PUISI-PUISI KARYA IVERDIXON TINUNGKI
DI ATAS DANAU TONDANO
apakah aku dapat meminjam
kesucian matamu
melukisi bulan di atas danau
melukisi bulan di atas danau
kanakana tengah merekah
kesegaran daun hijau
merah tengguli menerpa bayangan likri
bularbular air,
cahayacahaya menari
cahayacahaya berwarna tercelup
hingga ke dasar rasia mimpi
mengawasiku. mengawasi
hidupku berserak serupa kabut
ingin menyentuh bayang terindah
ekorekor nafasmu
o sungguh cantik engkau
seakan barisan pegunungan
lembean ditata tangan agung
dan purnama besar itu menghujam
cumbuannya yang lekat
lekat, mengingatkanku
cumbuan azalea
di harihari ketika kereta nasib
tergelempang
dan aku mengajakmu
mengitari gunung kaweng
menuntaskan legenda cinta
pada rahasia purba manusia
dan engkau membawaku
piorpior menari di bawah cahaya
pemandangan sawah kemistri
oleh malam
dan esok. dan esok lagi
di tanahtanah moyang ini patanipetani
akan bangkit
mengerjakan petakpetak yang
tertunda
kebunkebun akan ramai dalam
kicau nyanyian
dan aku akan ikut menari
menari meski seperti
seorang peminang yang sedih
2015
BUKIT PINUS
(mengenang sahabat
Reneifo Pangaila)
tak pesiar lagi
tak ke resort menulis deraiderai pinus
tak ke kinakas
memandang ombak danau menerpa cemas
bukitbukit dan landai pesisir barangkali mengemas kenanganmu
cabangcabang berimpangan saat kau berkeras menembus hutan
mencari puncak paling tinggi dari pamit
tibatiba aku ingat kita merokok dan mengecap nira pahit
dari hutanhutan yang kita banggakan sambil menanti
pongkor payangka dan wiko memecahkan syairsyair
kegelisahan penyair
saat subuh membawa kita doadoa yang cemburu
dan kita selalu letih semalaman dengan reportase
atau tregedi paling menggelikan dari manusia
lalu bergegas menggali kebaikan dari mata paling murung
di sudutsudut jalan
karena waktu membutuhkan warta penggenapan
saat tiba di persimpangan kita berpisah
saling melambai buat bertemu kembali
di bukit pinus, di petang yang lebih damai
2015
WATU PINATIK
bagi anak moyang yang mencari pesan
abadi buat takdirnya
yang bertanyatanya makna gemersik
sungai
dan kesepian hatinya
mari upacarai hieroglif watu
pinatik
yang merahimkan petapeta cahaya
penuntun jalan
ke mana kau menyusuri musim
ketika ia datang dalam wujud
gigigigi menerkam
karena sejak bontayan menjadi
mahkluk danau
lobster hitam mendekam di
liangliang
para walian telah penafsir pesan
Tuhan
dan burungburung bersuara di
hutanhutan malam
di telagatelaga di mana bungabunga
memecah
tertambat bilangan abad yang terus
disusunnya
disusun tetua pertama dalam maeres
disenandungkan gununggunung saat
padipadi menguning
tapi barangkali kita keliru
membajak ladang sejak kisah kopi
tersuruk di sejarah yang hilang
o onoaanoa liar
o satwasatwa di cagar
damarkanlah hikayat lembahlembah
pakasa’an
watu pertama dan ribuan mimpi ini
ingin kubancak
ke dada orangorang yang tahu letak
pucatnya senja
2014
WANUA MAIJESU
aku mau ke watu mengupacarai keringat
mengeras batu
walian…
sudah zumigi, sudah rumages
segerombolan pisok berselancar di gunung Tuhan
menyongsongku di gerbang kinilow
memperagakan lakon tetua
tu’ur in tana
o bau padi. o ladangladang sedih
kemenyan tua menyigi perjalanan cahaya
melintasi lembahlembah
menyambutku o
rumahrumah kayu, arsitektur cerita
petakpetak pemandangan perdu
bunyi kumbang di tebing bambu sahut menyahut
merunut wanua maijesu dalam dongeng ritual batu
beratusratus tahun moyangmoyang pakasa’an
memantrai kayu
punah di sulur waktu
bertubuh ke mimpiku
2014
*) Wanua
Maijesu: kampung purba Kinilow, Minahasa.
ANTARA TORAGET TUMARATAS
antara toraget
tumaratas
apa harus kutulis padamu junio
di masa lalu walian bertanya pada burung
apa dikabarkan empung di perlintasan itu
aku masih menyimpan geriap hulu sungai
menampung pecahan kabut matamu
di suatu hari yang sendu
lima abad kemudian di palamba
kupandang hamparan kebun terung
dan kemistri burungburung mengabari letak jejakmu
begitu jauh
sejauh kabarkabar hilang di bandarbandar asing
dan kapal karam meninggalkan keturunan para pelaut
di rimba tinggi temboan
kayu hitam dan sisa rumah bagan dengan katukatu sejuk
masih mengisahkan nyanyian lelurik para tumani
terus hidup bercocok tanam
di sini hidup selalu seperti matahari junio
terus bersinar, dan bajakbajak terus dibancak
akarakar mendapati gembur tanah
dan tumani yang bernyanyi itu
mempestakan iringiringan tarian
di mata gadisgadis gunung yang mempesona
antara toraget
tumaratas
hausku yang kering itu tersedu junio
meski tak ada lagi bunyi pasoringan
buat ku bertanya pada moyang; kapan kau pulang
barangkali sebuah dongeng harus kuulang padamu junio
sejauh mana kau berlari, waktu selalu punya cara menepati
janji
dan di perlintasan antara
toraget tumaratas
di perduperdu yang berdiri bagai pergola
bayangbayang karema yang agung meneguhkan sepiku
saat menelusup ke lumut batubatu
selalu menanti
menanti ziarahmu suatu ketika nanti
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar