Selasa, 30 Oktober 2012

Drama kontemporer Natal 'KATA MATI'


Drama kontemporer Natal
KATA MATI
Ketika Kata Kehilangan Makna
Naskah karya: Iverdixon Tinungki
(dilarang dipentaskan tanpa seizin pengarang. Ktk: 085343976992)
Pemain:
LELAKI
ANAK
MAMA
PELARIAN
PENGEJAR
Pembuka:
Menuju panggung kata. Lelaki dalam detak hatinya. Anak menuju ritus perjamuan. Para peziarah dan lagu pengharapan.


Narasi:
Kehidupan adalah panggung kata. Dialog yang tak usai. Makna-makna yang menggantung. Pembrontakan dan cibiran. Sinisme dan satire. Duka dan tawa. Kata-kata tak terhingga. Firman Tuhan yang terkuak. Narasi yang menguap. Pedang yang terhunus. Lalu kata tertebas di atas pinggan kepentingan. Kamu semua kini adalah pelayat kata. Kata telah mati.

Lelaki dan lonceng

Lelaki :
(lonceng 1) Bunga akan Layu
(lonceng 2) Daun akan hancur
(lonceng 3) Pohon akan lapuk
(lonceng 4) Batu akan usur
(lonceng 5) Besi akan berkarat
(lonceng 6) Hewan akan mati
(lonceng 7) Manusia akan selalu ingin abadi, tidak mati-mati.

Lonceng pecah , Lelaki linglung
Lelaki :
Ada yang lahir
Ada yang lahir
Ada yang lahir
Ada yang lahir
Ada yang lahir
Ada yang lahir
Ada yang lahir

                              Anak di depan sesajen              

Anak :
Siapa yang lahir ?

Lelaki :
Keangkuhan
keangkuhan
keangkuhan
keangkuhan
keangkuhan
keangkuhan
keangkuhan

Anak :
Siapa keangkuhan ?

Lelaki :
Manusia
Manusia
Manusia
Manusia
Manusia
Manusia
Manusia

Anak :
Gila
Lelaki :
Jaman sekarang manusia lebih memilih gila ketimbang waras.
Anak :
Bunyikan lonceng pemanggil Juruselamat !
Lelaki :
Lonceng sudah pecah.
Anak :
Mengapa demikian ?
Lelaki :
Tugasku usai
Anak:
Siapa yang memecahkannya ?
Lelaki :
Manusia
Anak:
Mengapa demikian ?
Lelaki :
Mengusir irama kematian
Anak :
Berarti mereka ingin kekal.
Lelaki:
Bahkan abadi
Anak :
Jika aku mati
Lelaki :
Tidak ada lonceng lagi
Anak :
Lalu siapa yang akan melayat ?
Lelaki :
Kepura-puraan
Anak:
Mengapa demikian ?
Lelaki :
Tangis dan tawa susah terbaca karena manusia menabung segudang kata pura-pura.setiap waktu mereka pasang diwajah sesuai kebutuhan ruang dan waktu !
Anak:
Berarti manusia sedang sakit !
Lelaki:
(Batuk-batuk)
Anak:
Kau juga sakit !
Lelaki:
(Batuk-batuk)
Anak:
Kau kena virus
Lelaki :
Virus baru menyerang manusia.
Anak:
Apa namanya
Lelaki :
Mari kita memutar waktu, meneropong situasi.

Waktu berputar di atas kursi
Lelaki :
Virus itu bernama kursi !

Anak duduk dikursi
Anak :
Kursi ini empuk
Lelaki :
Berdiri
Anak:
Sebentar aku masih suka duduk
Lelaki:
Kau mulai diserang virus !
Anak :
Virus apa ?
Lelaki :
Kursi

Anak meninggalkan kursi masuk ke perut lelaki
Anak:
Aku takut
Lelaki :
Bagus . masih punya hati nurani
Anak:
Apakah virus kursi pembawa kematian ?
Lelaki :
Lebih kejam dari aids !
Anak :
Paparkan indikasi penyerangannya
Lelaki :
Sederhana
Anak:
Sederhana ?
Lelaki :
Virus kursi menyerang saraf pantat menembus jaringan otak dan memecahkan hati nurani.
Yang duduk dikursi selalu tak ingin berdiri
Siapa yang coba menyuruh berdiri akan ia hukum mati !
Anak:
Berbahaya ! aku akan ke gereja mencari tabib agung !

Anak di meja perjamuan
Lelaki :
Nyalakan lilin
Anak:
(memasang lilin)
Lelaki :
Kristus lahir beri darah dan nyawa-Nya sebagai kontra virus dunia.
Cicipin sajian perjamuan itu !
Anak:
(minum dan muntah) Bah !! Roti basi , anggur kebanyakan alcohol
Lelaki :
Penghematan !
Anak :
Perjamuan apa ini !
Lelaki :
Sejarah Alkitab mencatat musuh Kristus adalah para imam, ahli taurat dan penguasa yang kejam dan korup, perjamuan terasa hambar. Arena kepura-puraan.
Selama hidup mereka, mereka akan memburu Kristus untuk dibunuh.
Anak:
Tapi jaman sudah berubah
Lelaki :
Taktik pembunuhan Kristus ikut berubah, ikut modernisasi.
Anak :
Bagaimana itu ?
Lelaki:
Kalau dulu ibadat yang utama, sekarang duit yang utama.
Time is money ! semua ibadat harus menghasilkan uang ,
Uang yang utama. Kristus dikorbankan. Pembangunan berarti pembangunan gedung.
Iman dinomorduakan.
Anak :
Got ist Tot !
Lelaki :
Tuhan sudah mati dibunuh manusia
Anak :
Berbahaya jika manusia kehilangan Tuhan !
Perlu strategi pencerahan
Lelaki :
Para imam, ahli taurat dan penguasa yang kejam dan korup telah mengambil langkah proteksi terhadap setiap upaya pencerahan.
Anak :
Apa itu ?
Lelaki :
Membunuh kata. Kata sudah mati, kata kehilangan makna.

Di rumah duka kematian kata
Orang-orang:
Kata mati
Kata mati
Kata mati
Kata mati
Kata mati
Kata mati
Kata mati
Kata mati

Lelaki menjadi arwah
Lelaki:
Aku arwa, mati bersama kata !
Mama bersama bunga duka
Anak :
Mau kemana kita Ma ?
Mama :
Mengubur kata-kata
Anak :
Benarkah kata sudah mati.
Mama :
Pasang telingamu kebumi.

Anak mendengar bumi
Mama :
Apa yang kau dengar nak ?
Anak :
Kata-kata
Kata-kata
Kata-kata
Kata-kata
Kata-kata
Kata-kata
Kata-kata

Lelaki melempar surat ke bumi
Lelaki:
(Surat 1) dari kuburan kata kukirim surat padamu
(Surat 2) dari kuburan kata kukirim surat padamu
(Surat sejuta) dari kuburan kata kukirim surat padamu
Mama melempar bunga duka ke bumi
Mama:
Ini kukirim bunga padamu sebagai tanda duka atas kematian kata.
Mama bermain payung duka
mama: (menyanyi)
Diantara satu surat dibumi
Anak :
Mama akan kubacakan surat padamu
Mama:
Tak ada gunanya, kata-kata sudah mati !
Anak :
Kita harus mencoba menghidupkannya mama!
Mama:
Bacakanlah nak
Anaka membaca surat dari  bumi
Anak :
(membaca surat)
Surat Bumi:
Saudara kaum kristiani,
Apabila kalian merawat luka atau bilur orang miskin ingatlah bahwa yang kalian jumpai adalah bilur dan luka Kristus sendiri. Memang hidup/ibadah dan karya social merupakan dua hal yang saling menjalin satu sama lain, tidak terpisahkan setiap hari pekerjaan dimulai dengan perayaan ekaristi. Apabila kalian mengumpulkan orang sakit keras dan berdiri di samping ranjang maut kalian tahu bahwa itulah saat kelanjutan ibadah kalian dalam bentuk yang lain.
Dalam komunitas kudus kita menerima Tuhan Kristus dalam rupa roti sedang dalam pekerjaan kita menjumpai Kristus dalam rupa daging dan darah. Aku lapar, aku telanjang, aku sakit, aku tidak beratap. Bahwa Kristus yang ssama hadir dalam diri seseorang yang menderita merupakan semboyan yang menjadi kunci kehidupan kita.
Kita bukan bekerja mencari enak bagi diri kita sendiri melainkan untuk sesama kita.
Bila kita melihat Kristus dalam rupa roti dan anggur dapat juga kita melihat dia dalam orang miskin. Kita semua mendambakan kebahagiaan bersama Tuhan. Kebahagiaan bersama Tuhan itu berarti kita telah mengambil bagian dalam mengasihi, menolong , memberi, melayani dan menyelamatkan.
Kita ada bersama Dia selama 24 jam dan meraba Dia dalam busana compang-camping

Bunda dan sang pelarian
Pelarian:
Tolong aku ibu …… tolong aku . mereka mengejarku, mereka mau membunuhku.
Mereka itu ular beludak yang licin dan kejam.
Mereka telah di didik bagaimana menghimpun uang membeli kekuasaan.
Bagi mereka tidak ada yang halal atau haram, asal uang mereka sikat. Korupsi dimana-mana, kolusi dimana-mana.
Tolongaku ibu
Mereka mengejarku, mereka mau membunuhku, mereka ular beludak yang licin dan kejam. Yang penting uang mereka tega menggasak orang miskin, tanah, rumah, istri mereka sikat habis-habisan.
Aku melawan ! kini dikejar
Tolong aku Ibu
Pengejar :
(OS) jangan bersembunyi pembangkang ! (masuk)
Ibu , adakah lelaki bersembunyi
Ibu:
Kata sudah mati
Pengejar :
Kau harus bicara benar
Ibu :
Kata sudah mati
Pengejar :
Aku petugas , kau harus terbuka
Ibu :
Kata sudah mati
Petugas :
Siapa pembunuh kata ?
Ibu :
Kau !
Pengejar :
Aku ?
Ibu :
Tidak ada kata kebenaran dalam otak seorang penjahat.
Pengejar :
Ibu ini linglung !

Pengejar linglung, pengejar pergi
Pelarian :
Tolong aku Mama.
Mereka akan terus mengejarku !
Ibu :
Lari ke pengadilan minta perlindungan hukum.
Pelarian :
Lari ke pengadilan minta perlindungan hukum ?
Kalau aku ke pengadilan aku dimintai uang pelican sogok namanya,
Dan kalau aku tidak punya uang pelican aku pasti di tuding pecundang
Pengejar dan pelarian
Pengejar :
Kau ketangkap basah !
Pelarian menjadi anjing
Pengejar menindas pelarian
Anak :
Protes !
Anak mengangkat poster-poster
Ruang menjadi mosaic hening, Bumi kosong
tamat

2 komentar:

  1. BUNG EVERDIXON... BOLEH OM PAUL LONTOH M PAKE NI NASKAH FOR LOMBA FESTIVAL TEATER FOR ANAK2 SMA KOSGORO TOMOHON...?

    BalasHapus