Jumat, 11 Mei 2012

KABAR BAIK DARI PESISIR Sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II (1)


Oleh : Iverdixon Tinungki

I.                 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Penulisan
Seperti juga pohon, pelayanan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) di aras Wilayah Manado Utara  II ini tentu punya akar. Alur kesejarahannya telah melintasi lebih dari empat abad, menjadi kabar baik. Keyakinan dan kepercayaan lama orang-orang pesisir yang menemui senjanya, dan berganti sinar pagi penuh harapan keselamatan dalam kasih Yesus Kristus Tuhan.
Bila diandaikan sungai, tak ada alur yang bergerak lurus, selalu punya kelokan dan kecuramannya. Gereja-gereja di sini tumbuh dari masa-masa gelap kolonialisme bangsa-bangsa Eropa sejak permulaan abad XVI. Perang menuju pengusaan sumber-sumber ekonomi di kawasan Timur Hindia Belanda yang kaya raya oleh rempah dan hasil hutan di tanah-tanah subur ini. Perbudakan hingga perserakan orang-orang pribumi tak hanya di kaloninya sendiri, tapi menembus jazirah-jazirah dari Negara yang sebelumnya tak mereka kenal. Revolusi menuju kemerdekaan Indonesia dari penjajahan Belanda dan pendudukan Jepang di kurun waktu sebelum tahun 1945 ikut memberikan corak tersendiri dalam ornamentasi pembetukan gereja dan jemaat-jemaatnya di kemudian waktu.
Bila tak ada kendala, sejarah gereja di aras wilayah ini memang harus ditulis tak saja mengurai fragmentasi-fragmentasi dari rentetan momentum historis yang lingkait antara pergulatan kekuasaan dan intrik politik, tapi juga tentang kehidupan agama asli yang alifuru dan  animis di kurun yang panjang itu. Karena, memapar cermin bening perjalanan Injil Kristus Tuhan hingga tiba di tanah perhambaan ini yang kemudian tumbuh menjadi gereja-gereja yang dewasa dalam iman dan organisatoris tentu memliki dimensi guna dan ketakjubannya.
Jenak menoleh ke masa lalu, ke kurun-kurun waktu kolonialisme Portugis dan Spanyol di jazirah Utara Pulau Sulawesi, lalu merefleksi masa-masa penjajahan Belanda, hari ini bukan tak mungkin mencuat simpulan dimana Tuhan telah tiba di sini bersama peperangan besar itu. Misi-misi suci yang datang bersama perang besar bangsa-bangsa Eropa di awal mengkristalnya kapitalisme dunia itu, seakan menegaskan ulang makna viadolorosa. Selalu ada beban, darah, penghinaan, cambukan, tikaman, keasaman cuka hidup dan nafas-nafas tersengal untuk sampai pada kemenangan dalam Kristus Tuhan. Tragika yang sacral, laiknya kisahan Injil tentang scene-scene menuju tiang penyaliban Yesus Kristus di bukit Golgota.
Ketika buku ini mulai ditulis di minggu ketiga Adven 2012, ribuan anggota jemaat dari 7 gereja di aras pelayanan Wilayah Manado Utara II dapat berdoa dalam ketenangan sambil merenung kesengsaraan Yesus Kristus dalam kerja karya keselamatan. Tapi berapa doa telah diucap, berapa lagu telah dimadahkan dari kurun awal Kekristen tiba di kawasan pesisir ini, hingga gereja hari ini tak saja sudah berbentuk tapi juga menuju berbuat?
  Semuanya berikwal dari sini! Adalah 1500 orang  menerima sakramen baptisan oleh seorang Pater Jesuit Diego De Magelhaes  tahun 1563 di muara kali Tondano, atau tepatnya di tepi pantai Sindulang, yang dilanjutkan dengan katekisasi sidi jemaat. Mereka adalah jemaat Kristen mula-mula di pesisir Manado Utara.
Sakramen Baptisan yang berlangsung empat abad lampau di kawasan Manado Utara itu tak saja menjadi akar yang kokoh menuju terbentuknya struktur jemaat-jemaat di Manado Utara dan aras pelayanan Wilayah dengan perkembangan kembang-kempisnya  teritorial pelayanan. Tapi, menjadi  titik berangkat pertama peyebaran Injil di jazirah pesisir  tanah Minahasa serta kawasan pulau-pulau di Nusa Utara yang sebelumnya berlatar alifuru dan animis. Sebuah momentum yang tak sekadar bermakna historis tapi juga teologis dimana Allah dalam Yesus Kristus, yang oleh Roh-Nya yang kudus telah memilih, memberkati, mengutus  dan menyertai gereja-Nya  (Efesus 1:3-14).  
Tuhan sendiri membentuk aliran sungai sejarah di lintasan waktu yang panjang ini, hingga Jemaat-Jemaat Kristen di sini tumbuh (Filipi 2:11) mengisi setiap kelokan dan patahan-patahannya menuju terbentuknya Gereja Tuhan yang Esa dan Injili, dan ikut memberi warna bagi terbentuknya Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)  pada tahun 1934. Gereja yang mengakui Yesus Kristus adalah Tuhan dan Kepala Gereja (Efesus 4:15).  
Maka ketika penulisan buku ini digagas di 2011 dan mulai ditulis di Maret 2012,  terasa dan disadari, bukanlah upaya yang mudah untuk mengungkap detil sejarah perkembangan organisasi Gereja dan Jemaat di lintasan waktu 439 tahun (1563-2012) di kawasan Manado Utara yang saat ini telah berkembang menjadi lima aras Wilayah Pelayanan yang di dalamnya  berkedudukan Wilayah Manado Utara II.
Sementara, penulisan sejarah dipandang sebagai kebutuhan yang vital tak sekadar untuk kepentingan memenuhi permintaan Sinode  GMIM dalam penulisan buku Sejarah Wilayah Manado Utara II, juga guna menjawab minat jemaat untuk mengetahui bagaimana sebenarnya akar dan sejarah kembang–kempisnya wilayah pelayanan Jemaat-jemaat di kawasan ini beserta romantikanya di kurun berikutnya.
Di lain sisi, penulisan sejarah  merupakan hal penting dan strategis sebagai landasan pijak bagi kajian-kajian pembanding dan alat ukur  dalam menganalisa setiap gejala atau fenomena guna pengambilan keputusan dan kebijakan-kebijakan Gereja ke depan, terutama ketika GMIM pada semua tingkatan struktur organisasi mengadakan suatu pembaruan, baik dalam tugas dan fungsi organisasi, melaksanakan pengakuan dan panggilan gereja dalam mengembalakan dan membina jemaat dan ketatalayanan, serta hubungan sosial kemasyarakatan lintas denominasi dan agama.
Di tengah elan profetis dan juga transedental dari misi-misi gereja ini,  penyusunan Sejarah Wilayah Manado Utara II menyangkut eksistensi suatu organisasi atau suatu lembaga yang di dalamnya berlangsung  kehidupan jemaat dari kurun lampau ke kurun waktu kini  mesti diabstraksikan secara permanen dalam sebuah buku sejarah yang manfaatnya multi dimensi bagi lintas generasi.
 Karena luas dan lebarnya data akan dikumpulkan  dari kurun  waktu yang panjang itu,  penguraian penulisan ini mengalami berbagai kesulitan disebabkan sedikitnya buku-buku referensi, arsib sejarah, dan informan kunci sebagai pelaku sejarah.
Padahal dari cermatan awal, penelusuran sejarah Wilayah Manado Utara II tak mungkin lepas dari; Pertama, masa-masa 112 tahun sebelum periode masuknya misi  Zending Kristen Protestan (Nederlansche Zending Genoodschaap)  di Manado, yaitu dimulai saat peristiwa pembaptisan di pantai Sindulang  tahun 1563 oleh seorang Peter dari Gereja Katolik Roma, hingga masa peralihan dari misi Katolik ke misi Protestan yang ditandai dengan masuknya  Pendeta DS Montanus sebagai pendeta protestan (NZG) pertama yang tiba di Manado tahun 1675, dan dilanjutkan misi penginjilan NZG oleh J.F. Riedel dan J.G. Schwarts  di pedalaman Minahasa  tahun 1831.  Kedua,  periode  misi Zending Kristen Protestan (1675-1934) menuju pembentukan organisasi Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM). Ketiga, babak-babak dikurun 1934 hingga 2012 yang merupakan periode pelayanan GMIM di kawasan pesisir ini.
Di tengah kesadaran adanya kesulitan itu, Badan Pekerja Majelis Wilayah Manado Utara II mengeluarkan Surat Keputuasan bernomor :……………., Tentang Pembentukan TIM Penyusun Sejarah  Wilayah Manado Utara II. Dengan pemahaman tak ada yang mustahil bagi Tuhan, seperti juga aliran sejarah yang terus menampilkan perubahan dan kebaruan di mana Jemaat dan Gereja terus tumbuh dan berkembang, penulisan sejarah ini dikerjakan.
Karena tuntunan Tuhan Yesus Kristus sebagai kepala Gereja, meskipun diperhadapkan dengan sejumlah kendala, penulisan edisi pertama Sejarah Wilayah Manado Utara II ini akhirnya dapat terlaksana.

Dalam buku ini dipaparkan sejumlah anasir sejarah dari masa sebelum tahun 1934, dan rangkaian  peristiwa yang ditarik sejak terbentuknya GMIM, terutama dalam hal pembagian wilayah pelayanan baik dari sistim distrik  (Rayon Manado), pembagian Paroki, serta peralihan ke sistim struktur pelayanan GMIM  Wilayah di Manado Utara dan masa-masa pemekaran Wilayah hingga terbentuk Wilayah Manado Utara II di tahun 1982. Dilanjutkan dengan penelitian yang bertumpuh pada aspek terbatas yaitu:  Urutan pemimpin Wilayah menurut  tahapan dan periodisasi kepemimpinan.
Dengan merefleksi aspek historis dan teologis dari anasir pertumbuhan dan perkembangan gereja dan sistim pelayanan dari kurun akhir abad XVI hingga awal abad XXI sebagaimana diisyaratkan kitab Kejadian 12:1-3 dan 1 Petrus 2:9,  maka buku sejarah Wilayah Manado Utara II ini diberi judul: KABAR BAIK DARI PESISIR.

2.   Ruang Lingkup Permasalahan
Mempertimbangkan  luas dan lebarnya kehidupan dan perkembangan organisasi Pelayanan di aras  wilayah yang di dalamnya  termasuk perkembangan jemaat-jemaat  dalam kurun  waktu yang panjang itu, serta sempitnya waktu yang diberikan dan anggaran yang terbatas maka penelitian sejarah  Wilayah Manado Utara II ini perlu adanya pembatasan.
      Penelitian dilaksanakan meliputi : Cikal bakal Wilayah, terbentuknya Wilayah, pemekaran Wilayah, dan rangkaian kepemimpinan Wilayah Manado Utara II, serta ditambah informasi sekilas tentang sejarah jemaat-jemaat di Wilayah Manado Utara II.
      Dengan demikian ke depan diharapkan perbaikan-perbaikan atau penambahan data hingga terwujudnya penulisan buku sejarah GMIM Wilayah Manado Utara II yang lebih lengkap.
3.   Batasan Konsep
Wilayah dan BPMW                    
Struktur Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) menurut Tata Gereja 2007 ditata dalam tiga aras yakni Jemaat, Wilayah dan Sinode. Struktur tersebut mengacu pada sistem presbiterial sinodal  pemerintahan Tuhan Allah dalam Yesus Kristus. (GMIM. Tata Gereja, 2007, 5).
Dari struktur di atas ,  dapat dilihat dimana pengertian Wilayah adalah persekutuan sejumlah jemaat dalam lingkungan tertentu di teritorial pelayanan GMIM. Sementara Badan Pekerja Majelis Wilayah  (BPMW) adalah kelengkapan pelayanan di aras Wilayah yang melaksanakan  kepemimpinan GMIM di  Wilayah.
Jemaat dan Gereja
Pengertian dari kata Jemaat berasal dari kata Yunani eklesia bermakna: Mereka yang dipanggil. Sedang  Gereja berasal dari kata Kuriokon yang berarti rumah Tuhan.
Dalam perkembangan selanjutnya kata Jemaat dan Gereja hampir tidak memiliki batas yang tegas. Kosa kata Portugis Ireja berasal dari kata eklesia yang berarti Jemaat, karena menunjuk pada orang yang dipanggil oleh Yesus, bukan pada  kata kuriokon yang sebenarnya menunjuk pada wujud bangunan atau rumah Tuhan.
Kata Inggris church juga berasal dari kata eklesia, dan di Belanda kerk. Kata eklesia juga berarti jemaat atau gereja bermula dari peristiwa Yesus memanggil para murid. Murid-murid itulah Jemaat dan Gereja Injili yang pertama (Nazaret,  Sejarah Jemaat Tuminting, 1999,5).
Pada peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke surga, Roh Kudus tercurah pada hari pentakosta ke atas murid-muridNya dan menjadi rasul artinya: Mereka yang diutus. Rasul-rasul diutus ke dalam dunia untuk mengabarkan berita kesukaan, sehingga lahirlah Gereja Kristen (Thomas Van Den End,1997,2).
Rasul Paulus mengatakan bahwa Gereja adalah “Tubuh Kristus” (I Korintus 12: 12, Efesus 4:  5 dan sebagainya). Wujud  Gereja ialah pertama-tama : Pesekutuan dengan Kristus, dan melakukan tugas dan amanatNya. Oleh karenanya Gereja Kristen yang  tidak ada rasa persekutuan dengan manusia lain dan tidak melakukan amanat, tidak berhak disebut Gereja.
Kata persekutuan dengan Kristus berarti pula persekutuan dengan manusia lain. Yesus berjanji akan hadir di tengah-tengah dua atau tiga orang yang berhimpun atas namaNya. Adanya kehadiran Kristus di tengah-tengah interaksi antar anggota Jemaat dalam persekutuan, itulah yang disebut Gereja.
Maka dalam penulisan buku ini penggunaan kata Jemaat atau Gereja memiliki pengertian yang sama. Pemahaman ini mengacu pada definisi Gereja yang seperti dimaksud Marthin Luther, dan dipakai dalam Tata Gereja GMIM yaitu:  Gereja adalah persekutuan orang-orang yang seyakinan. Jadi kata Gereja dan Jemaat memilik makna yang sama.
4.   Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan
-          Penulisan Sejarah Wilayah Manado Utara II cetakan pertama ini  untuk mendapatkan gambaran tentang rangkaian –rangkaian pertumbuhan organisasi pelayanan  Wilayah mulai dari masa cikal bakal terbentuknya  pelayanan Wilayah, serta perkembangannya hingga saat ini.
-          Untuk mendapatkan data guna penetapan Hari Ulang Tahun Wilayah Manado Utara II.
-          Untuk memenuhi permintaan Sinode GMIM tentang penulisan Sejarah Wilayah Manado Utara II.
Manfaat
-          Meski dalam aspek yang terbatas, penulisan sejarah wilayah ini telah menggambarkan secara utuh perkembangan Wilayah Manado Utara II dari masa sebelum tahun 1982 sampai dengan tahun 2012.
-          Manjadi bahan referensi dan objek evaluasi untuk kepentingan yang beragam.
-          Menjadi motivasi untuk penulisan yang lebih lengkap.
-          Merekomendasi Hari Ulang Tahun Wilayah Manado Utara II melalui seminar.
-          Motivasi bagi generasi berikutnya untuk bersikap kritis dan mau mengintrospeksi  kehidupan dalam berjemaat  dan memberi masukan pada kesemarakan pelayanan  dan penyebaran Injil Yesus Kristus kepada semua orang di segala tempat, dan bangsa.

5.   Metode Penelitian
Motode penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan dengan sitem pengumpulan data sebagai berikut:
-          Wawancara bebas dan terpimpin.
-          Partisipasi.
-          Daftar pertanyaan.
-          Penelusuran  bukti-bukti otentik secara forman maupun non formal.
Untuk melengkapi data yang diperoleh dalam penelitian lapangan, dilakukan pula penelitian kepustakaan yaitu mempelajari buku-buku dan karangan ilmiah yang ditulis para sarjana maupun oleh pengarang lainnya yang ada hubungannya dengan objek penelitian.

(bersambung ke bagian 2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar