di depan, Awu seperti raksasa berdebu
di belakang, Karangetang terus
gemuruh
berapa abad arus ini menjadi kitab
kini kubaca dalam sejarah enam
kerajaan
dimana laut adalah guru
tak saja mengajar lumbalumba berburu
juga keberanian hiu pelautpelautmu
lalu di seratserat air laut ini
bukankah matahari selalu menggambar bininta
membui dan menderu dalam geriapan
suara tambur
dari para pemukul yang mengantar
pemberani bertempur
di sini aku bertemu kekasihku
melati yang disemai pulaupulau
dengan bau asin yang menggarami
hatiku
kini menjelma perahu sajak
yang memuat semangat
dimana gelombang tak pernah rentah
mengasah dada kita setajam tombak
*) Bininta: perahu perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar