Ada malam ketika bulan meringkuk di sayap sepi
di bawanya gadis itu berjalan sendiri
melompati savanah dan rimba musim yang terus ringkih
tapaktapak lisut dalam abu beku di matanya
ia selalu melontarkan senyum pada langit buram
lelaki yang mengawang pada setiap dejavu kerinduan
sesekali ia berucap dengan katakata belia
biar airmata menjadi noktah buat harap berkaca
tapi setiap lipatan angin kisut di dadanya
mendesir jadi degup yang bermakna entah
Ada saat di mana ia melihat tanah
menumbuhkan tunas hati yang di tanamnya dengan ratap
anak air yang tumpah dari kelopak muda
menyembulkan kecambah pohon, ia berteduh di bawahnya
o....begitu ia melenguh
seperti sajaksajak risau di lengan awan
saat malam senyap dalam kepak kelelawar dan curuk
memakan setiap kata yang ditulis penyair itu
esoknya...persis di depan langkah pertamanya
gadis itu bertemu makam di penuhi tulisan buram
ia tak pergi begitu saja
di taruhnya sepotong hatinya
dan rebah di atas nisan bersama cintanya
23 Oktober 2010
di bawanya gadis itu berjalan sendiri
melompati savanah dan rimba musim yang terus ringkih
tapaktapak lisut dalam abu beku di matanya
ia selalu melontarkan senyum pada langit buram
lelaki yang mengawang pada setiap dejavu kerinduan
sesekali ia berucap dengan katakata belia
biar airmata menjadi noktah buat harap berkaca
tapi setiap lipatan angin kisut di dadanya
mendesir jadi degup yang bermakna entah
Ada saat di mana ia melihat tanah
menumbuhkan tunas hati yang di tanamnya dengan ratap
anak air yang tumpah dari kelopak muda
menyembulkan kecambah pohon, ia berteduh di bawahnya
o....begitu ia melenguh
seperti sajaksajak risau di lengan awan
saat malam senyap dalam kepak kelelawar dan curuk
memakan setiap kata yang ditulis penyair itu
esoknya...persis di depan langkah pertamanya
gadis itu bertemu makam di penuhi tulisan buram
ia tak pergi begitu saja
di taruhnya sepotong hatinya
dan rebah di atas nisan bersama cintanya
23 Oktober 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar