JENRY JOHN
ARISON KORAAG, lahir di Manado, 30 Januari 1978, dari ayah yang berasal dari
desa Koha, serta ibu dari desa Pineleng. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan
berpindah-pindah tempat di dua desa ini.
Panggung
sastra dan teater rupanya lebih seksi digaulinya ketimbang seni musik yang
notabene ditekuni oleh ayahnya yang berprofesi sebagai guru kesenian sekaligus
pemain band yang cukup eksis pada masanya. Menyandang gelar sarjana sastra pada
tahun 2010. Selama kuliah, aktif dalam organisasi kemahasiswaan, diantaranya
menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (Himaju) Sastra Indonesia tahun 2000.
Menjabat
sebagai Ketua Teater Kronis pada 1998, aktif sebagai pemain dan sutradara dalam
beberapa pementasan di dalam maupun luar daerah. Memprakarsai iven Panggung
Kreasi Kawanua (2002) yang mengkolaborasikan beberapa unsur seni dalam satu
panggung, yaitu baca puisi, teater dan musik band yang melibatkan peserta dari
berbagai kalangan.
Tahun 2003,
bersama beberapa anggota Teater Kronis lainya mengikuti Festival Kesenian Jogja
dan berkesempatan pentas serta baca puisi di beberapa tempat yaitu, Gedung
Budaya Jogjakarta, Studio Tanah Liat Ugo Untoro, Rumah Seni Muara (Komunitas
Palembang), serta Workshop Teater di Teater Garasi Jogjakarta.
Bersama
kawan-kawan seniman tahun 2004 memprakarsai “Gerakan Kembali ke Rumah"
yang di kenal dengan nama Mawale Movement dan di tahun yang sama mendirikan
Forum Independent Peduli Sastra (FIP – Sastra) Sulawesi Utara dan menerbitkan
antologi puisi Bahasa Melayu Manado “777”. Dengan semangat kerja kreatif,
mendirikan komunitas seni di beberapa tempat, seperti Teater Gapura di Pineleng
(2001), Rumah Seni Klabat di Minahasa Utara (2004), dan Komunitas Soesube di
Desa Koha (2005).
Tahun 2010,
bersama 3 penyair Sulawesi Sulawesi Utara, terpilih menghadiri Temu Sastrawan
Indonesia III di Tanjung Pinang. Dimana setiap peserta yang hadir telah melalui
proses pengiriman karya dan diseleksi oleh kurator nasional. Adapun karya yang
terpilih kemudian diterbitkan dalam Antologi Puisi berjudul “Percakapan Lingua
Franca” yang di terbitkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjung Pinang.
Karya-karyanya
yang diterbitkan secara independen yaitu, “Koma” (antologi puisi penyair muda
Sulawesi Utara, 2001). “777” (antologi puisi melayu Manado, 2005).
Desember 2015, bersama 10 penyair se-Sulawesi
Utara tampil membacakan puisi karya penyair Indonesia asal Sulawesi Utara
Iverdixon Tinungki pada Festival Maleo yang diselenggarakan di Manado Town
Square oleh Balai Taman Nasional Nani Wartabone.
Selain
menulis puisi dan mensyairkannya di atas panggung, aktif dalam iven-iven
pertunjukan seni bersama sanggar yang digawanginya, yaitu Kamisama Art
& Performance Laboratory. Iven-ivent tersebut diantaranya, Lokon Art Festival
(2007), Festival Pesona Bunaken (sebagai show director, 2016), Tomohon
International Flower Festival (sebagai show director, 2016), Panggung Hiburan
Apresiasi Film Indonesia (sebagai show director, 2016), melaksanakan lomba baca
puisi natal yang disponsori oleh Markobar Manado dan Gibran Rakabuming Raka
(2016).
Atas komitmen dan dedikasinya dalam membangun
kesenian di Sulawesi Utara khususnya kota Manado, tahun 2017 dipercayakan
sebagai Sekretaris Umum Dewan Kesenian Daerah Sulawesi Utara (DKDSU) yang
sebelumnya sebagai wakil ketua Dewan Seni Budaya Kota Manado.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar