Kisah yang mengental
Melontarkan repertoar hujan
Hingga laut menjadi sembab di hatimu
Dan wajahmu yang basah tak saja oleh airmata itu
Susah kuhapus dengan sekadar kata cinta
Karena kamu tak ingin menoleh dari masa lalumu
Itulah laut dan langitmu
Tubuhmu yang bercahaya
Kau biarkan menengadah senja yang merinai
Dan aku tak bisa memilih perahu yang mana
Untuk sampai ke matamu yang sesungguhnya teduh itu
Hariharimu adalah irisan biola yang menyayat
Hingga burungburung tak bisa mencicit kerna ngilu
Batubatu mengeras dan menumbuhkan lumut
Pada setiap kata yang ingin kuucap padamu
Ketika kau siurkan pesan di tawa yang kau katub
Apa yang dapat kutuliskan padamu
Selain gemericik air dipermukaan laut yang menyemu
Dan kakikaki siput yang kecil menyeret cangkangnya
ke liang yang menyembunyikan debur
Itulah laut dan langitmu
Di tengah alam yang basah
Aku tak menemukan jejak
menuju kata yang pula kau sebut cinta
halilintar di manamana
menghanguskan kebranian lelaki ini
lihatlah betapa beku semuanya
tanjung yang kisut menjadi samar
kecuali tubuhmu yang tetap bercahaya
kau biar menengadah ke langit tua itu
yang tak bisa kuraih bila sekadar mengucap cinta
kecuali menanti tolehan
yang belum tentu tiba
saat ajal menyiapkan aku sebuah kereta
Manado, 7 Januari 2011
Melontarkan repertoar hujan
Hingga laut menjadi sembab di hatimu
Dan wajahmu yang basah tak saja oleh airmata itu
Susah kuhapus dengan sekadar kata cinta
Karena kamu tak ingin menoleh dari masa lalumu
Itulah laut dan langitmu
Tubuhmu yang bercahaya
Kau biarkan menengadah senja yang merinai
Dan aku tak bisa memilih perahu yang mana
Untuk sampai ke matamu yang sesungguhnya teduh itu
Hariharimu adalah irisan biola yang menyayat
Hingga burungburung tak bisa mencicit kerna ngilu
Batubatu mengeras dan menumbuhkan lumut
Pada setiap kata yang ingin kuucap padamu
Ketika kau siurkan pesan di tawa yang kau katub
Apa yang dapat kutuliskan padamu
Selain gemericik air dipermukaan laut yang menyemu
Dan kakikaki siput yang kecil menyeret cangkangnya
ke liang yang menyembunyikan debur
Itulah laut dan langitmu
Di tengah alam yang basah
Aku tak menemukan jejak
menuju kata yang pula kau sebut cinta
halilintar di manamana
menghanguskan kebranian lelaki ini
lihatlah betapa beku semuanya
tanjung yang kisut menjadi samar
kecuali tubuhmu yang tetap bercahaya
kau biar menengadah ke langit tua itu
yang tak bisa kuraih bila sekadar mengucap cinta
kecuali menanti tolehan
yang belum tentu tiba
saat ajal menyiapkan aku sebuah kereta
Manado, 7 Januari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar