PUISI DARI HUTAN LINDUNG
cempaka
agathis dan kenanga
adalah
puisi
adalah
mata ibu
tempat
benih cinta itu
tumbuh
sudahkah
kaubaca sajak Tuhan
pada
bisu selembar daun
sejak
kuncup hingga luruh
ia
kalam untukmu
kayukayu
besi menjejar
kelelawarkelelawar
mengantungkan liarnya
burung
rangkong dan kumbang, seperti kupu
ingin
berumah di bebas bumi teduh
engkau
pun bernafas
menyesap
udara segar pori daun
helaihelai
ikhlas kisut lantak menapis racun
karena
paruparumu seharga gugurnya yang luhur
dan
seekor maleo menetas di tanah pasir
memanggilmu
menafsir
sesuci
apa puisi angin dan air
lahir
dan mengalir
saat
malam hutan bernyanyi
saat
malam satwasatwa mengendurikan mimpi
adakah
kaudengar pesan alam
ditetas
riang hati menyimpan gerimis
di
taman nasional Bogani Nani Wartabone
hampar
matayangan adalah puisi keagungan Tuhan
bagaimana
tangan tanah yang sabar
merias
manusia dan alam
karena
kehidupan
tak
sekadar luka dan geram
ARCANGELISIA
FLAVA
jangan
tancapkan kami kapak
dan
luka gergaji
sebagai
pohon
kami
pun ingin menikmati matahari
sebagai
hutan
kami
pun ingin hidup lestari
mendakilah
ke gunung poniki
di
sana kita bisa berbagi riang dan mimpi
mendakilah
ke puncak damar
di
sana engkau bisa teduhkan letih dan memar
aku
hanya sebatang pohon
tanpa
tangan atau kaki
untuk
melawan atau berlari
jangan
tancapkan kami kapak
dan
luka gergaji
sebagai
pohon aku hanya punya teduh
dan
gema daun yang mengolah udara untukmu
sebagai
pohon aku hanya punya rindang
dan
ricik tanah basah tempat satwa bernaung
suatu
ketika engkau akan mengenang tubuh kuningku
dan
seekor tarsius bertengger di cabang. cabangku
kau
akan menulis
atau
bercerita
di
poniki, di bentang gunung damar
di
sebatang arcangelisia
flava
ada
tepi surga yang kaffah
jangan
tancapkan kami kapak
dan
luka gergaji
karena
luka pohonan
luka
jiwamu sendiri
LAGU SERIBU
KUMBANG DUMOGA BONE
UNTUK ALAM
LESTARI
kami
bernyanyi dalam dengung
kami
bernyanyi untuk sebuah renung
seperti
gombloh, seperti gombloh
lelaki
tirus menyanyikan lestari alamku:
“Lestari Alamku,
Lestari Desaku
Di mana Tuhanku Menitipkan Aku
Nyanyi
Bocah-bocah Di Kala Purnama
Nyanyikan Pujaan
Untuk Nusa”
kami
bernyanyi dalam getar sayapsayap kecil
memuja
sungaisungai mengalir
memuja
pohonpohon teguh tumbuh untukku
memuja
hati para musafir
memuisikan
megah orkhestrasi nyanyi lestari
bening
doa kumbang di semak sepi
dari
Kasinggolan ke Lombongo
saat
bungabunga hutan menetas dari kandung bumi
kami
bernyanyi, menyanyikan hutanhujan tropis
lumut
dan rumput paku di bawah pohon waru
adalah
lagu pencari nyanyian jiwa yang gaharu
kami
bernyanyi dalam dengung
kami
bernyanyi untuk sebuah renung
seperti
gombloh, seperti gombloh
lelaki
pemuja persaudaran manusia dan alam semesta
serupa
ruelia, manusia butuh seteguk air
buat
tubuh letih dahaga
maka
kami bernyanyi di hutan hujan tropis
di
gunung damar, di gunung padang, di danau tumpah
di
cadas batubatu berkamar
memanggilmu
wahai para musafir;
mari
teduhkan segala memar
burungburung,
anggrek, dan belukar bunga
adalah
lirik nyanyianku, sepotong sajak hutan hujan tropis
mamalia,
reptilia, amfibia, musang, anoa, babirusa
semua
kunyanyikan dengan megah, dengan getar sayap kecilku
kumbang
bernyanyi untuk sebuah renung; lestari alamku
SUARA RIMBA RAYA
di
halimun suara itu
suara
pohonpohon
gumam
air
percakapan
kupu
dengan
setangkai bunga ungu
di
ricik sungai
di
sinar suci mata fauna
di
cabangcabang flora menggapai
suara
itu
sebening
doa tergerai
suara
itu, suara rimba raya
desis
gema tipis
berkesiuran
seakan
sayap putih
gema
kalbu
suara
itu
suara
taman kehidupan
suara
hening
suara
yang mengecup kita
dengan
cinta
tanpa
sepatah
kata
MALEO SENKAWOR
di
padang pasir hangat
bumi
kadang melukis
apa
yang patut kukenang
tak
saja gerimis menetes di alis
atau
senandung dunia hijau
imaji
daun dan riap doa bergaung
padang
pasir hangat
kadang
rahim dan gamis
tempat
burungburung terseduh menangis
tempat
telur ditetas bumi puitis
dan
seekor maleo senkawor kecil
lahir
dengan jambul keras berwarna hitam
seperti
puisi alit di ranjang suasa bumi
kubaca
hingga angin lelah mendetaki nadi
ketika
manusia dan alam tak berjarak
tak
ada senja berakhir beku
kita
selalu bagai kekasih tak alpa berkecupan
membiarkan
wangi berjatuhan ke dalam hati
dan
seekor maleo senkawor barangkali telah membesar
dengan
paruh berwarna jingga
ia
kembali menetaskan setumpuk sajak
memaknai
padang hati dengan hangatnya
SUATU KETIKA DI
MENGKANG
andai
aku bisa bernyanyi
kunyanyikan
cahaya sejuk hutan
andai
aku bisa mencair
kusyairkan
getar air mengkang
batubatu
hitam
maknamakna
bersemayam
mengaliri
curam kehidupan
tapi
aku ingin terjun dan tetap berjalan
aku
ingin menjelma bunga
di
jarijari air mata kumbang
aku
ingin menjelma cuaca
di
jeriji kehidupan
biar
aku mengalir dalam sabdasabda cahaya
biar
aku berembus dalam kabung suara tak berdaya
akan
kuteguk embunMu di tubir tafsir
bila
hutan adalah kitab
pada
sepucuk daunMu aku belajar mencinta
KOLASE HIJAU
seonggok
bayang kelelawar
dan
sepasang kuskus berpelukan
melawat
kegembiraan jiwaku
saat
malam seakan gambar abadi
menabuh
nyala api di tungku nafas lincah
memetik
pesan rumputan saat hujan selesai
dan
bangkai kesedihan lesap ke akar dalam
dan
kurebahkan tidurku pada setangkai mawar
saat
ia menegak paling muka
dalam
kawanan impian bunga dikalungkan langit
di
selembar hutan yang kudekap
dan
yang mendekapku dengan wangi
di
pagi, aku dan rimbah bagai zirah dan ksatria
lahir
kembali dengan kemenangan saat hujan selesai
dan
matahari berdenyar
di
derak pohon yang mengibar senyuman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar