Rabu, 27 Juni 2012

EPILOG KESURAMAN (puisi Iverdixon Tinungki)


Wahai kesuraman
Apa kau tenun di kuba malam  
mosaik hati yang letih
atau gambar sepi yang angkuh

Betapa dalam liang
menenggelamkan suaraku, juga namamu
hingga nada tak bersisa
buat bintang mengkoreografikan hatiku


Aku berjalan dengan sido
dan doa-doa yang lihai
Buat mencapai ujung dari dunia
yang kulukis sendiri
dengan fikiran  penuh tanya
keyakinan yang naïf tentangmu

“Mengapa matahari bolak balik dengan gerak monoton
Serupa perjalanan notasi hingga mencampai nada
tak bisa dinyanyikan lagi”

merindumu adalah pisau
setiap ingatan mengiris detak nafas
hingga seluruhnya menjadi luka
dan subuh berbau darah

14 Juni 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar