SATU : LELAKI & SANG PINTU
Merambat, bergeser, bergulir, merangkak, melijit, berkelebat, dan bedebah! Sang pintu dan pintu-pintu itu sudah di sana menanti setiap yang lewat, mengajak masuk, atau mengusirnya seperti penjahat. Bulan sepotong, matahari sepotong, bintang sepotong lewat tertatih-tatih.
Sang pintu : Bertobatlah karena kerajaan surga sudah dekat.
Pintu-pintu : bertobatlah kerena kerajaan surga sudah dekat
Dan mereka terus berkata-kata seperti sediakalah, sepanjang waktu, tanpa henti. Kesurupan, terguling-guling, hingga semua pintu berantakan menjadi puing. Tapi sang pintu terus di sana memikul galon air, menanti datangnya hari pembaptisan.
DUA : SANG PINTU & SOSOK MAYAT
Dalam pengelanaannya, sang pintu bertemu sosok mayat. Dan dibaptisnya mayat itu.
Sang pintu : Ini tuwung surga. Air dari sang bapa. Air mata sang ibu dan sinar pengharapan berlaksa-laksa generasi. Kubaptis engkau.
Mayat bangun, menggeliat, merangkak, kesurupan, dan menemukan dirinya. Sang pintu mengenakan jubah kencana pada sang mayat yang hidup itu.
Sang pintu : Jalanilah nestapamu hingga hari perjamuan kudus.
Sang pintu kembali kepusaranya, dan lelaki mayat menyiapkan adonan dan sosis bagi dirinya. Adonan dan sosis dicamnpurnya seperti perempuan tua membuat roti paskah.
Narasi Sang Pintu :
Jika engkau menyiapkan roti
Dan menyantapnya diwaktu pagi dengan segelas kopi
Terasalah jiwamu bersemi berselang hari
Dan ingatlah
Sang Bapa di surga menyiapkan roti dari dagingnya sendiri
Lalu ia berkata : Akulah roti hidup
Dan setiapkan orang datang menambahkan sosis
Menurut selera masing-masing diri
Dan menyantapnya sendiri-sendiri
Dan setiap orang mulai menamai sajian itu
Menurut citranya dan keinginnya masing-masing
Itulah agama!
Maria Magdalena kau dimana
Ia disini
Lelaki yang mencintaimu
Lelaki yang engkau cintai
Maria magdalena muncul bersama seribu setan. Maria menari, Maria jatuh cinta. Maria memeluk dan menciumi sang lelaki mayat.
Setan-setan : Berikan ia dunia Maria.
Maria kian panas menari. Tapi lelaki itu masuk ke adonan dan sosis. Ia menjadi roti.
Maria menangis dengan sesal. Orang-orang dan siapapun datang keperjamuan itu dalam keadaan lapar teramat sangat dan memakan roti itu. Maria ikut mencicipinya, lalu ia menangis lagi.
Puisi Maria : Pengakuan Iman Rasuli diulangnya beribu kali
Setelah kenyang. Orang-orang menjadi betapa cerdas. Orang-orang menyeret rangka lelaki mayat itu dengan tali kemana mereka pergi. Ada yang jadi pendeta, ada yang jadi Muadzin, ada yang jadi pertapa : Mereka semua berkabar berita. Tapi ada yang jadi penjahat. Dan setan, tetap setan menjadi penggoda. Khotbah mereka mendengung seperti lebah.
KETIGA : TINGGAL RANGKA ITU DIPUING-PUING
Rangka itu kembali bergerak, karena betapapun sedunia orang memakannya, ia tak pernah akan habis.
Maria Magdalena bangkit dari kesedihannya dan dengan perkasah memanah rangkah dari roti itu.
Puisi Sang Rangka : Ya Bapa ke dalam tanganMu kuserahkan nyawaku.
Berkali-kali ia katakan itu dalam sunyi.
Hingga orang-orang tiba-tiba kembali dengan buas memakannya, mencabik-cabiknya. Lalu pergi, lalu pergi tapi ia tak pernah habis.
Sang rangka : Jika kamu semua masih ingin (7 kali)
Makanlah aku!
Seorang pemburuh tiba-tiba muncul.
Kata Pemburu kepada Sang Rangka : salam sejahterah bagi kamu.
Setelah berkata ia menembaki Sang Rangka. Lalu dipanggulnya mayat Sang Rangka entah kemana.
Sangal Luar biasa... like this...
BalasHapus