FRAGMEN
25 : Orakel 51
seperti cuaca
tanpa wujud akhir disiapkan
ia meraut aku. seraut kenangan
pada kenangan
aku melintas segala tak dapat diringkas
segala tak dapat dipintas
aku pergi ke kuilkuil katakata tumbuh di
tubuh puisi
ada arakarakkan musim kupetik dan
kumulai
senja gugur, ladangladang nafsu saling
mendebat
menggebu. tak mendetak
daundaun jatuh ke altar batu. sebisu
seriuh hatiku
di langit devosi sayapsayap putih melayang
di didih buih
menubuatkan pasang surut, jejak kabut,
perjalanan burung
air mata, batangbatang cahaya terlanjur
luput, terlanjur layu
di pesisir aku lahir ketika pasir tegar
menempuri jenuh
berhalaberhala laut dan maut masih yang itu
--belukar peperangan menambatkan kisah
abad
di sisi usia kian asing dan entah--
aku dibesarkan di sana. dalam dongengan sang
penghibur itu
ia yang mengebumikan keluh pada setiap
dini hari
tapi kembali ditetasnya seakan baru
anastasia…
aku tua sebagai cuaca tanpa wujud. dan
selalu retak
2014
FRAGMEN
24: Metafora Angsa dan Purnama
aku mau berpesta dalam metafora angsa
dan purnama
di sana karygmata hujan bertubuh, berbagi
kabut
berbagi kegembiraan
paristeraparistera bawalah hatiku
ke ladanglandang mazmur
ke renangan nafas di teduh danau
di teduh subuh yang meliangkan
guruhgemuruh
hati ibuku
akarakar rerumput basah
menumbuhkan pemandangan hijau
ke seluruh tanahtanah yang nelangsa
selalu kubaca bagai epistula langit
tiada henti membenihkan cahaya ke hati
Anasatasia, aku mencintai pulau dan
teluk ini
negeri yang mentunaskan dan membaringkan
kesedihan ibuku
bagai telaga mazmur dimana ketenangan
bersumur
2014
FRAGMEN
23: Suatu Pagi Desember
kembali kau bawa cuaca kembar
bau kukis, lagulagu natal
badai kejarkejaran di pucuk kelapa
meliukkan getir yang sama
di tahuntahun yang menjahitkan kepelbagaian
anastasia, aku menyerup kopi ke 50 tahun
sambil membayangkan kebun kacangkacangan
kegembiraan ayah ibu di pagi berhujan
memuat panggi ke dalam roda pedati
menyusuri pasar rakyat masih sepi
mereka tentara dan petani
mengebunkan derap sepatu ke mimpi
ladang padi juga jagungjagung
pagi ini dingin. seperti 50 tahun yang kembar
harusnya ada ubi, dabu di rumah kayu
ketika gementing lonceng di puncak menara katedral
merapatkan musim baru ke dalam perkampungan pesisir
yang tertabung getir kian gigih menakbir sedih
ma…begitu kupanggil ibuku
aku hafal betul mematangkan pisang dengan karbit
menaru bakul rotan ke atas kepala
seperti lukisan penjual buah di tengah cuaca
berubahubah
lalu, kelenjarkelenjar petir menguar menambatkan
ketakutan
seperti 50 tahun dongengan tentang langit di huni
mahkluk api
mematamatai bumi dipenuhi mambang dan demit
2013
FRAGMEN
22 : Hari Yang Segera Hilang
hari ini makam. kotakota mati tertikam
ada adzan dan bunyi petasan tergenang kelam
aku mau mentakbir kegembiraan
desa tak bernadi menyiduk beriburibu merpati
membenamkannya di api matahari
yang membawa pergi akhir cahaya senja ini
padamu anastasia aku mau mengabar
derap beribu kuda di laut membatu
membawaku bau jerami, anyir laut, ikanikan mati
loncenglonceng mendenting berlari mengejar maut
sebotol wine, selaras senapan. gapura bercat malam
orangorang mampir dengan diam, menyerup ampasampas
muram
dari buku, dari berhala tv, korankoran menambang
berjuta ilusi
air mata blues jatuh bagai bijibiji bunyi tambur
teriris tabir benteng mantra, bahasabahasa suram
melancarkan perang
pikiranpikiran terperdaya menetas di tabungtabung
kegelapan
selain kabung, tanah ini apalagi, nasibmu. dupa di
pasir
perahu dan dukamu hilang tambat. hanya kabut
membebat mulut
bunga kecubung hanyut tanpa laut
sebentar hari itu hilang dalam pecahanpecahan
mercon
bau mesiu terbakar di puncak malam yang segera
luruh
2013
FRAGMEN
21: Pletikan Kabut
lerenglereng bertabur kintamani, bungabunga trompet , bougenvile
mengawinkan gelombanggelombang abadi di deru nadi
dusun dan kota
semua mendetak merengkuh bumi
memunculkan supplier di retakkanretakkan lumut tempat abad tumbuh
orangorang datang dan pergi menggarami dirinya sendiri
anastasia, di sini waktu
dari asam ke asam mencoba meletakkan geram
lalu menjadi penakik getah langit
karena saman penuh jebakkan dan penaklukan
surga sejati sesejatinya di dalam hati
dengan rumah semesta dimana doa, kabung mendapat kenduri
batasbatas menipis mengikis timur barat
lariklarik penjelajahan matahari menaburkan pletikan ilahi
dari kabut putih ke dalam prisma berkonotasi warnawarni
mari keluar dari penjara sejarah
di sini, inspirasi adalah bukit, lazuardi, dan sayapsayap manguni
orangorang berkumpul ingin menulis sebuah cerita; langit tak kasong
selalu ada bayang terus membentuk diri
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar