RAHADIH
GEDOAN. Penyair dan dramawan ini menggunakan nama ‘seni’ Ie Hadi G dalam karya
puisi dan drama. Lahir di Rainis, Talaud pada 25 Juni 1979 dari pasangan Binoni
Gedoan dan Agustina Ello. Kecintaan terhadap dunia sastra telah tumbuh sejak belia,
lewat tradisi dongeng yang berkembang baik di kampungnya. Sejak kecil menyukai bacaan, terutama terbitan
Balai Pustaka di perpustakaan sekolah. Hal-hal inilah secara tidak sadar telah
membentuk fondasi unik pada dirinya untuk mencintai dunia sastra dan
pertunjukan.
Tahun 1997
kuliah di Fakultas Sastra Unsrat, Jurusan Sastra Indonesia hingga meraih gelar
Sarjana Sastra. Namun hasrat secara serius untuk menggeluti dan merambahi dunia
sastra secara praktis, terutama teater/drama dan puisi, baru dimulai tahun
1998. Tahun 2000 kian mengasah kemampuan menulis sastra dengan bergabung di
Teater Kronis Fakultas Sastra Unsrat Manado. Di tahun 2000 itu sempat
mendirikan Teater Tiga dengan mementaskan karyanya Angin, Api, Air dalam acara
Dies Natalis Fakultas Sastra Unsrat Manado. Di awal proses berkarya inilah ia
sering mengikuti beberapa perlombaan dan seringkali juga mendapat ‘mujur’,
seperti menjadi Pemenang I dan II Lomba Cipta Puisi se-Sulut yang diselenggarakan
oleh GAPTER (Gabungan Pekerja Teater) Sulawesi Utara (1999); dan menjadi
Pemenang I Lomba Baca Puisi Tingkat Umum yang digelar oleh INOVASI UNSRAT
Manado (2000).
Pada 2001,
bersama sejumlah kawan, mendirikan KONTRA (Komunitas Pekerja Sastra) yang
kemudian aktif mengadakan berbagai pementasan, baik in door maupun out door (2001-2003).
Di kisaran tahun itu, dengan bendera KONTRA, puluhan pementasan berhasil
dilakukan terutama pementasan yang bersifat ekperimental di jalan-jalan kota
Manado dan sekitarnya. Di antaranya : Manusia-manusia Pipa (1 Mei 2001), From
Academy To Zero (Dies Natalis Fakultas Sastra Unsrat, Maret 2002),
Sampah-sampah Artistik (kolaborasi Performance Arts antara seniman Sulut –
Jogjakarta, 27 Juli 2002), Newmonster (12 September 2002), Musafir (8 November
2002 di Tahuna, Kepulauan Sangihe).
Pada 2001 bukunya
berjudul "20+1", yang berisi 20 puisi dan 1 prosa diterbitkan. Puisi-puisinya
juga terbit dalam antologi puisi KOMA. Pasal-pasal Kitab Raung Angin, sebuah buku berisi 77 puisi hasil kreatif antara tahun
2001 sampai 2004 diterbitkan Yayasan Tagonggong (2005). Hadi juga ikut
berpartipasi dalam penerbitan antologi nusantara Jejak Sunyi Tsunami Aceh yang
diterbitkan oleh Balai Bahasa Medan tahun 2005.
Karya-karyanya
dalam bentuk drama yang telah dipentaskan di antaranya From Academy To Zero,
Gila, Ketika Messiah Berpaling, Ambisi, Yang Terkoyak, Usikan Nyamuk, Tou Yang
Tumbuh Dan Mengakar, Yang Terkoyak, Mimpi dari Sebuah Jendela Waktu, Mareindeng
Banua, Nada-nada Akhir Tahun, Kicau Murai Pagi Hari, Kata Meretas Jadi Batu,
Laut Berkawan Naga Memburu, dan sejumlah karya lainnya.
Dalam
organisasi kesenian, ia menjadi pengurus Teater Kronis (2000–2003); Pendiri dan
Koordinator Umum KONTRA SULUT (2001-2002); pendiri Eksperimental Theater
(2003); pendiri Teater Sido (2005); pengurus PATSU (2005 – sekarang); pendiri
Theater Club Manado (2006); dan Ketua Dewan Kesenian Kota Manado periode
2016-2020.
Ia sering
juga terlibat dalam pelatihan teater dan baca puisi, baik reguler maupun nonreguler,
seperti menjadi Instruktur Acting pada agen model Next Management (2006),
Instruktur Teater dan Sastra di SMA Kr. Eben Haezer Manado (2006), dan hingga
kini jadi Instruktur Teater dan Sastra di Theater Club Manado.
Dalam
media informasi, media cetak dan online, Hadi pernah jadi Pemimpin Redaksi Palakat.com (2011),
Redaktur Pelaksana di Barometer Sulut (2012-2013), dan Redaktur Pelaksana di Harian
Kawanua Post (2014-2016).
Baginya, dunia sastra merupakan dunia yang tak
pernah kehilangan daya tariknya untuk bisa mewarnai peradaban. Hadi berkomitmen
untuk tetap menulis sampai akhir hayat nanti.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar