Selasa, 21 Februari 2017

PENYAIR JENRY KORAAG

Oleh: Iverdixon Tinungki



JENRY JOHN ARISON KORAAG, lahir di Manado, 30 Januari 1978, dari ayah yang berasal dari desa Koha, serta ibu dari desa Pineleng. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan berpindah-pindah tempat di dua desa ini.

Panggung sastra dan teater rupanya lebih seksi digaulinya ketimbang seni musik yang notabene ditekuni oleh ayahnya yang berprofesi sebagai guru kesenian sekaligus pemain band yang cukup eksis pada masanya. Menyandang gelar sarjana sastra pada tahun 2010. Selama kuliah, aktif dalam organisasi kemahasiswaan, diantaranya menjadi Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (Himaju) Sastra Indonesia tahun 2000.
Menjabat sebagai Ketua Teater Kronis pada 1998, aktif sebagai pemain dan sutradara dalam beberapa pementasan di dalam maupun luar daerah. Memprakarsai iven Panggung Kreasi Kawanua (2002) yang mengkolaborasikan beberapa unsur seni dalam satu panggung, yaitu baca puisi, teater dan musik band yang melibatkan peserta dari berbagai kalangan.
Tahun 2003, bersama beberapa anggota Teater Kronis lainya mengikuti Festival Kesenian Jogja dan berkesempatan pentas serta baca puisi di beberapa tempat yaitu, Gedung Budaya Jogjakarta, Studio Tanah Liat Ugo Untoro, Rumah Seni Muara (Komunitas Palembang), serta Workshop Teater di Teater Garasi Jogjakarta.
Bersama kawan-kawan seniman tahun 2004 memprakarsai “Gerakan Kembali ke Rumah" yang di kenal dengan nama Mawale Movement dan di tahun yang sama mendirikan Forum Independent Peduli Sastra (FIP – Sastra) Sulawesi Utara dan menerbitkan antologi puisi Bahasa Melayu Manado “777”. Dengan semangat kerja kreatif, mendirikan komunitas seni di beberapa tempat, seperti Teater Gapura di Pineleng (2001), Rumah Seni Klabat di Minahasa Utara (2004), dan Komunitas Soesube di Desa Koha (2005).
Tahun 2010, bersama 3 penyair Sulawesi Sulawesi Utara, terpilih menghadiri Temu Sastrawan Indonesia III di Tanjung Pinang. Dimana setiap peserta yang hadir telah melalui proses pengiriman karya dan diseleksi oleh kurator nasional. Adapun karya yang terpilih kemudian diterbitkan dalam Antologi Puisi berjudul “Percakapan Lingua Franca” yang di terbitkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Tanjung Pinang.
Karya-karyanya yang diterbitkan secara independen yaitu, “Koma” (antologi puisi penyair muda Sulawesi Utara, 2001). “777” (antologi puisi melayu Manado, 2005).
 Desember 2015, bersama 10 penyair se-Sulawesi Utara tampil membacakan puisi karya penyair Indonesia asal Sulawesi Utara Iverdixon Tinungki pada Festival Maleo yang diselenggarakan di Manado Town Square oleh Balai Taman Nasional Nani Wartabone.
Selain menulis puisi dan mensyairkannya di atas panggung, aktif dalam iven-iven pertunjukan seni bersama sanggar yang digawanginya, yaitu Kamisama Art & Performance Laboratory. Iven-ivent tersebut diantaranya, Lokon Art Festival (2007), Festival Pesona Bunaken (sebagai show director, 2016), Tomohon International Flower Festival (sebagai show director, 2016), Panggung Hiburan Apresiasi Film Indonesia (sebagai show director, 2016), melaksanakan lomba baca puisi natal yang disponsori oleh Markobar Manado dan Gibran Rakabuming Raka (2016).
Atas komitmen dan dedikasinya dalam membangun kesenian di Sulawesi Utara khususnya kota Manado, tahun 2017 dipercayakan sebagai Sekretaris Umum Dewan Kesenian Daerah Sulawesi Utara (DKDSU) yang sebelumnya sebagai wakil ketua Dewan Seni Budaya Kota Manado.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar