Kamis, 10 Mei 2012

PUISI PENGHARAPAN Sebuah drama karya iverdixon tinungki


BAGIAN I: SEBUAH PANGGUNG
LELAKI MISTERIUS DAN BATU-BATU
WAKTU MENDETAK PADA LAGU ITU
ANAK MANUSIA DI TENGAH PADANGNYA
KEHIDUPAN ADALAH PATUNG YANG TERPASUNG
PATUNG:
saya kelaparan
WAKTU:
Dan mereka membentuk kelompok diskusi untuk membicarakan kelaparan saya
PATUNG:
Saya terpenjara
WAKTU:
Dan mereka menyelinap ke gereja dan berdoa bagi kebebasan saya

PATUNG:
Saya telanjang
WAKTU:
Dan mereka mempertanyakan dalam hati kelayakan penampilan saya
PATUNG:
Saya sakit
WAKTU:
Dan mereka berlutut dan menaikan syukur kepada Allah atas kesehatan saya.
PATUNG:
Saya tak punya tempat berteduh
WAKTU:
Dan mereka berkhotbah kepada saya tentang kasih sebagai tempat berteduh.
PATUNG:
Saya kesepian
WAKTU:
Dan mereka meninggalkan saya sendirian untuk berdoa bagi saya
PATUNG:
Mereka kelihatan begitu suci, begitu dekat kepada Allah
WAKTU:
Tapi saya tetap amat lapar dan kesepian dan kedinginan

ANAK MANUSIA :
Inilah sandiwara
Sedih duka berganti
Tawa dan tangis mengisi hari
(memberi minum patung-patung)
WAKTU :
(ke Anak Manusia) Wahai Kau yang memberi minum, kau yang menghapus dahaga. Apakah kita pernah berjumpa? Siapa engkau sebenarnya? Mengapa hatiku bergetar melihatmu. Apakah engkau orang yang di nanti?
ANAK MANUSIA :
Bila aku tak di sini maka lakon ini tak ada
Lakon ini ada kerena aku disini
Aku tak bisa memilih disini atau di sana
Untuk kamu Bapa memilih aku
Si Gila mendadak muncul di panggung :
Si Gila :
(menunjuk ke arah anak manusia) Dia.. dia.. lelaki yang selalu melintas dengan air. Air dari Dia, Dialah air. Musa anak air. Yahya memakai air, Dialah air. Air mata, mata air.
PATUNG-PATUNG :
(sesaat histeris) lapar.. lapar...
SI GILA :
Manusia selalu lapar. Lapar dan terus lapar. Lapar telah menjadi gaya hidup sekaligus penyakit. Lapar jabatan, lapar kekuasaan, lapar harta. Lapar, lapar, lapar dan terus lapar.
WAKTU:
(dengan panah)
Aku waktu! Sang pelahir, sang pengambil. Tak ada yang tak mendetak dalam nadiku. Karena tak ada lagi yang mau menolong keluh laparmu, aku datang untuk membantu menyelesaikan keluh laparmu dengan panah ini. (ia melepaskan anak panah dan seorang patung terjungkal)
ANAK MANUSIA :
(ibah)
Aku roti... Aku roti hidup. Makanlah aku, maka kamu akan di kenyangkan. Ikutlah aku maka kamu akan hidup.
(Anak Manusia exit. Tak ada yang ikut)
SI GILA :
Kita tak seperti Dia. Dia hidup. Kita mati. Dia pemimpin. Kita menolak di pimpin. Kita hanya mengibuli diri.
(respons patung-patung : kibuli! (teriak beberapa kali dan mengubah komposisi)
SI GILA :
Dunia ini sudah gila. Banyak pemimpin, tapi siapa yang mereka pimpin?
Pemimpin gagal di bilang berhasil
Pemimpin korupsi di bilang bersih
Rakyat miskin terpinggir, koran tulis rakyat sejahtera

(Respons patung-patung : berantas.. (bergerak liar dan beringas, Tapi kemudian berhenti dalam satu komposisi)
SI Gila mengambil posisi menjadi Dirigen :
Yailah... Patung-patung sebaiknya kita menyanyi lagu Indonesia Raya.
Satu.. dua.. tiga..
PATUNG-PATUNG :
Indone.. (tercekat)
LAGU ITU DI ULANG BERKALI-KALI TAPI TETAP TERCEKAT.
SI GILA :
(Menggerutu)
Aneh. Bangsa apa ini.. bangsa yang tak tahu lagu kebangsaannya sendiri. Aneh!
Peradaban ini harus di hancurkan untuk lahirnya peradaban baru.
(Si Gila exit sambil memanggul seorang patung yang mati menyanyi sepotong lagu dengan suara perih. Patung-patung lain masih tercekat dalam sepi di tempat masing masing)

 BAGIAN II : PERGUMULAN WAKTU
Angin bertiup menerbangkan debu dan daun-daun.
Sosok waktu dan lelaki misterius di antara patung-patung. Lelaki itu adalah sang pemecah batu. Sudah lama ia disana memecahkan batu dengan martil, Ia menatap patung-patung, matanya diam, bibirnya diam, Ia kemudian mengambil debu lalu melemparkannya ke udara, seperti menebar doa.

LELAKI MISTERIUS :
Ratakanlah gunung-gunung, dan siapkanlah jalan buat dia. (di ulang beberapa kali, lalu mengambil debu, menebarkannya ke angkasa) inilah doa.. inilah doa..  doa yang di tembakkan ke angkasa ia selalu kembali dengan wujud yang lain mencari gerimis yang membasahi penungguan. Aku ingin bicara dengan waktu.
(WAKTU TERBUKA SEPERTI MATAHARI BERSINAR)
PATUNG-PATUNG :
Detak-detik... (dinyanyikan oleh patung detak- detik sambil membentuk komposisi)
WAKTU:
Aku selalu mempertemukan dan memisahkan. Aku selalu menghitung tanpa peduli kemana nafasku mengalir. Aku tidak pernah berhenti menagi kepada zaman dan sejarah. Semua hendaklah berjalan mengikuti jejak yang ku tinggalkan.
LELAKI MISTERIUS:
(marah)
Waktu hanya sebuah ruang yang menyimpan kenangan dan tak keberdayaan. Waktu adalah racun dalam penungguan.
WAKTU:
Semua yang tak berpengharapan membenci waktu, tapi aku tetap sabar berjalan menulis sejarah karena aku tak pernah mati meski sepi selalu menepi di tepi hari
LELAKI MISTERIUS:
Waktu kau merantaiku, kau merantai kami dalam rasa haus yang teramat panjang.
Berapa lama lagi aku menanti dia?
WAKTU:
Detik yang pergi tak kembali. Usia adalah menit yang mengikuti jejak nafas. Waktu adalah catatan yang menulis cinta dan maut di atas sebuah kertas yang bernama harapan.
LELAKI MISTERIUS:
Kau hanya waktu. Kau selalu menikam sepi dan sunyi kedalam detakku. Biarkan aku menanti dia sebelum air hidup mengering agar sepasang merpati punya waktu mengunjungi abad-abad.
Angin bertiup dan gelegar halilintari menerbangkan debu dan daun-daun
Dan bebunyian itu  berubah sebuah irama lagu menyayat  dari patung-patung

LAGU PATUNG-PATUNG :
Jesus kecil, Jesus besar
Ia manusia. Ia cinta.
SOSOK PEREMPUAN ZAITUN MUNCUL PERLAHAN MENGURAI KAFAN PERADABAN SAMBIL BERKIDUNG :

KIDUNG PEREMPUAN ZAITUN:
Jika kesalahanku itu benang
Panjangnya melilit bumi
Jika kesalahanku itu air mata
Ia menderas seperti sungai

Jika kesalahanku itu gelap
Ia sewarna malam tanpa bintang dan rembulan
Jika kesalahanku itu angin
Ia menjadi badai... menjadi badai...

LELAKI MISTERIUS:
Waktu selalu menjerumuskan kita menjadi penunggu godot
Menunggu dan menunggu. Kau harus kuat perempuan.
Ratakanlah gunung-gunung dan siapkanlah jalan baginya.

KIDUNG PEREMPUAN ZAITUN:
Adakah danau dan laut awalnya air mata
jika demikian, betapa banyaknya kepedihan
Kitapun telah menambahkan beberapa  tetes untuknya

Bila kita menangis
Tangislah buat kebahagiaan
Biar danau dan laut tak semata
Mitos kekelaman

LELAKI MISTERIUS:
Perempuan! Kidungmu, kidung ribuan kunang-kunang
Terbang tanpa suara entah kemana
Kidung daun-daun yang senyap dan perih
Semua hanya melolong.. melolong
Mencakar-cakar bayang-bayang

PEREMPUAN ZAITUN:
Perempuan zaitun, perempuan penuh dosa. Itu aku
Berharap ada penebusan dari cinta maha cinta
Tapi dunia ternyata begitu gelap

(ANGIN BERTIUP LAGI MENERBANGKAN DEBU DAN DAUN-DAUN)

LAGU PATUNG-PATUNG:
Jesus kecil, jesus besar
Ia manusia, ia cinta

WAKTU:
Dalam setiap detakkan jarum jam
Salah dan dosa terus beringsut menorehkan catatan kelam
Berpasal-pasal benci dan nafsu
Terukir di setiap langkah dan nafas
Tetapi Yesus, Ia tetap cinta
Selalu datang menuntun 24 jam
Di hati yang membukakan pintu Ia datang
Kini Ia di pintu hatimu dan berkata:
Adakah tempat untuk-Ku?
(WAKTU EXIT)

PENJUAL TOPENG:
(melintas)
(menawarkan dagangannya kepada beberapa orang)
Mask.. mask.. mask.. maskman.. maskman.. topeng.. topeng.. apa kalian mau topeng? Manusia modern pake topeng. Topeng manusia.. manusia bertopeng.
Mask.. mask.. ayo beli.. ayo pakai.. topeng.. topeng.. topeng. Ini budaya modern.
Budaya topeng.. mask.. mask.. mask
(EXIT)

BAGIAN III: SURAT DARI SUNYI
(BUNYI LONCENG DI SAMBUNG SUARA ANGIN DAN HALILINTAR: ANAK MANUSIA KEMBALI DENGAN PIKULAN EMBER AIRNYA)
LELAKI MISTERIUS:
Kau datang lagi. Darimana engkau datang dan mau kemana engkau pergi.

ANAK MANUSIA:
Aku datang dari Bapa untuk mengubah dunia. Dan akan pergi ke rumah Bapa
Untuk menyiapkan rumah bagi mereka yang tak punya tempat di dunia.

LELAKI MISTERIUS:
Siapakah engkau hingga berani berkata-kata bijaksana padaku?
ANAK MANUSIA:
Dunia tak mengenal aku. Tapi aku mengenal dunia.
Siapa yang mengetuk hatiku, kepadanya hatiku ku bukakan.
siapa yang meminta kepadaku padanya ku berikan

LELAKI MISTERIUS:
Kau berkata seperti seorang mesias. Sementara plato. Humerus. Shakespiere. Hugo. Michael angelo, beethoven, pascal, dan newton, dan banyak para jenius. Mereka pun tak mampu melahirkan kebenaran-kebanaran fundamental untuk penyelamatan dunia. Apakah kau mampu menciptakan suatu dunia yang adil penuh rasa persaudaraan dan damai?
ANAK MANUSIA:
Anak manusia harus datang di tengah dunia yang terluka.
Ia menjadi manusia di tengah nestapa.
Batu-batu mengenalnya seperti orang-orang sederhana mengenalnya
(TIBA-TIBA MASUK PEREMPUAN ZAITUN. IA DI KEJAR ORANG-ORANG DENGAN SUARA. GADUH)
ORANG-ORANG:
Tangkap dia.. hajar dia.. seret dia ke polisi. Pelacur.. dst.. (riuh dan gaduh)
PEREMPUAN ZAITUN:
(berlindung di belakang tokoh anak manusia) tolong saya.. tolong saya.. mereka mau memukuli saya!
ANAK:
(suara lantang)
Tahan!
(sambil menghadang para pengejar)
(semua kaget dan terdiam)
Siapakah kalian hingga harus menghakimi perempuan ini?
ORANG 1:
Dia pelacur. Dia membuat kampung kami ini tercemar!
ORANG 2:
Dia mengganggu suamiku!
ORANG 3:
Dia harus di usir dari sini
ORANG 4:
Kalau perlu bunuh saja dia
(kepada orang-orang)
Bagaimana?
ORANG-ORANG:
Ya.. rajam saja orang itu.
ANAK MANUSIA:
(kepada perempuan zaitun)
Apakah benar perkataan orang –orang ini?
PEREMPUAN ZAITUN:
Benar dulu aku pelacur. Tapi sekarang tidak lagi. Aku sudah bertobat.Aku kembali ke kampungku ini untuk memulai  hidup baru. Tapi banyak orang menyangka Aku datang  untuk membuat keonaran itu.
Seseorang:
Sekali busuk tetap saja busuk. Keluar kau dari kampung kami!
ANAK MANUSIA:
(kepada orang-orang)
Wahai saudara-saudaraku. Bila ada di antara kamu yang merasa tidak pernah berbuat
Dosa. Maju...dan silakan lempari perempuan ini dengan batu.
(semua diam tak beringsut dari tempat masing-masing)
Mengapa diam?tadi kalian ingin membunuh dia,karena dia seorang pendosa. (dengan
Suara dingin) karena semua orang pernah berbuat dosa,janganlah saling menghakimi.
Hiduplah rukun dan saling mengasihilah kamu. Hanya dengan begitu, kampung kalian
Bisa jadi damai maju.

PEREMPUAN ZAITUN:
(menatap anak manusia)
Terima kasih tuan atas pertolongan da kebijaksanaanmu.
ANAK MANUSIA:
Carilah pekerjaan  yang benar. Dan jangan berbuat dosa lagi.
(mengajak orang-orang)
Marilah duduk bersama. Aku  punya cerita untuk kalian.
(Orang-orang pu datang mengikuti Anak manusia dan mencari tempat
Duduk masing-masing di tempat itu, Anak Manusia ada pada sebuah trap
Yang lebih tinggi dari mereka)
ANAK MANUSIA:
(bercerita.orang-orang mendengarkanya)
Ada cerita dari suatu negeri. Seorang guru kearifan memiliki dua orang murid. Satu saat
Ketika tiba masa pengujian akhir ilmu yang di timba kedua muridnya, ia berkata:pergilah
Kalian ke hutan.tangkaplah burung merpati untukku. Aku ingin sekali menyantap daging merpati. Pagi itupun kedua muridnya pergi dengan senjata panah masing masing masuk hutan. Tak berapa lama salah seorang muridnya sudah kembali dengan beberapa ekor burung merpati hasil buruannya. Sudah Mendekati senja, murid yang satu lagi baru kembali, tapi tak membawa hasil apa-apa.
Keesokannya, sang guru kembali menyuruh kedua muridnya untuk berburu rusa. Tak berapa lama, murid yang kemarin berhasil membawa merpati sudah kembali dengan seekor rusa jantan gemuk hasil buruannya. Mendekati senja murid yang kemarin gagal pulang dengan tak membawa hasil apa-apa.
Setelah mereka bertiga berkumpul. Guru kearifan itu bertanya kepada sang murid yang berhasil mengikuti perintahnya: Bagaimana sampai engkau begitu cepat mendapatkan hasil buruan? Jawab murid itu: semua ilmu yang guru ajarkan membuat aku tak mendapatkan kesulitan menangkap buruanku. Sang guru mengangguk sejenak, lalu bertanya pada muridnya yang selalu gagal mendapatkan buruannya: mengapa engkau tak mematuhi perintahku, kan ilmu yang kuturunkan pada kalian sama hebatnya? Murid itu menjawab: Seharusnya tak sulit bagiku untuk menangkap semua buruanku guru. Tapi ketika aku mengarahkan anak panah ke merpati merpati itu, mata Tuhan melihatku. Ketika aku mengarahkan anak panah ke sekelompok rusa, mata Tuhan terus mengikuti dan menatapku. Guru kearifan memandang muridnya itu dengan penuh haru dan berkata: Muridku kau lulus. Sebab, mengikuti perintah Tuhan lebih penting dibanding perintah siapapun di dunia ini. Kepada muridnya yang satu lagi, guru kearifan itu berkata: engkau harus belajar lagi.

Salah Seorang 1 :
Jadi, kami bisa tak mematuhi perintah atasan kami guru?

Anak Manusia:
Kalau atasanmu menyuruh engkau melakukan korupsi, apakah engkau harus mematuhinya?

Salah Seorang 2 :
Kalau kami tidak mematuhi perintah atasan, kami bisa dipecat guru!
Anak Manusia:
Memang sulit untuk jadi orang benar saudaraku. Tapi pernahkah melihat burung-burung, mereka tidak menanam tapi tetap menuai. Apa yang engkau takuti dari pemecatan oleh atasanmu. Sedangkan hidupmu di tangan Tuhan. Upah dosa adalah maut. Sekarang pilihan di tanganmu. Apakah engkau memilih di pecat oleh atasan, atau memilih maut?
Salah Seorang 3 :
Atasan itulah yang salah! Mengapa ia memerintahkan perbuatan buruk seperti itu!
Anak Manusia:
Ada masa dimana ilalang akan dipisahkan dari gandum.
Penjual Topeng:
(Menawarkan dagangannya kepada beberapa orang)
Mask...mask...mask...mask...maskman... maskman... topeng-topeng... apa kalian mau topeng? Manusia moderen pake topeng. Topeng manusia... Manusia bertopeng.
Mask...mask... ayo beli...ayo pakai... topeng... topeng...topeng. Ini budaya mederen, budaya topeng... mask...mask...mask.
Anak manusia:
(kepada penjual topeng)
Hai anak muda, behentilah menjual kepalsuan. Tinggalkan pekerjaan itu dan ikutlah aku.
Penjual Topeng:
Tapi bagaimana aku bisa mendapatkan uang?

Anak Manusia:
Memang lebih mudah seekor unta melewati lubang jarum, anak muda, dari pada seseorang yang kaya masuk surga.
Penjual Topeng:
(membuang dagangannya, dan bergabung dengan kelompok itu)
Lelaki Misterius:
Jadi orang kaya itu tak akan masuk surga?
Anak Manusia:
Belajarlah bijaksana seperti Salomo. Jangan biarkan tumpukan kekayaan hanya menjadi santapan rayap. Lihatlah disampingmu, betapa banyak orang membutuhkan pertolongan dan belas kasihanmu. Kasihilah mereka maka kamu akan hidup.
Lelaki Misterius:
Kau hanya pandai berkata tapi tidak berbuat. Aku tidak mau termakan dengan hasutan!
(Lelaki Misterius exit)
Anak Manusia:
Mesias, Ia berada 24 jam dengan kamu semua
Berdetak bersama waktu dalam nafas
Mengalir dalam darah kehidupan
Ia tak pernah jauh dari hati yang meminta
Karena Ia hanya sejauh doa

Patung-Patung:
Kami lapar... kami lapar.. lapar (terjadi kegaduhan lalu hening dalam rasa lapar teramat sangat)

Bagian IV : Menjadi Roti Hidup
DARI SEBUAH PINTU MASUK SOSOK WAKTU DENGAN BUSUR PANAH
Waktu:
Jalanilah nestapamu hingga hari perjamuan kudus.
Anak Manusia:
Siapa Kau?
Waktu:
Aku adalah waktu. Waktu adalah fakta. Dimasa Herodes Antipas aku menari untuk kepala Johanes. Dimasa Samson, akulah Delila. Kadang aku adalah bunda Maria, ibu Terssa, Hawa, Herodias, Kau atau dia, atau siapa saja. Sebutlah nama-nama dia adalah waktu. Waktu adalah kalian. Kini aku datang untuk mengakhiri penderitaan orang-orang ini.
Anak Manusia:
(Bangkit menyiapkan adonan dan sosis bagi dirinya. Adonan dan sosis dicampurnya seperti perempuan tua membuat roti paskah)

Waktu:
Jika engkau menyiapkan roti
Dan menyantapnya diwaktu pagi dengan segelas kopi
Terasalah jiwamu berseri
Dan ingatlah
Sang bapa disurga menyiapkan roti dari dagingnya sendiri
Lalu Ia berkata, (Menatap ke anak Manusia)

Anak Manusia:
Akulah Roti Hidup !

Waktu:
(Menyambung dialognya)
Dan setiap orng kan datang menambahkan sosis
Menurut selera masing-masing diri
Dan menyantapnya sendiri-sendiri
Dan setiap orang mulai menamai sajian itu
Menurut citranya dan keinginannya masing-masing
(memanggil) Maria Zaitun!

Perempuan Zaitun:
(Menyahut) Aku disini

Waktu:
Ia disini
Lelaki yang mencintaimu
Lelaki yang engkau cintai
Anak Manusia:
(masuk ke adonan dan sosis. Ia menjadi roti)
Maria Zaitun menangis sambil menyanyi kepala yang berdarah. Orang-orang, patung-patung, dan siapapun datang keperjamuan itu dalam keadaan lapar teramat sangat dan memakan roti itu. Maria ikut mencicipinya.
Setelah kenyang, Orang-orang menjadi betapa cerdas. Orang-orang menyeret rangka Anak Manusia dengan tali kemana mereka pergi. Ada yang jadi pendeta, ada yang jadi Muadzin, ada yang jadi pertapa : mereka semua berkabar berita. Tapi ada yang jadi penjahat dan setan, tetap setan menjadi penggoda. Khotbah mereka mendengung seperti lebah.

Bagian V : RANGKA ITU DIPUING-PUING

Rangka Anak Manusia kembali bergerak, karena betapapun sedunia orang memakannya, ia tak pernah akan habis. Waktu dengan perkasa memanah rangka dari roti itu hingga terhuyung.
Anak Manusia:
Eli-Eli lama Sabatani
(Berkali-kali ia katakan itu dalam sunyi)
Hingga orang-orang dan patung-patung tiba-tiba kembali dengan buas memakannya, mencabik-cabiknya. Lalu pergi, lau pergi tapi Ia tak pernah habis.
Anak Manusia:
Jika kamu semua masih ingin (7 kali)
Makanlah Aku!

Lelaki Misterius tiba-tiba muncul
Lelaki Misterius:
Salam sejahterah bagi kamu.
Anak Manusia:
Judas... Judas... Genapkanlah... Genapkanlah...
Lelaki Misterius:
Kua sangat berbahaya!
(Setelah berkata ia menembaki sang rangka. Lalu dipanggulnya mayat Sang Rangka entah kemana)

Bagian VI : Inilah Puisi Itu
(Suara guntur dan angin menggelegar. Kilat menyambar dari beberapa  penjuru langit menjadi buram dan samar. Perempuan Zaitun masih di panggung ketika muncul seorang  lelaki memikul balok salib dalam keadaan terluka dan sekarat. Amelia terpanah melihat keadaan lelaki yang kemudian dikenalnya sebagai Sang Anak Manusia itu. Ia mengendap mengikuti lelaki itu . Lelaki itu terus berjalan ke arah tempat yang tinggi dan tersalib disana)

Anak Manusia:
( di atas salib. Parau dan pedih)
Ya Bapa kedalam tanganMu Kuserahakan nyawaKU!
Perempuan Zaitun:
(Tertunduk di bawah kaki salib dengan nyanyian kepedihannya.)

Tamat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar