Sabtu, 26 Oktober 2013

10 Puisi Surat Untuk Anastasia (bagian 1)



PUISI-PUISI IVERDIXON TINUNGKI

FRAGMEN PERTAMA: Batang Air

pada sungaisungai kering ini akan kau catat riwayat lumut
dan pasir yang sedih
tapi suatu ketika akan kau sadari, pada sungaisungai kering ini
katakata berhenti.

mimpimu tentang batangbatang air mana hendak mengalir?

di hari ke tujuh bukankah leluhur Adam menemukan Tigris Eufrat
lalu kuldi bercahaya itu menimba semua kebaikan
tanah basah. sesungguhnya tubuh, darah lelaki teraniaya

batang air mana, memerciki senandung dedaun suplir, semak pakis,
reruntukkan rumpun bambu, pohon telah dinamai, telah dilupai 
selain batang air kegembiraan murni, tumbuh di rahim
kesedihan itu sendiri


Anastasia, di hati perempuan menampung kesedihan, batang air sejati
meluap, meruyupkan seluruh tangisan pada dekapan paling dirindukan
sepanjang sejarah kegembiraan , sejarah kesakitan

di situlah Daud menyelupkan semua penyesalan  sepanjang mazmur
uang, kuasa, perempuan tak beri ia apaapa, kecuali luka

ia menangis ketika melihat langit dan cakrawala saat kakinya tak bisa
meninggalkan debu tanah

pergilah ke semua bentangan musim
karena pada musim akan kau temukan penyataan menunggu

menunggu adalah perjalanan melindasi teberau
tanpa kegembiraan, di seberang sana hanya ada tembok runtuh

2013


FRAGMEN KEDUA : Selimut Petiduran

Anastasia, perempuan itu meninggalkan biara
ia merasa lebih mulia berada di padang nestapa

sebuah sungai di Calkutta mengalir di ruas hatinya
menyejuki rumputrumput di mana beratus tubuh rebah

“kepadamu yang tidur dalam kedinginan
aku akan memberimu pelukan,”  katanya
dengan seluruh keinginan mendekap kematian

lalu ia bersenandung, menyingkap nyanyian beribu burung, turun
mengurapi kepalanya, tersungkur di arus Gangga

“padaku angin tak akan menjarahmu
kecuali kehangatan kupantulkan pada udara jadi nafasmu”

--ia pun menari dengan lumpur ditaburkan ke kepalanya—

daundaun palma mendesis di sana
kudakuda berlari  ditunggangi serdadu api
melintasi jalan sebelumnya tak pernah dilalui
menyeberangi cakrawala tak bisa dilihat lagi

seorang anak bertanya padanya: kudakuda itu mau kemana?

“ke tempat di mana kau takkan terpenjara oleh cuaca
karena sejak Abraham,telah kuberi kau pembaringan” jawabnya
sambil merentangkan selimut ke tubuh sang anak
yang mulai melepas nafas terakhirnya ke senja begitu bisu
di telinganya

“aku mendekap semua keluh kesahmu
seerat serat yang menjaga petiduranmu,” ujarnya
pada sebuah malam menjelang Minggu

2013


FRAGMEN KETIGA: Dongengan Anak

katamu, kau begitu mengagumi Teresa
wanita yang berbagi kegembiraan ke tubuhtubuh lelah

kita paham Anastasia, di pagi senja, di ujung langkah  penyataan
selalu menjelma. di situ abadabad melahirkan dongengan
dalam hidup seakan ada seekor peri kebaikan, seorang santa claus
menaiki kereta rusa mengantar sekotak mainan ke mimpi kanakkanak

itu penghiburan yang berakar pada penyataan sebenarnya
serupa pelangi membusur pada lukisan cahaya

di tepi sebuah dusun, seorang perempuan tua menangis
di belahan dadanya, cucu pertama lelap di dekapannya

langit begitu murung. kecuali teriakkan burungburung hitam
amat girang merayakan sengitnya peperangan
pada kabar senja membiaskan bau darah

lelaki dulu mengangkat tangan tongkat Musa
menemukan keduanya:

“berbahagialah kamu yang melihat sinar terindah
di mata cucumu,” kata lelaki itu pada perempuan
yang menatapnya dengan sendu. kegembiraan tersisa
telah rentah. kesedihan menggetas pada matanya

“peperangan itu mengambil semua ayah, semua ibu
dari bayibayi seperti ini. tinggal kau sendiri di sini. bukankah
kau juga seorang teruna?”  gumam perempuan tua itu sambil
melepaskan cucunya ke atas tanah yang melesapkan
semua air mata

“medan laga teruna sejati  adalah menyambut anakanak
seperti ini, merangkak, tertatihtatih
membawa kegembiraan yang murni”

--surga menjadi sejengkal jarak di ujung langkah--

“sungaisungai jadi bisu tak menggangu
angin begitu malu tak mengusapmu
siang malam menjadi ringkas di matamu”

--hariharimu tunai di tawanya yang lucu—

kata-kata itu, datang semanis erang dari lukaluka
menusuk kepala

lelaki itu menggendong sang anak lalu naik ke sebuah bukit

ia mendongengkan kisah; penyair  menghabiskan seluruh waktu
menafsir kesedihan. hingga kesedihan dilupakannya dalam kegembiraan
ditemukan di air matanya sendiri, menitik di sisisisi malam, membuat
kakikakinya kedinginan, jantungnya mendegup kencang

berabadabad anak itu menemukan riang di sana, di gendongan lelaki
yang menjadi ayah di sepanjang sejarah pengharapan
yang dikisahkan perempuan tua itu di sisisisi kematian

2013

FRAGMEN KEEMPAT: Obituary
bunga dalam obituary ini, bunga pohon Saru
pohon Aras, pohon Tusam, pohon Sanobar
aku mengetamnya dari doa Nuh
ketika sepasang burung madu hinggap di dahan Cempaka
di tepi trotoar kotaku. ketika siang begitu gaduh
katakata begitu ngilu

burungburung madu ini telah menyinggahi semua kaki abad
mencari bungabunga bertaburan itu
ketika Tuhan menyiapkan semua kematian
biar kesakitan tak menjadi kekal

apakah masih terngiang erang dari atas  palang kayu gofir
sebuah lambung tertikam menumpahkan seluruh damar
ke jalan sejarah retakretak ini

--lelaki itu merasa ditinggalkan menjelang sebuah petang--

tapi disesapnya seluruh isi tuwung tangisan
segenap biji hitam yang ditemukan di perjalanan
hingga musimmusim menjalar sebatang akar
pada ladang di mana seluruh harapan ditumpahkan

pada sebuah pagi akan kau lihat reruntukkan kelopak
memecahkan warna dan wangi darah lelaki itu
di sana, disingkapnya pemandangan indah
serupa equilibrium antara cahaya dan ujung katupan mata

sebuah hari terbit lebih terang dibading seluruh riang
di atas pepohonan  menghidangkanmu
sebuah catatan kegembiraan

2013



FRAGMEN KELIMA: Surat Atas Kali

ketika surat pertama tiba, Adam memulai sebuah imajinasi
bermimpi punya seorang kekasih
mereka bermain di muara sebuah kali. tak ingin sendiri

mereka jatuh cinta. mereka pun menyembeli seekor domba
yang sampai ke langit seluruh wangi aroma dupa
di dekat mesbah, ada  samakkan kulit bertulis isi hati keduanya

sejak itu kita membaca kerajaankerajaan kuno berdiri
dari mesopotamia, mesir, pantai siria, hingga di tepi kali di kota kita
perahuperahu tiang tinggi membawa bedil dan seorang paderi

nabinabi  berbincang dengan Tuhan  
dalam percakapanpercakapan  diam yang abadi

--surat terindah harus mereka genapkan—
buat kali yang telah ditetapkan sebagai pembawa percakapan

tapi istanaistana pasir itu pun runtuh dalam penaklukan, perbudakan
hingga dua loh batu pecah di kaki Sinai

Musa, lelaki yang melintas Teberau sebagai pencari tanah perjanjian
tak lagi bisa melihat kota itu karena amarah menyala di tepi katakata
Adam pun belum usai mengakhiri halaman pertama
dari seluruh sejarah manusia

--dan di sini kita masih menyalin berhalaberhala—
sebuah peluru melobangi dada

bukankah kekasih itu ada di sisi kita, Anastasia
pada perjalanan panjang tak letihletihnya melontarkan pertanyaan

hidup bagai cerobong dengan anakanak tangga melingkar
kau akan memanjatnya setiap malam mencari wujudwujud kegembiraan

pertama kau mencintai bunga, hujan dengan petirpetir menggemah
pada semua itu ingin kau temukan pesan dari musik yang tercipta
sepanjang lintasan abad mulai kau beri nama

--mengapa di ujung liriknya selalu ada air mata,
lalu deretan keheningan dan bisikanbisikan halus
sulit diterjemahkan--

sementara langit tak berkatakata, cakrawala  dengan luasnya
tak menyingkap sebintik saja rahasia

beratus tahun kita membaca, kita mencium aroma air kali itu
dengan tiga merpati berbulu putih hinggap ke atas kota
saat paderipaderi  datang membagi keratkerat roti
ke atas senja, ke atas sepi yang selalu luput kita resapi

 “pada roti ini kamu akan mengenang tubuhku.
datanglah kepadaku kamu letih lesuh dan berbeban berat!”
kata mereka sambil membasuh sejarah dipenuhi luka

kepada ribuan pasang mata disesaki tangisan
dibaginya seluruh sungai berwarna merah
karena dahaga telah tunai di ujung lidah

pada air kali
suratsurat itu melayanglayang, seperti tangan menemukan
tempat belaian

maukah engkau menambahkan namaku pada lembar
yang mau kau tuliskan?

-Anastasia, mati dalam pelukan adalah sebuah kegembiraan--

2013


FRAGMEN KEENAM: Epos

ada ketika dimana sebuah benteng akan runtuh
para opsir tentara dengan epaulet di bahunya dilupakan

menaramenara kemajuan ilmu mengangkut semua kecemasan
ke punggungnya, dengan kibaran benderabendera sihir
ke atas seluruh cahaya

angkasa seakan pecah kembar. memisahkan dua dunia
antara yang kuasa dan yang terjajah
antara yang kaya dan yang hina dina
antara yang nyaman dan mereka yang terlantar
antara titah dan nubuatan

pernahkah kau baca seorang perempuan, Anastasia
tubuhnya remuk dilindas tank hingga jadi lumpur berwarna merah
leleh di deru peperangan mempahlawankan para pembunuh

di sebuah balairung yang telah lama ditinggalkan
tersisa sedikit orang meritusi prosesi peringatan
mengenangi perempuan yang mati karena keteguhannya
mengupayakan kegembiraan
--karena meminta kegembiraan ia dibungkam--

di istanaistana negara upacara lain digelar dengan parade
diiringi lagulagu kebangsaan
--tapi bukan atas nama kebenaran sesunguhnya yang tergilas itu—

mereka memuja kuasa para maestro dan hero yang dengan gemilang
memenangkan pertempuran dengan seluruh peralatan perang
yang kian mematikan

--mereka algojo—
algojo yang difilmkan, algojo yang diindustrikan

ini abad itu, Anastasia
abad dengan pesta besarbesaran atas daya upaya
merayakan  matinya rasa kemanusiaan

tinggal sedikit orangorang pergi ke gerbang,  memahat
seluruh perasaan yang mencemaskan
dalam gambar perempuan mengenakan kerudung berenda
melewati jalan sepi dengan wajah santai dan riang

ada juga kolase opsir tentara yang ketakutan
tersungkur di bawah kursi besar ukiran bintang

pada angkasa kembar itu kau akan melihat
cinta tetap saja sebuah sungai
mengalir melampaui sejarah

2013


FRAGMEN KETUJUH: Surat Untuk Anastasia

pada tubuh kenangan suara burung murai
kebunkebun  jagung yang menampung kesunyian angin
rahasiarahasia kecantikan yang tumpah ke seluruh sungai
aku ingin mencakapkan hatiku yang kacau
saat cinta itu terbunuh

waktu abadi mengalir di sini
di alur kenangan hujan
di kitab  yang mengekalkan tepi jazirah Yabok
saat akarakar rumput menggigil

apa yang kau seterukan pada hatiku?

jubah surga turun ke atas tubuhmu
kita bergelut
hingga sebuah mesbah tersusun
di atas semua luka yang  disimpan
akar rumputrumput itu

ini surat ketujuh dari tujuh hari ketika kita tiba
menamai kali dan padangpadang lusuh
yang harus kita tuntaskan pada semua kisah sejarah

di abadabad belum tiba
ada apa gerangan
mereka baca dalam dekapandekapan kita
selain bebatu yang kita bakar
sebagai unggun menghanguskan

kotakkotak yang jatuh dari langit
dipenuhi benihbenih kegembiraan
tapi hati terlanjur api
menyembulkan pemandangan teramat layu

di ruas paling kosong dari jalan tersisa di kota ini
aku menanti kereta
membawamu seperti janji kau ikrar di sebuah subuh
tentang hati terpilih jadi batu penjuru

pergelangan paha patah
ketakutan menjala
tapi aku mau datang padamu dengan sujud
sebagai lelaki tertangkap
tapi tak bisa kau depak

biar seluruh lumpur menimbuni kepala
setidaknya aku tahu di rahimmu berada hulu
dari bianglala sejak Nuh menemukan benua
dan Yakub diurapi jadi sebuah bangsa

2013

FRAGMEN KEDELAPAN : Pesan Pada Arca

1
pada arcaarca ini kulihat engkau
dan sebilah belati terancung
hati buncang menunggu mati itu

--Ishak terisak; bapa mengapa harus aku?--

seluruh gelisah menjalar ke atas susunan batu
kain tenun halus teralas
lusuh oleh air matamu

ketakutan itu ternyata seketika saja
saat langit tinggi menyigi seluruh katakata

2
ketika seekor domba menanggung semua kesakitan kita
langit yang agung itu pecah
bercecer dalam warna dadu, cemas yang gaduh

hati lisut serupa dedaun, serupa asap dupa yang hanyut

bukankah ia pernah meneduhkan laut buat pelayaran
yang lebih utuh

3
Anastasia, mengapa harus aku?
bisik lelaki yang melintasi kotakota
mencari hati kita
yang hanya terpaku bersama palma
di pintupintu

2013



FRAGMEN KESEMBILAN: Benih

pada benih ini ditumpahkan seluruh prasangka
kesuraman teluk pun pecah di pagi dalam denyar dedaun
menyigi angin laut kembali

Anastasia, orangorang seketika berkatakata; “seumpama
perumpamaan penabur, seluruh tanah di hatinya tampak subur”

lalu sebagian lagi bertanyatanya; “mengapa
tak semua benih tumbuh di telapak tak letih meminta itu”

senja muram, seorang anak Adam menyelip gada ke hatinya
di waktu begitu rapuh Musa menghabiskan seluruh usia
memahat kembali dual loh batu yang remuk siasia

dalam alkisah Abraham, Habel tak lagi sebagai bangkai
meski Kain menjelma kawah mendidih di nadi musim antara
menanam dan menyabit

hama dan semak liar seakan sejarah
dibancakan ke atas trah manusia

kutemukan diriku menempa jazirah cadas berbatu
hingga benih bisa tumbuh
menunggu musim menyabit
dalam baitbait benih yang baik  

kendati bunyi kereta berderit menyelusup ke setiap sendi
di detik terkahir pun lebih berbahagia bila masih bisa
mensutradarai kesunyian di sepenggal panggung sepi
hingga lapislapis cahaya lapuk  
menyerbuki akarakar bibit kusemai
di sisasisa nafas terakhir

2013

FRAGMEN KESEPULUH: Efata

perempuanperempuan menangis di tepi kanal
menambahkan banjir ke akarakar sejarah

dan terdengar anjing melolong dengan suara tinggi
menimpali derak tulang para buruh terpiuh
merekat mimpi anaknya sendiri

semesti sejak Tirus, Sidon, Dekapolis didatangi
tak ada lagi tanahtanah yang kafir
ribuan kota tumbuh dalam impian kanakkanak
berbagi roti pada merpati

tapi semua gagap, tuli. katakata berhenti

dari bunyi bedug hingga gementing lonceng
para penjual es tak lagi percaya bisa katakata
kecuali gerincing dan desis stom kue putu
merecoki sore bising deram mesinmesin

kampungkampung dalam rupa lesu
menyeduh setiap ludah dan peluh
di tengah malam yang hitamnya sebegitu biru

di sini aku ingat kisahmu Anastasia
lelaki dengan tatap seindah mata burung Pleci
tubuhnya menguarkan aroma pohon cendana
nafasnya menyemburkan bau kelapa muda

ketika bungabunga soka  mekar seperti sayapsayap serangga
aku mau menyentuh jubahnya, mendengar suaranya yang suasa
berkata: “efata!”

ya…efata
ke seluruh nanah yang menelaga
sepanjang saman ketika katakata tak berdaya

2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar