seperti
menghitung biji pasir
pelayaran jadi kekal
di semua bau ingatanku
akan belukar keasinannya.
ia menyelinap ke dalam benak
menjelma
silsilah batu setegak layar mendekap erat
pada dekapan
kekasih itu aku mencari hulu hilir hidupku
kujumpai arus keras
gigih menenggelamkan cahaya
usiaku berakar
dalam sejarah arus senantiasa berputar ini
entah berapa
matahari lesap dalam pori membentuk palung makna
di sini hidup
begitu pekat. mungkin setua abad di peta jaring dipenuhi
garam.
gambargambar perahu karam. juga yang tegar berlayar
pada semua
dongengan tua ibuku yang telah lama berpulang
di ujung
rabunnya ibuku masih mengisah ayah terus mengayuh perahu
hingga setiap kayuhannya
menjadi irama nafasnya yang koma
begitu dari
waktu ke waktu aku harus menganyam potonganpotongan
bau ingatan akan
laut dan pulauku. Pulau laut diwaris ibu dan ayahku
kini serupa bau lumpur
tubuhku dengan ramai pesta sepinya sendiri
ketika aku
pulang ke kampung itu, batu sediakalanya begitu keras
tumbuh menjulang
membentuk tanggatangga dakian
Ibuku benar, hidup bagai pasak batu tertanam dalam
kian ke atas kian dalam ia terbenam. seperti
juga laut kian jauh
kian dalam kecuramannya. kian luas kian
keras arusnya
orangorang pulau mengayuh nasibnya di
sana, terpiuh di pesisir sejarah
digenangi peluh darah. Tapi dengan penuh gairah aku berumah
di koyak-moyaknya, hingga nafasku
menyatu
di semua kepingan batu.
Juli 2013
*)
Batusenggo: Nama kampung di pesisir pulau Siau yang berarti batu layar.
Mantappppppp
BalasHapus