(Percakapan tengah malam dengan Jamal
Rahman Irot)
hutan habis dilalap sajakmu. begitu kau tulis belantaramu
tinggal ada sehelai daun, belukarbelukar kecil sarang peri dan
hantu
pada sehelai daun itu kau kunyah gugur demi gugur
ada berapa kenangan terlalu kuat menggantung
merimbuni bentang risau cabang pepohonan usur
oleh letih juga getir di sudut sujudmu
kalam apa kau naung di sana, selain mawar dengan duri
sebegitu tajam
mengguris luka. malammalammu adalah memungut bijibiji hujan
buat mereka yang kehabisan airmata
seumpama ladang, kau setia tanami benihbenih tangisan
di belukarmu peri dan hantu selalu punya waktu duduk
berbagi celoteh dan tawa. kau mau menyesap apa
di secangkir teh yang kelat
dari potret yang satu ke potret yang kesejuta
berapa abad kau punya waktu membingkai sepat
serbuan gelombang selalu mengguruh di malam buta
perahuperahu pecah, labuan hilang
beruntung kau masih punya selembar sejadah
sebelum lelap dzikirmu nanar di sisa darahmu yang merah
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar