anak itu mengimpikan punya
sepasang sepatu
tapi sepatu bukan perkara mudah bagi ibunya
ibunya hanya pembersih kebun palawija tetangga
ia berharap ada ayah seperti sahabatsahabatnya
ayah yang selalu membeli sepatu setiap tahun baru tiba
tapi entah siapa ayahnya. Ibunya tak mengisahkannya
ia tak berusaha bertanya
karena bertanya apa gunanya
ia pun menggambar banyak sepatu di bukunya
berwarna biru, coklat, hitam, dan warnawarna lainnya
ia begitu girang setiap kali bisa melukis kembali sepatu
sepatu itu seperti menjelma
dikenakannya setiap kali usai menggambarnya
anak itu girang merayakan sepatu miliknya
setiap petang ia berlarilari di
sepanjang pesisir berpasir
lagi berharihari ia bernyanyi
sambil memandangi sepatu ia sayangi
di gambar yang baru selesai
jejakjejak sepatu, gerisik pasir, bunyi ombak
mampir meramaikan kegirangannya
pulau, rumah gubuknya dipenuhi sorak sorainya
seakan tunai sudah harapannya punya sepasang sepatu
buat mengejar citacita di depan
meski entah sebentuk apa
setiapkali ibunya memandang kegembiraan di mata anaknya
setiap kali pula kesakitan luka menganga di rahimnya
pada pagi hari anak itu begitu gagah
pergi ke sekolah dengan sepatunya
setiap minggu ia mengganti sepatu lama
dengan sepatu baru digambarnya
“ibu tak perlu lagi membeli aku sepatu
aku kini punya banyak sepatu,” kata anak itu
memar lebih biru menyebar ke hati ibu
ia rubuh di subuh di atas bukubuku anaknya
bergambar beribu sepatu
dan satu untuknya
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar