Kamis, 21 November 2013

DI SUNSET MENCAKAPI KABUT



dalam segelas nescafe kau larungkan pesta tawa
di balik kaca, kabut  membancakkan gelisahnya
antara tawa dan kabut itu seluruh gairah tercapit
di ujung lidah

kau mengajakku mencakapi  kabut merenik  di tanjung itu
renik kabut yang kukuh merapikan denyut jantung
di ruas gelombang yang menyeduh satu dua kenangan
satu dua yang terbekas di ingatan, jatuh ke gelas itu
lainnya menyelusup ke embun di hitam rambutmu


sejenak kau biarkan aku berkelana ke rambutmu
dengan sisa usia mulai runtuh di kelopak matamu
toh, malam tinggal sebentar ini, katamu

lalu kita akan berpisah, melupakan dekapan paling erat
di ruang café ini. cafe yang kabarnya juga bakal dibongkar
maka tunai, yang menghuni waktu tinggal katakata

pas kopi terakhir kuserup hingga ampas
terasa di ujung lidah yang sama manis berakhir, terhempas

“terima kasih telah berbagi kelana,” katamu
sambil memandang malam yang menudung kita terpiuh

ketika kau bimbing aku ke tasik mendengar ombak
ada yang menelpon, tapi kau biarkan percakapan
harusnya baru berlalu

kau memilih di sini
di sisi waktu tinggal seinci

2010


Tidak ada komentar:

Posting Komentar