jangan lahirkan aku
sebagai perempuan,
ungkap janin di sebuah
lukisan rahim
diamdiam ia ingin
meninggalkan segala
bakal dicintai suatu
ketika nanti
di negeri beraroma
ngeri ini
kucuali kalian cukup
kuat mengukur lebar memar
panjang sayatan
terlanjur terpeta
pada percakapan hati
antara aku dan air mata bundaku
buah cinta tumbuh,
sekadar lahir untuk terbunuh
entah siapa akan
terpenjara di lembaran visum et repertum
di pagi yang ingkar
pada ikrar hidup mati
di ruang otopsi
dokter ferensik
menemukan sepucuk suratku
janin perempuan tak
ingin lahir
sekadar mengisi
ritus, aturan, dan sihirsihir
barangkali aku tak lagi berharap
diagnosa akhir
dimana kekuasaan selalu membelokan arah
sungai
padahal, sebagaimana akarnya
sejarah akan selalu mengalir
dari hulu ke hilir
jangan lahirkan aku sebagai perempuan
di kotakota telah membatu itu
di lumbung kesedihan berupa lumpur
aku tak ingin mengulang sebuah pepatah
tolol
romantisme sejarah, berhalaberhala agama
luput memahami hikayat larva pada
sejarah kupu
yang menerjemah, perempuan pun
punya citacita dan cahaya
sebagai makhluk
sebagai manusia
di prabumulih mayatmayatku akan mencair dalam air seni ibu
mengalir di batangbatang sungai yang
lebih menghargaiku
menjadi pupuk bagi semaksemak suplir di
tepitepi berbatu
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar