aku tiba berharap
mencium Belehumara
bau bidadari
turun dari perahu sebuah abad
derap penari,
istanah kembang melati
mencumbuku.
bibirnya ranum muram masa lalu
saat kau
tuang samudera dalam gelas
kusesap nyeri
ampas sejarahku, juga sejarahmu
di depan,
pulau Ruang mengapung. ada jejak pisau
darah hitam mengguris
di kening laut tua itu
sisa panoramic
memapar sisi abadi dari ingatan
berkata: di sini langit selalu tenang menghapus merah senja
menidurkan pasir
hingga lelap diusap debur ombak
begitu nelayan
belajar ikhlas itu bukan kalah
lalu
menyembur harum Roa di asap panggang perapian
derak bunyi
kayu bakar adalah renung masa kini
bukankah api
berkobar itu setua usia pesisir ini
jala dirajut
dulu, kini masih ditebar hingga ke mimpimimpi
antara luka
pisau dan laut
kutemukan
ruhku sendiri
menimang bulan
yang sabar
membuka
barisbaris cahaya.
Sehari
seinci
hingga
purnama yang dulu
terlupa di bulat purnama hari ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar