Minggu, 07 Oktober 2012

DIALOGIA HATI (puisi Iverdixon Tinungki)


Aku menikahi gitar dan hujan di pagi dan senjaku
Seperti benang tipis rapuh di antara aku dia dan kau
Dalam musik aku melatunkan kematian
Menunggu lobang untuk diisi
Seperti hujan terhempas pecah
kemudian menyatu dalam tanah

                                                
Nadi kota terus meletup
Tapi keremangannya membuat aku gugup
Sajaksajakku menikam
Uluh hatiku yang membentang di dawai ini
Darah yang  asing menetes di lentik jemari
Menyamarkan bayanganku dipantulkan neck
Yang terus membariskan komposisi
Detak hati dari sebuah simphoni

Capricho Arabe, cabikan dramatis ini
Adalah musik dalam siang beku
Di tepi,  awan memendung
ketakutan itu menyentuh kulitku

Aku mengakrabi orkestrasi matamu
Menitikan sembab, seperti hujan kau puja
Dalam metafora sajaksajakmu 
Dan di depan nisan
kau mendongak ke langit
berharap seseorang bicara padamu
dari balik awan  yang terus bergerak
membawa bayangan waktu

Dapatkah aku kembali menjadi diriku
Ketika sajaksajak menghunuskan pedang
Loronglorong begitu akrab, menjadi asing
aku menatap orang-orang di jalanan
tapi diriku sebuah masa lalu

bila sajak tidak berasal dari kata
kerna hati membuat ia berterah
kuingin menjangkau keindahan tertinggi
pada makna selalu retak ini

29 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar