Minggu, 17 Februari 2013

DALAM KLIKITONG (puisi Iverdixon Tinungki)


dalam klikitong kutemukan pulau yang telah lama terkubur
darah lelaki mengalir bagai arus memecah di mata samudera
 yang terus mendekap ombak tua di pesisir itu

ombak tua itu mendebur seluas ingatan
bagaimana batangbatang sejarah menegak
di tengah bunyi berdejakdejak


semacam derap dayung
selalu pulang dengan kisah kemenangan

tapi yang tersisa di pulau ini
hanya kisah lusuh dari kerajaan masa lalu
tentang kemaharaan pala dan kejayaan korakora
kini bernanah di atas bendera kemerdekaan palsu

tak hanya lelaki
perempuan pun menari
menari di tengah irama langit berkelindan ini
seperti lava terlontar ke atas barisbaris sajak
melahirkan api

lalu, kemana para lelaki pemberani
di tengah harga diri tergadai seharga anak babi

bila bunyi klikitong ini kian merancak
bukankah jantung leluhur api di kepundan pulau
memuncak membariskan ledakanledakan
sebagai ingatan perang sesungguhnya belum berakhir

dan harus dimulai
buat meraih kemerdekaan sejati

*) Klikitong: musik tradisonal warisan tradisi dari masa Kerajaan Siau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar