Jumat, 10 Februari 2012

DAN AKU MENSAJAKKAN AIRMATA (Puisi Iverdixon Tinungki)


Cintaku…
Mereka telah pergi dari tepi laut itu
Entah kemana, dan dimana berhenti
Terus melangkah, tapi arah
tak membawa mereka sampai
tak seperti nyanyianmu di pagi buta
melangir kerinduanku

di sini, di kota yang tua oleh sejarah penindasan lama
dibangun lagi dengan sejarah penindasan baru
sejarah penindasan beranak cucu dari monopoli
kaum kaya menyogok politisi mengubah pesisir menjadi tol
dan bangunan besi
perahu nelayan tak ada lagi
tak ada kana
soma dampar
barisan belo
masanai volka
buat kita berdansa dalam simfony terindah
dalam bau tandipang
oci bakar di malam hari


cintaku…
bila aku mensajakkan airmata seorang istri buruh miskin
yang mengebumikan anaknya mati kurang gizi
Kerna negara tak lagi memikirkan rakyatnya
Pemimpinpemimpin yang kehilangan akal sehatnya
Di sini, di kota yang menyuburkan sejarah penindasan
Kematian kaum miskin diantrekan sedemikian cerdas
Dalam kebijakan publik sarat kepalsuan
Omongkosong, bajingan dan taibalau

Mereka telah pergi cintaku…
Tak ada yang tersisa
Kecuali kenangan pahit dari airludah penguasa
Yang mengubah kota indah ini jadi neraka
Bagi rakyat yang tak dipihakinya

8 Februari 2012







Tidak ada komentar:

Posting Komentar