Selasa, 30 Oktober 2012

Sastra Nusa Utara


Sajak-Sajak Iverdixon Tinungki

BERPERAHU DARI PARA

jiwa pulau penuh dalam sope
racikan nenek moyang sajak intan
karena perahu dan laut
adalah sepasang kekasih
pelayaran pun dimulai

aku mengangkut kekasih
matanya dena ombak tua
mengisah,
bentangan laut di depan ini
tak lain cinta sejati

pagi menyebar kabutnya
di teriakan tonase
mengarah kemudi lewati Lawesang
seakan masa depan penuh karang
tak saja nafas, hidup pun bergantung
pada haluan

puncak pulau kami tinggalkan
di sana beberapa bintang kursih berjaga
terangnya tak pernah hilang
itu utara moyangmoyang
memandu perahu pergi dan pulang

*). sope: Jenis perahu sangihe
*).Tonase: pemimpin perahu
*).Lawesang: jalan perahu di antara karang

MEMINANG GADIS PULAU

kemboja tua
di puncak pulau
melepas semua wanginya
saat dikalungkan anak gadisnya
yang akan dipinang

setangkai terselip di rambutnya
memancar lima cahaya indah banua
indah dirinya dilangir moyang
hingga langit pun runtuh di matanya

kebaya dari tenunan, kofo
mendekap semua warna masa purba
juga samudera yang mencahayakan kini
itu warisan neneknya
budaya yang tahu persis
detakan nadi air laut
pada setiap musim
hingga cinta kini tiba
seperti waktu pasang mengganti surut
pada setiap lempengan cahaya bulan

seorang cucu gadisnya
akan membawa setengah dari belahan pulau
buat daratan di laut yang lain
meski kekasih menjemput ini
hanya seorang penyair
penafsir air mata
buat danao mereka yang dahaga

pergilah, kata neneknya
kau akan jadi ibu
buat seribu kata akan lahir
di ujung penanya

*). Banua: pulau tempat lahir
*). Kofo: kain tradisional Sangihe yang ditenun dari serat abaka (Hote).

TONASE SEKE

asin samudera
begitu darah Tonase
juga ombak, juga arus itu

orang pulau adalah serdadu
kerena nasib tak henti mengadu

malam ketika kota tidur
dada Tonase berdebur
tangannya beranyun menyibak udara
gelap pun runtuh
jutaan kunangkunang air
berbagi cahya ke langit tujuh

di lantai samudera
seke telah terhampar
Tonase menanti dengan beberapa lelaki
uraturat liat menyatukan kekuatan temali
tak penting berapa ikan tertangkap hari ini
kerena hidup peperangan itu sendiri

*).Tonase: pemimpin perahu
*). Seke: Alat penangkap ikan tradisional yang terbuat dari Janur dan pintalan tali ijuk dalam tradisi menangkap ikan di pulau Para, Sangihe

BURUNGBURUNG LAUT

burungburung laut berumah di hati nelayan
menggegaskan dayung memburu geriapan ikan
tak pandang angin buritan atau haluan
berpacu seakan kemenangan

berapa ekor kau bawa dalam kisah sejarah?
bahari tak sekadar dentuman meriam
samudera taman hidup nan elok
itu sebabnya genghona meluaskannya
seluas hati yang selalu sulit ditebak
selain dicintai tanpa menghitung jerih lelah
juga makna

di jejeran pulaupulau Tatoareng
senja lebih megah dari sinar lampu kota
puisi Tuhan melelehkan tinta emas dikuas sayap burung
menggambar nun selalu berada di ujung nafas kita

pucukpucuk pulau
berayun di pucukpucuk ombak
di atasnya burungburung lihai berkejaran
memuisikan irama lebih tua dari pengetahuan kita
tentang laut menggelegak itu, semangat

*) Genghona: Ilahi
*) Tatoareng: Nama kecamatan pulau-pulau yang berjejer di selatan Sangihe.

MEMANDANG BATU HAKI

berlayar ke utara
mendaki ketinggian sasahara
berapa ombak memukul tebing batu itu
hitam, kokoh seperti para Bahaning
pantang roboh

pedang dan perahu naga
telah mengasah ketajaman
naluri manusia pulau
sejak dulu, seperti batu bersusun
tak luluh pada gemuruh
taufan abad juga sejarahnya

di sini hitam bukan hati
namun pertarungan hidup
tajam seperti belati

*) Sasahara: Budaya Bahari Sangihe
*) Bahaning: Pemberani

SENJA DI PANTAI RAINIS

Korakora dulu melepas sauh
di senja seperti ini
lelakilelaki akan turun
mengisahkan benua lain
di balik kabut mata anak pesisir

seperti pasir
anakanak berhamburan ke laut
mengejar kisah perahu tiang tinggi
layar buncit oleh angin
riuh bandar, bauh arak
dan keperkasaan datu

dari saman ke saman selalu megah
semegah batang tiang korakora
yang melabuhi semenanjung
dan jazirahjazirah

bauh sejarah itu
masih mengental di senja ini
pada jejeran anak tangga menuju pasir
dalam deru ombak pecah
di batangbatang bakau
di batang batang sanubari

*) Datu: Pemimpin adat. Orang yang punya kesaktian.

ZIARAH ARANGKAA

ke sini
ke bumi yang di atasnya
langit selalu perkasa
dengung nanaungan
erang mata gadis
menyimpan bara
belum seabad moyangnya
bersimbah darah

di liang hatinya
nenek menyanyikan lirik kukumbaeda
tanah merah menyimpan panas
keberanian Larenggam
terpahat tak saja dilantai bumi samuderanya
juga pada detak nafas
menolak tunduk pada belanda
kerena tunduk itu berhala

pesisir tropis dengan bau garam
menganyam Arangkaa
jadi bendera
kini kau kibar di atas api
memanggang seruluh isi kampung
bertuah seperti gemerincing pedang
di telinga semua benua

patung lelaki itu tegak berdiri
mengisi kesunyian utara yang tiri
kecuali perempuan tua
setia mengziarahi
senja menyimpan api

*) Nanaungan : Sejenis gong untuk upacara adat.
*)Kakumbaeda: Syair menidurkan anak yang berisi berbagai kisah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar