bukankah sejak tercipta
bumi dan langit tak berkelamin
entah kapan saman aklamasikan ia ibu
dan kini kubaca elokmu
saat kuhidu harum baitbaitmu kutemukan
pohon
melebatkan hutanhutan ditakbirkan sasambo
hujan pun turun berbau perempuan
menuliskan api punya vagina dan agamanya
Fatimah, ia perempuan dan ibu
berlaksa hulubalang menyusui magma gunung
yang bersumbu di rahimmu
sebelum samudera menemukan buasnya
di gelombang taring hiu
dan cinta yang berpusar di dadamu
ketika kau tuliskan pula namaku
di wajah bulan yang bisu itu
laut menjadi seribu penjuru
yang mesti kurengku dalam sekali
kayuh
*) Sasambo: Sastra purba sangihe.
*) Hulubalang: Panglima perang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar