Oleh: Iverdixon Tinungki
GREENHILL GLANVON WEOL, dilahirkan
di Rumoong Atas, Minahasa, pada 22 Oktober 1977. Masa kecilnya dihabiskan di
Manado. Ayahnya yang adalah guru Bahasa Inggris memperkenalkan bermacam
literatur ke ingatannya. Mulai Mark Twain sampai Vonnegut, dari Kho Ping Ho
sampai beragam komik pewayangan koleksi ayahnya lahap dibacanya. Seperti banyak
remaja di tahun 90’an, ia pun bermimpi menjadi rockstar. Di SMA membentuk band
sekolahan –diberi nama ‘Wild child’- bersama 5 sahabatnya. Ia
kemudian giat
menulis lirik lagu –sebuah pengantar ke penulisan karya-karya susastra. Bangku
kuliah dihiasinya dengan naik-turun pentas musik, dan pada 1996 hingga awal
2000an menjadi penata musik dalam pentas-pentas Teater Kronis Manado. Bergabung
kemudian dengan Komunitas Pekerja Sastra (KONTRA) Sulawesi Utara pada awal
2000an, ia kemudian mulai terlibat pembacaan puisi dan pentas teater jalanan di
keriuhan demonstrasi-demonstrasi. Di masa inilah buku kumpulan puisi protesnya,
“World of Sorrow”, dipublikasikan. Ia banyak mengkonsepkan berbagai pentas
teater KONTRA semacam “Imagine” (2003), “Zombie Nation” (2003), “Perjalanan
Mencari Malam” (2004). Tahun 2003 mendirikan dan mendirektori Teater Bukit
Hijau yang pernah predikat Teater Terbaik dan Sutradara Terbaik di Festival
Manado Pante dengan naskahnya Abadi. Tahun 2004 mendirikan Teater Awan Rurukan
dan mementaskan naskah-naskahnya seperti “Gelap Anak-Anak Terang”, dan “He
Raise Me Up”. Ia juga tercatat sebagai pembina Studio X Sonder, Sanggar Dodoku
Wuwuk dan Studio Eben Haezer Treman. Tahun 2005 ia bersama dengan rekan-rekan
sepemikiran mencanangkan kampanye Tahun Kebangkitan Sastra Manado dan
memproklamirkan ‘Mawale Movement: Kembali Ke Asal’, sebuah ajakan penyadaran
identitas kepada Bangsa Minahasa lewat essay-essaynya yang menghias berbagai
media massa. Bersama saudara-saudara penyair Manado ia ‘mengusik’ dunia sastra
Sulut dengan Antologi Puisi Bahasa Manado “999”. Gerakan ‘Sastra Melayu Manado’
ini terus menggelinding hingga hari ini sebagai sebuah kritik terhadap
‘sentralisme sastra’. Berturut-turut kemudian kumpulan puisinya “Spectre” dan
sebuah novelet futuristik berjudul ‘Vale” di publikasikan. Pada tahun yang
sama, ia berhasil menyelesaikan studi di Fakultas Sastra Unsrat, yang kemudian
dimonumenkannya dengan mempublikasikan sebuah buku puisi berjudul “Sepuluh
Tahun- Sepuluh Tuhan”. Sebuah Jurnal Kebudayaan bertajuk “Touna’as” juga
digarapnya. Tahun ini turut juga menyumbang karya dalam antologi puisi terbitan
Pusat Bahasa Jakarta, “Ragam Jejak Sunyi Tsunami”. Tahun 2006 ia mempublikasi
sebuah buku kumpulan cerpen yang dijuduli “Malam Itu Kita Terluka”. Pada 2007
ia mempublikasikan kumpulan puisinya yang berjudul “Enigma”. Mulai tahun ini
pula ia mulai bekerja di Radio Suara Minahasa di Tomohon sebagai Redaktur
Budaya. Tahun yang sama ia ditugasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN)
SULUT sebagai humas. Di awal tahun 2008 ia bekesempatan membawakan musikalisasi
puisi di Gedung Kesenian Jakarta bersama tim teater Sulawesi Utara. 2008
ditutupnya dengan mempublikasi sebuah kumpulan naskah teater yang dijuduli
“Deus-Rexus”. Pada tahun 2009 bersama membangun “9 Society Art & Tech”
dengan program membawa karya-karya lokal ke dunia global internet, lewat
membangun jaringan Blog Sastra Utara Celebes. Tahun ini pula Koninklijk
Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV) di Leiden, Belanda, secara
resmi mengkoleksi lebih dari 20 judul buku sastra terbitan lokal yang
diterbitkan jaringan Mawale Movement. Tahun 2000 menjadi redaktur majalah
kebudayaan “Waleta Minahasa” yang walau berumur singkat tetapi telah
menempatkan standar bagi penerbitan berkala bertema budaya di Sulawesi Utara.
Rentang lima tahun terakhir ini ia bersama Mawale Movement Center melaksanakan
kegiatan-kegiatan intelektual seperti diskusi-diskusi, mendirikan
sekolah-sekolah alternatif, mentoring dan workshop, dalam berbagai ruang minat
mulai dari seni budaya, sastra, fotografi, hingga teologi. Karya-karya puisinya
yang terbaru turut menghias buku “Untuk Mengenang Dia, Pdt. Prof. Dr. Wilhelmus
Absalom Roeroe (16 September 1933 – 27 Desember 2015) Dalam Kenangan Para
Sahabat, Kenalan Dan Para Murid”, sebuah antologi esai dan puisi, terbit tahun
2016 serta “Orang Yang Benar Itu Akan Hidup Oleh Percayanya”, Buku mengenang 1
tahun meninggalnya Pdt. Prof. Wilhelmus Absalom Roeroe, terbit 2017. Menikahi
Donna Linda Datulangie dan sekarang sehari-hari berkegiatan sebagai dosen
Sastra dan Bahasa Inggris di FKIP Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT).
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
DRAMA NATAL PINTU Karya: Iverdixon Tinungki (DILARANG DIPENTASKAN TANPA IZIN PENGARANG) SATU : Bunyi Lonceng 3 kali. Disamb...
-
BAGIAN I: SEBUAH PANGGUNG LELAKI MISTERIUS DAN BATU-BATU WAKTU MENDETAK PADA LAGU ITU ANAK MANUSIA DI TENGAH PADANGNYA KEHIDUPAN...
-
PUISI PENGAKUAN DOSA karya: iverdixon tinungki Kami yang membiarkan mata Menjadi sayap-sayap hilaf yang membiarkan mulut Me...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar