ia tak kembali dengan peluru dan bara
meski yang memerah di dadaku bernama
darah
kisah boleh lisut di saku sejarah
tapi siapa yang mampu membuat
semangat jadi tua
seperti keyakinan ombak yang terus
memukul tanjung ini
mengabar pesta samudera tak pernah
usai
merayakan kemenangan Batumbakara
baunya seperti melati
menenggelamkan beberapa armada musuh
tenggelam di dadaku yang rindu
kobaran api
di wajah purnama
yang merondai teluk dan tanjung ini
dalam kisah moyang itu
tiang kayu dan temali
menggantung keyakinan
telah terpancung koyak oleh abad
namun pemikul jasad tak pernah lupa
betapa gagahnya langit menempah dia
hingga jangankan musuh, bumi pun gentar
tak mampu menguburnya
bukan pula liang lahat tak berterima
tapi ia lebih mulia dibanding seribu
belanda
di hutanhutan manganitu
aku masih mendengar cericit burung
syairsyair perahu melalap jiwa pesambo
merayapi laut di selasar rumah raja
yang usang oleh saman
tapi ia tetap sebuah kalam
*) Bataha Santiago: Raja Kerajaan Manganitu yang tak pernah menyerah berperang
dengan Belanda hingga ia harus mati dihukum gantung.
*) Bara: Pedang perang Sangihe
*) Batumbakara: Benteng Perang Manganitu, dimana Santiago meraih
kemenangan penuh dan menenggelamkan beberapa armada laut belanda.
*) Pesambo: Pelantun syair Sasambo (Sasambo: puisi purba sangihe).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar