Kamis, 22 Mei 2014

SEJARAH TEATER DARI MANADO



SEKILAS SANGGAR SENI KREATIF MANADO 1990-2014

Kecamatan Manado Utara di pertengahan tahun 1980-an adalah perkampungan nelayan, buruh, petani, dan pedagang pasar tradisional. Hanya sedikit mereka yang berkarier sebagai PNS. Diwarnai pluralitas etnik Borgo, Sangihe, Gorontalo, Bantik, Minahasa, Tionghoa, Arab, Bugis, Toraja, dan Jawa. Pluralitas agama Kristen, Katolik, Islam, Budha.
Di masa itu, Manado Utara merupakan kawasan relatif tertinggal pembangunannya dibanding Kecamatan Manado Tengah dan Kecamatan Manado Selatan.

Deviasi sosial terbilang cukup tinggi. Perkelahian anak muda antar kampung, mabuk, pengunaan narkotik dan obat terlarang, perjudian terutama sabung ayam, aksi pemalakan di jalan-jalan.
Kondisi diatas yang kemudian mengilhami pembentukan organisati teater yang diberi nama Teater Kreatif Manado. Dimotori Iverdixon Tinungki yang saat itu masih tinggal di kelurahan Karangria. Bang Ipe sapaan akrab Iverdixon Tinungki, adalah lepasan dari Teater Alit Muara yang sudah berdiri di Manado pada awal 1980 binaan DR. Kamajaya Alkatuuk yang ketika itu masih mahasiswa di IKIP Negeri Manado.
Pada 1985 Teater Kreatif Manado terbentuk dengan merangkul anak-anak muda dari berbagai kampung di Manado Utara ke dalam suatu organisasi seni dengan maksud utama menjembatani persahabatan generasi muda antar kampung, antar etnik, antar agama. Juga membaurkan mereka yang putus sekolah, yang masih sekolah serta yang kuliah dalam suatu wadah kreatif di bidang seni dan minat bakat. Merangsang mereka bisa saling bergaul, berdialog, berbagi wawasan pengetahuan, serta melatih minat bakat mereka di bidang masing-masing. Ini sebabnya, pada saat Teater Kreatif Manado terbentuk, 60 persen anggotanya adalah anak putus sekolah, sisanya adalah para pelajar dan mahasiswa. Fokus pembelajaran di Teater Kreatif ketika itu tidak semata-mata bertumpuh pada latihan teater dan sastra, tapi juga mendorong mereka yang putus sekolah untuk melanjutkan sekolah serta mengarahkan mereka yang putus sekolah untuk menggeluti bidang keahlian yang mereka minati seperti elektronik, perdagangan, pertukangan, dan talenta di bidang seni lainnya. Khusus dibidang teater dan sastra sejumlah pementasan dilakungan di lingkungan gereja, masjid, serta kemudian berkembang ke lingkungan yang lebih umum serta mengikuti sejumlah festival Teater dan sastra di Sulawesi Utara.
Impian awal pembentukan kelompok teater ini relatif terwujud. Pergaulan antar kampung terutama mereka yang anggota Teater Kreatif mulai membaik, anak-anak putus sekolah ada yang melanjutkan sekolah, ada yang menggeluti bakat-bakat mereka di elektronik dan menjadi motir. Ada yang menggeluti pertukangan dan menjadi Bas. Ada yang kian tekun menggeluti perdagangan. Usaha-usaha kreatif yang dilakukan anggota Grup Teater lewat berbagai bidang ini penghasilan 10 persennya selalu mereka sisihkan untuk menambah uang kas kelompok teater. Sebagian lagi uang kas didapatkan dari hasil tiket atau kerjasama pertunjukkan dengan instansi swasta dan pemerintah, juga dari donasi anggota yang berkemampuan. Uang kas selain diperuntukkan membiaya kegiatan grup, juga ada yang diperuntukan untuk menambah biaya mereka yang putus sekolah kemudian melanjutkan sekolahnya.
Pada masa kelompok Teater Kreatif, kita mengenal aktor aktrisnya seperti Oce Bukarakombang, San Damal, Herman Tinungki, Sonny Sompie, Demsi Sidangoli, Yosep Bulahari, Rudi Dalihade, Maxi Mailoor, Dewi Layuck, Rilia Sumual, Devi Bose Rompis, Nyongka Rangga Bayu Restu, Lucky Astuti, Nini Ruata, Sesti Sambul. Dalam kurang lebih 5 tahun kelompok teater Kreatif menjurai sejumlah festival teater di Sulawesi Utara.
Seiring waktu dan perkembangan, serta pertambahan jumlah anggota yang sudah datang dari berbagai kecamatan di Manado untuk bergabung, maka timbulah niat mengembangkan grup Teater Kreatif menjadi sebuah Sanggar Seni dengan cakupan kegiatan yang lebih luas. Grup Teater Kreatif Manado dengan sendirinya akan melebur bersama Sanggar Seni yang akan dibentuk itu.
Pada 24 November 1990 di rumah penyair Iverdixon Tinungki yang sudah pindah di bilangan kelurahan Tuminting Manado didirikanlah Sanggar Seni Kreatif Manado. Dewan Pendiri Sanggar ini adalah dramawan dan penyair Iverdixon Tinungki, Pelukis Drs. John Semuel, Sketser dan pelukis Dr. Berti Sulangi, perupa Aning Mamahani. Gagasan itu kemudian didukung oleh pelukis Sonny Lengkong dan dramawan Uce Ismail, penyair Pitres Sombowadile.
Ada beberapa nama yang ikut mendorong berdiri sanggar ini antara lain Dr. Kamajaya Alkatuuk (Dosen Sastra Unima), Ir. Anjar Sanjaya (Kepala Cabang PT Enseval Manado), F.H. Waroka (Kakanwil Parpostel Sulutteng) dan Drs. A. Mokoginta (Wakil Gubernur Sulut).
Pelantikan pengurus Sanggar Seni Kreatif Manado yang pertama yang dipimpin ketuanya Drs. John Semuel dilakukan oleh Wakil Gubernur Sulawesi Utara Hi. Drs. A. Mokoginta pada 1 Desember 1990 di Balai Wartawan Sulut seiring pembukaan pameran pertama Sanggar Seni Kreatif Manado bertajuk “Gelar Lukisan Hitam Putih” dua pelukis Sanggar Kreatif John Semuel dan Berty Sulangi. Saat itu juga digelar pembacaan puisi-puisi Iverdixon Tinungki, diskusi seni, dan pementasan teater kontemporer disutradarai Uche Ismail Mohammad.
Pendirian sanggar ini dimaksudkan untuk menjadi wadah pengembangan minat bakat, apresiasi dan pelatihan seni budaya bagi generasi muda, terutama bagi para siswa, mahasiswa, dan anak putus sekolah.
Aktivitas Sanggar Seni Kreatif Manado sejak itu terus berkembang. Jumlah anggota kian banyak, baik dari kalangan Siswa, Mahasiswa, Akademisi, Loper Koran, Pengamen, pengawai swasta, PNS, dan ABRI. Kegiatan meliputi pengembangan minat bakat non seni, Teater, Sastra, Seni Rupa/ Lukis, Musik, Tari, dan Pertamanan/Lanskap, Diskusi Seni, Penerbitan buku karya sastra.
Kegiatan pelatihan berlangsung secara rutin sepekan 3 kali terutama: Dasar-dasar teater, acting, pemanggungan dan manajamen teater. Diskusi seni, bedah buku juga berlangsung secara periodik minimal 3 bulan sekali. Pelatihan seni kerajinan, seni rupa juga berlangsung secara periodik. Pemeran lukisan, pentas drama, pentas tari, konser musik, dan baca puisi serta pertunjukkan puisi dan penerbitan buku sastra terus berlangsung minimal 2 kali setiap jenis setiap tahunnya. Materi pentas meliputi seni modern dan seni tradisional.
Tempat latihan masih meminjam gedung pameran Museum Negeri Manado, Taman Budaya, gedung Kesenian Pingkan Matindas, serta rumah-rumah anggota atau pengurus yang punya ruang atau halaman yang luas. Untuk latihan dasar lebih banyak dilakukan di alam terbuka, terutama di tepi pantai Manado.
Sejak tahun 1990 hingga 2013, sejumlah prestasi di raih Sanggar Seni Kreatif Manado dari arena festival teater, baca puisi baik yang dilaksanakan Universitas Sam Ratulangi lewat Sanggar Prima Just Fakultas Hukum, dan yang dilaksanakan oleh Fakultas Sastra. Berkali-kali menjurai Festival teater yang diselenggarakan Kanwil Deppen Sulut, Taman Budaya Sulut, dan Patsu (Persatuan Artis Teater Sulut).
Menggelar pentas mandiri diantaranya: Lakon berjudul “Bunga Lawa” Karya dan sutradara Iverdixon Tinungki, pada 1992 dimainkan para aktor dan aktris diataranya; DR. Yetty Pulu, Rangga Bayu Restu, Rudi Dalihade.
Lakon berjudul “Molere” karya dan sutradara Iverdixon Tinungki, pada 1993 yang dimainkan para aktor antara lain Rangga Bayu Restu (Nyongka), Nasjul Dangah, Nini Ruata, Rudi Dalihade, Epy Kamagi, Erica Lalamentik, Merdy Ervina Rumintjap. Pementasan yang dipusatkan di Sanggar Seni Kreatif Manado, di Tuminting ini ikut dihadiri Dramawan N. Riantiarno, Ratna Riantiarno, dan sejumlah aktor aktris dari Teater Koma Jakarta dan Balai Teater Jakarta pimpinan Eric MF Dayoh.
Lakon kolosal “Raksasa Pemangsa alias Katulah” karya Iverdixon Tinungki yang disutradarai DR. Kamajaya Alkatuuk berlangsung selama sepekan ( 4-5-6-7-8-9-10 Agustus 1994) bertempat di Restaurant Nyiur Melambai Manado dan Taman Budaya Sulut. Para Aktor dan aktris yang terlibat dalam pentas ini diantaranya: Hendra Soenadji, Frangky Supit, Meiske Richter, Sch Rakian, Diane Sengkey, Rangga Bayu Restu, Jhony Sangeroki, Nova Bawole, Deisy Wewengkang, Merry Kumayas, Lucky Astuti, Decky Salindeho, Nasry Parasana, Vanda Manabung, Evie Puasa, Yunilson Saghoa, Joko Sutrisno, Novandy Kawangung, Fanny Himpong, Isak Mantaw, Fientje Irot, Olvie Turang, Ronald Tuilan, Donny Hoke, Taufiq Rahman, Ratno T, Jamal R, Ferry H, Ivan Givan, Anto Samalam, Herman M, Sudirman Surya. Yunan Alpasa, Aldes Sambalao. Penasihat Produksi: Drs. Dedhi Toar (Kepala Taman Budaya), Drs. Lexi Mangundap (Kepala Stasiun TVRI Manado), Ir. Wolter Piri (Kepala Dinas PU Manado). Pemimpin Produksi: Iverdixon Tinungki, Posma Tambunan. Stage Manager: Frangky Supit. Pelaksana Produksi: Drs. John Semuel. Urusan Keuangan: Nova Bawole. Konsultan Sponsorship: ratna Riantiarno, Teater Koma Jakarta. Urusan Sponsor: Sonny ST Sopie, SH, Robe Sovian Van Gobel, Papanialo John Piet Sondakh, Tante Mien Jean Waturandang. Urusan Artistik: Jaya Masloman, Berty Sulangi, Aning Mamahani. Urusan Lampu: Dolfie Pantaow dan Tim Taman Budaya Sulut. Tata Musik: Yosep Patimahu, Stevenson Bawias, dan Tim Taman Budaya Sulut. Urusan Busana: Man Jarot, dan Tim Kreatif. Urusan Pemasaran: Jefry Narande. Urusan Rumah Tangga: Nasjul Dangah. Kurir: Lucky Astuti. Urusan Repot-repot: Fandy Kawangung, Decky Salindeho dan Tim Kreatif. Asisten Sutradara: Rangga Bayu Restu.
Lakon “Kata Mati” dipentaskan di Taman Budaya Sulut pada 1997 ikut disaksikan Dramawan WS Rendra.
Pentas kolosal juga berlangsung pada 1998 yakni Lakon berjudul “Profesor DR. Judas Iskariot” Karya dan Sutradara Iverdixon Tinungki, melibatkan 300 pemain, 200 pemusik Bambu dan 500 siswa paduan suara. Yang menarik dari pentas ini adalah salah seorang aktornya berpangkat Kolonel, yakni Kol. Laut. Andries Lutia, beliau matan Bupati Sangihe Talaud dan saat mentas beliau menjabat Ketua Komisi A DPRD Sulut. Pentas kolosan ini digelar di Lapangan Sparta Tikala, produksi kerjasama dengan pemerintah Kota Manado masa Walikota Drs. Wempie Frederich dan Sekot Drs. Winsulangi Salindeho. Pentas berbiaya mahal ini dilaksanakan seiring pencanangan semboyan “Torang Samua Basudara” oleh Gubernur Sulut E.E. Mangindaan. Pentas yang disaksikan lebih dari 10 ribu penonton ini disiarkan secara langsung oleh TVRI.
Puluhan pentas yang mengusung lakon karya pengarang Nasional dan lakon saduran dari dramawan dunia juga dilakukan sejak 1990 hingga 2013, dipentaskan dibeberapa kota di Sulawesi Utara. Aktif mengisi drama televise di TVRI Stasiun Manado.
Tiga pementasan terakhir Sanggar Seni Kreatif Manado yakni: Pertama, lakon berjudul “As The Shanning Star”, sebuah drama musical berdurasi 3 jam dimainkan 200 lebih pemain berlangsung pada 2010 di Manado Convention Centre Manado. Pentas ini bekerjasama dengan Yayasan Eben Haezar Manado.
Kedua, Lakon “Pintu” disutradarai Aldes Sambalao, dengan para aktor dan aktris, Adrianto Linogi, Cristy Puitika Tinungki, Mourits Karel, Sasmita, Seftino Sambalao. Dipentaskan pada 2012 di Grand Kawanua Manado bekerjasama dengan Alumnus SMA Negeri I Manado.
Ketiga, lakon “Kita Sang Pemenang” sebuah drama musical kolosal melibatkan ratusan pemain termasuk pemusik dan tari, kolaborasi Sutradara Iverdixon Tinungki dan Musikus Prof. DR. Perry Rumengan pada 28 Desember 2012. Menampilkan para aktor dan aktris, Gysye Woimbon, SS, MSi, Rahadi Gedoan SS, Cristy Puitika Tinungki serta sejumlah aktor Aktris Sanggar Seni Kreatif Manado, Paduan suara Universitas Manado, Gurup Kolintang, Musik Bambu, Tari Kabasaran, serta bintang tamu artis-artis Blink Jakarta. Pementasan ini produksi kerjasama dengan Panitia Pertemuan Kawanua Sedunia dan Harian Manado Post yang di pusatkan di Sutan Raja Convention, disaksikan ribuan tamu yang datang dari berbagai Negara Eropa, Amerika dan Asia.
Sanggar Seni Kreatif Manado juga aktif melakukan kerjasama produksi dengan berbagai perusahaan swasta seperti perunjukkan drama musical untuk peluncuran prodak-prodak pabrik Concerto yang melibatkan aktor dan aktris seperti Hendrik Opo Manossoh, Lelly Mandagi. Juga ikut tampil dalam berbagai pergelaran seni yang dilaksanakan pihak instansi pemerintah daerah, dan LSM seperti pementasan di desa pertanian di Minahasa bersama Yayasan Nurani, juga dengan LSM Suara Parampuang Sulawesi Utara. Serta kegiatan civil society dan kemanusiaan.
Sejak tahun 2000, Sanggar Seni Kreatif Manado menetapkan sikap untuk berhenti mengikuti kegiatan festival teater dan mensasar pementasan produksi mandiri serta pentas produksi kerjasama dengan pihak instansi pemerintah, swasta, dan organisasi lainnya.
Untuk eksis di panggung festival, Sanggar Seni Kreatif membentuk grup binaan teater “SIDO” Kreatif yang diperuntukan mengikuti festival. Teater Sido langsung dikendalikan sutradara Vick Baule Chenore. Teater Sido berhasil menjurai sejumlah panggung festival teater di Sulut dan melecutkan sejumlah aktor dan aktris seperti Gysye Woimbon, SS, MSi, Rahadi Gedoan, SS, Hendrols Tatengkeng, SS.
Sanggar Seni Kreatif Manado membina sejumlah sanggar sekolah dan sanggar seni organisasi keagamaan diantaranya: Teater Nazaret dengan Pembina/ Sutradara Aldes Sambalao. Grup teater ini berhasil menjurai berturut-turut festival teater yang diselenggarakan pemuda dan remaja Sinode GMIM. Aktor aktris yang menonjol di grup ini diantaranya: Anita Purukan, Indira Potuku, Adetisye Novelia Tinungki, Handayani Haerani, Seftino Sambalao, Galpit Sabanari, Jack Kurmasela, Cristy Puitika Tinungki.
Sanggar Seni Kreatif juga sempat membina Teater Kreatif Bitung, Teater Torsina serta Teater SMA Eben Haezar. Khusus Teater SMA Eben Haezar yang awalnya disutradarai Iverdixon Tinungki kemudian dibina dan disutradarai Vick Cenore Baule, SS berkali-kali memenangkan festival teater antar pelajar SLTA se Sulawesi Utara yang diselenggarakan Balai Bahasa Manado. Grup teater Eben Haezar juga beberapa kali mengikuti festival tingkat nasional di beberapa kota di Jawa.
Sejumlah pameran lukisan para pelukis Sanggar Seni Kreatif dan pelukis tamu juga digelar sejak 1990-2013 diantaranya: Pameran “Lukisan Hitam Putih” di Balai Wartawan Manado 1990. Pameran Ekspresi Seni Sulut (ESS) Di ruas jalan Manado Boulevard 1992 yang melibatkan puluhan pelukis Sulawesi Utara. Pameran ini bekerjasama dengan Harian Manado Post. Pameran Lukisan di taman Budaya Sulut 1992. Pameran Kreatif 92 di Taman Budaya Sulut 1992. Pameran Seni Rupa di Gedung Pramuka Manado bekerjasama dengan BKKNI Sulut. Juga mendukung sejumlah pameran lukisan yang berlangsung di Manado, Bitung, Jakarta dari para pelukis anggota Sanggar Seni Kreatif Manado.
Sejumlah karya sastra dari anggota sanggar telah diterbitkan jadi buku, baik buku Kumpulan Puisi, juga buku antalogi drama.
Untuk program 2013-2018, Sanggar Seni Kreatif menambahkan jenis kegiatan pembinaan Paduan Suara, tari Tradisional, Musikalisasi Puisi.
Kepemimpinan Sanggar Seni Kreatif Manado: Periode 1990-2005 dipimpin Pelukis Drs. John Semuel. Periode 2005-2010 dipimpin Dramawan/ Penyair Iverdixon Tinungki. Pada 2010-2013 kepemimpinan transisi masih dipegang Iverdixon Tinungki. Periode 2013-2018 dipimpin Aldes Sambalao.
Sejumlah nama seniman ternama yang pernah bersentuhan, dan atau terlibat aktif di Sanggar Seni Kreatif Manado yang terus berkarya hingga kini diantaranya: Pelukis Sonny Lengkong, Pelukis Jaya Masloman, Pelukis DR. Berty Sulangi, Pelukis John Semuel, Pelukis Kres Endungunaung, perupa Aning Mamahani, Budayawan dan Penyair DR. Kamajaya Alkatuuk, Budayawan dan Penyair Pitres Sombowadile, Dramawan dan Penyair Hendra Soenardji. Dramawan dan Penyair Iverdixon Tinungki, Dramawan Richard Rhemrev, Dramawan Deasy Wewengkan, M.hum, Dramawan dan Penyair Hendra Soenarji, SPd, Dramawan dan Penyair Rahadi Gedoan, SS, Penyari Hendrols Tatengkeng, SS, Dramawan dan Penyair Vick Baule Cenore, SS, Dramawan dan Koreografer Uche Ismail Mohammad, Penyair Merdy Ervina Rumintjap. Dramawan Aldes Sambalao. (Sumber: Litbang Sanggar Seni Kreatif Manado)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar