapa tuan pergi…
MASUK ELJINOR DENGAN PISAU DAN PAKAIANNYA YANG
BERDARAH. IA JUGA MEMBAWA SEBUAH BUNGKUSAN BERISI UANG.
ELJINOR:
Dia memang
harus pergi ibu.
AMIMEN KAGET MENDENGAR SUARA ELJINOR, LANGSUNG
BERPALING. LEBIH KAGET LAGI AMIMEN MELIHAT PISAU DAN PAKAIAN ELJINOR YANG
BERDARAH.
AMIMEN:
Apa yang
kau lakukan Eljinor?
ELJINOR:
Aku
membunuhnya ibu. Aku harus membunuhnya.
MENDENGAR PERKATAAN ANAKNYA, AMIMEN MENANGIS TERSEDUH.
AMIMEN:
Kenapa kau
lakukan itu anakku? Kenapa kau lakukan itu Eljinor?
ELJINOR:
Mereka
membayar aku untuk melakukan itu.
MENUNJUKKAN
TAS UANG KE IBUNYA)
Lihatlah
uang ini ibu.
AMIMEN:
Kau tak
saja membuhnya Eljinor. Tapi kau juga membunuh kebaikan dalam hatimu. Hatimu telah
mati. Mati kau tikam sendiri Eljinor! Kau seperti Judas Eljinor. Kau seperti
Judasssssss!
ELJINOR:
Mereka mengancam
membunuh kita, bila aku tak melakukan itu ibu.
AMIMEN:
Pergi kau
Eljinor…pergi kau. Uang dan ketakutan telah membuat kau tega
menusuk
kebaikan hingga mati… pergi kau Eljinor. Pergi…
ELJINOR PERGI. AMIMEN TERSUNGKUR DALAM TANGISAN PALING
MENYEDIHKAN.
13 November
2016.
TAMAT
Iverdixon
Tinungki. Hp. 085343976992
(Dilarang
dipentaskan tanpa seizing pengarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar