Selasa, 21 Februari 2017

PENYAIR GREENHILL GLANVON WEOL

Oleh: Iverdixon Tinungki


GREENHILL GLANVON WEOL, dilahirkan di Rumoong Atas, Minahasa, pada 22 Oktober 1977. Masa kecilnya dihabiskan di Manado. Ayahnya yang adalah guru Bahasa Inggris memperkenalkan bermacam literatur ke ingatannya. Mulai Mark Twain sampai Vonnegut, dari Kho Ping Ho sampai beragam komik pewayangan koleksi ayahnya lahap dibacanya. Seperti banyak remaja di tahun 90’an, ia pun bermimpi menjadi rockstar. Di SMA membentuk band sekolahan –diberi nama ‘Wild child’- bersama 5 sahabatnya. Ia
kemudian giat menulis lirik lagu –sebuah pengantar ke penulisan karya-karya susastra. Bangku kuliah dihiasinya dengan naik-turun pentas musik, dan pada 1996 hingga awal 2000an menjadi penata musik dalam pentas-pentas Teater Kronis Manado. Bergabung kemudian dengan Komunitas Pekerja Sastra (KONTRA) Sulawesi Utara pada awal 2000an, ia kemudian mulai terlibat pembacaan puisi dan pentas teater jalanan di keriuhan demonstrasi-demonstrasi. Di masa inilah buku kumpulan puisi protesnya, “World of Sorrow”, dipublikasikan. Ia banyak mengkonsepkan berbagai pentas teater KONTRA semacam “Imagine” (2003), “Zombie Nation” (2003), “Perjalanan Mencari Malam” (2004). Tahun 2003 mendirikan dan mendirektori Teater Bukit Hijau yang pernah predikat Teater Terbaik dan Sutradara Terbaik di Festival Manado Pante dengan naskahnya Abadi. Tahun 2004 mendirikan Teater Awan Rurukan dan mementaskan naskah-naskahnya seperti “Gelap Anak-Anak Terang”, dan “He Raise Me Up”. Ia juga tercatat sebagai pembina Studio X Sonder, Sanggar Dodoku Wuwuk dan Studio Eben Haezer Treman. Tahun 2005 ia bersama dengan rekan-rekan sepemikiran mencanangkan kampanye Tahun Kebangkitan Sastra Manado dan memproklamirkan ‘Mawale Movement: Kembali Ke Asal’, sebuah ajakan penyadaran identitas kepada Bangsa Minahasa lewat essay-essaynya yang menghias berbagai media massa. Bersama saudara-saudara penyair Manado ia ‘mengusik’ dunia sastra Sulut dengan Antologi Puisi Bahasa Manado “999”. Gerakan ‘Sastra Melayu Manado’ ini terus menggelinding hingga hari ini sebagai sebuah kritik terhadap ‘sentralisme sastra’. Berturut-turut kemudian kumpulan puisinya “Spectre” dan sebuah novelet futuristik berjudul ‘Vale” di publikasikan. Pada tahun yang sama, ia berhasil menyelesaikan studi di Fakultas Sastra Unsrat, yang kemudian dimonumenkannya dengan mempublikasikan sebuah buku puisi berjudul “Sepuluh Tahun- Sepuluh Tuhan”. Sebuah Jurnal Kebudayaan bertajuk “Touna’as” juga digarapnya. Tahun ini turut juga menyumbang karya dalam antologi puisi terbitan Pusat Bahasa Jakarta, “Ragam Jejak Sunyi Tsunami”. Tahun 2006 ia mempublikasi sebuah buku kumpulan cerpen yang dijuduli “Malam Itu Kita Terluka”. Pada 2007 ia mempublikasikan kumpulan puisinya yang berjudul “Enigma”. Mulai tahun ini pula ia mulai bekerja di Radio Suara Minahasa di Tomohon sebagai Redaktur Budaya. Tahun yang sama ia ditugasi Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) SULUT sebagai humas. Di awal tahun 2008 ia bekesempatan membawakan musikalisasi puisi di Gedung Kesenian Jakarta bersama tim teater Sulawesi Utara. 2008 ditutupnya dengan mempublikasi sebuah kumpulan naskah teater yang dijuduli “Deus-Rexus”. Pada tahun 2009 bersama membangun “9 Society Art & Tech” dengan program membawa karya-karya lokal ke dunia global internet, lewat membangun jaringan Blog Sastra Utara Celebes. Tahun ini pula Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV) di Leiden, Belanda, secara resmi mengkoleksi lebih dari 20 judul buku sastra terbitan lokal yang diterbitkan jaringan Mawale Movement. Tahun 2000 menjadi redaktur majalah kebudayaan “Waleta Minahasa” yang walau berumur singkat tetapi telah menempatkan standar bagi penerbitan berkala bertema budaya di Sulawesi Utara. Rentang lima tahun terakhir ini ia bersama Mawale Movement Center melaksanakan kegiatan-kegiatan intelektual seperti diskusi-diskusi, mendirikan sekolah-sekolah alternatif, mentoring dan workshop, dalam berbagai ruang minat mulai dari seni budaya, sastra, fotografi, hingga teologi. Karya-karya puisinya yang terbaru turut menghias buku “Untuk Mengenang Dia, Pdt. Prof. Dr. Wilhelmus Absalom Roeroe (16 September 1933 – 27 Desember 2015) Dalam Kenangan Para Sahabat, Kenalan Dan Para Murid”, sebuah antologi esai dan puisi, terbit tahun 2016 serta “Orang Yang Benar Itu Akan Hidup Oleh Percayanya”, Buku mengenang 1 tahun meninggalnya Pdt. Prof. Wilhelmus Absalom Roeroe, terbit 2017. Menikahi Donna Linda Datulangie dan sekarang sehari-hari berkegiatan sebagai dosen Sastra dan Bahasa Inggris di FKIP Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar