Kamis, 01 Desember 2016

BAHAYA SAMPAH PLASTIK DALAM PUISI IVERDIXON TINUNGKI



 PUISI-PUISI KARYA IVERDIXON TINUNGKI


PERJALANAN KEMATIAN SEBUAH KANTONG PLASTIK

sebuah kantong plastik yang kita buang di pinggir jalan
suatu ketika akan sampai di laut
mengambang, menipu ikanikan
seakan uburubur, seakan plankton,
seakan ikanikan kecil yang mengkilap

sebuah kantong plastik yang kita buang di pinggir jalan
suatu ketika akan dilahap ikanikan
dan kita melahap ikanikan yang melahap kantong plastik
yang kita buang di pinggir jalan


sejak itu perjalanan kematian sebuah kantong plastik
merambah tubuh kita,
mematikan selsel dan merusak pencernaan

lewat kotoran kita, lewat mayatmayat kita
yang dikonsumsi mahkluk lainnya
perjalanan kematian itu terus berulang
mengedari rantai makanan
dalam lima ratus tahun menuju titik urainya


DUNIA PLASTIK

lima ratus tahun kemudian
saat kotakota lama ditata ulang,
samudera dibersihkan,
bongkahan es kutub didinginkan
dan tanah kembali digemburkan
keturunan kita akan menemukan
berjutajuta gadis plastik dari Jiamei
dari pabrikpabrik seantero dunia,
terjengkang, memperlihatkan
betapa buruknya nilai hidup kita

dan mereka berkata: sekesepian itukah leluhur kita,
sesunyi itukah kehidupan mereka, sedatar itukah
ahlak mereka

karena lima ratus tahun sebelumnya,
kita memang diganyang gelombang plastik yang membabi buta
serbuan yang tak terlawankan, bahkan plastik dianggap pahlawan
menjaga bayibayi kita tidur, menemani mereka bermain.
dan mereka tumbuh berkembang dalam dunia plastik yang ramai,
menghadirkan pesta nilai artifisial dari segala bentuk kehidupan
samar di kamarkamar yang diplastikkan dengan teramat gemar

karena lima ratus tahun sebelumnya
kita hidup dalam kebudayaan plastik yang paling edan
kita bergantung pada plastik, daya hidup kita didikte oleh plastik

kemudahan memplastikkan segalanya tak terasa telah merampas
semua kebanggan kita sebagai manusia, sebagai bagian dari alam
yang harus dicintai dan diselamatkan

dengan buasnya kita biarkan plastik memangsa alam kita
memangsa tumbuhan dan hewan,  memangsa diri kita,
keseharian kita, bahkan cinta kita

lima ratus tahun kemudian
dengan begitu malu keturunan kita
mencakapkan kebejatan kita yang tiada taranya
menyampahi samudera, menyampahi tanah,
menyampahi udara dengan plastik, dengan gadis plastik dari Jiamei,
dari Dreamdoll Duppigheim,
dari Strasbourg
menyampahi makna kehidupan dengan robotrobot plastik pemuas nafsu,
dengan tas, dengan kondom modif, dengan payudara silikon,
dengan pinggul silikon, dengan cincin penggeli, dengan penis karet,
dengan vagina getar, dengan alatalat rumah tangga, dengan
kemasankemasan barang dan mesin, dengan bunga, dengan segala
sampah plastik yang tak perlu dan tak berguna

dan mereka akan menyumpahi kita sebagai nenek moyang yang terkutuk
karena mewariskan bumi yang rusak akibat nafsu plastik yang tak terkendali

pemimpinpemimpin bangsa kita akan dicemooh sebagai para idot yang
tak mampu menghadirkan kebijakan yang berpihak pada kelestarian hidup
alam semesta

dan mereka akan menulis ulang sejarah manusia
dari kesadaran yang lebih cerah
tentang makluk yang mencintai planet mereka,
lalu menempatkan kita sebagai kerakera tua yang berotak tumpul
yang hidup di sebuah masa yang begitu buas
saling memangsa,
juga sebagai mahluk yang paling terobsesi dengan plastik
sebagai dunianya

saat keturunan kita memulai kembali hidup mereka
dengan awal yang bijaksana
mereka akan membokar tulangbelulang dan abu kita
dan menarunya di lubang sampah
bersama plastikplastik yang tak bermakna

Tidak ada komentar:

Posting Komentar