Kamis, 17 November 2011

Teori Latihan Dan Menciptakan Peran dalam Drama


Periode latihan dapat dibagi menjadi empat periode besar, yaitu:
1.     Latihan pembacaan teks drama
2.     Latihan blocking (pengelompokkan)
3.     Latihan action atau latihan kerja teater.
4.     Pengulangan dan pelancaran terhadap semua yang telah dilatih

    Latihan untuk aktor ini, berhubungan dengan pembinaan akting, blocking, crossing pemain, penyesuaian dengan teknis pentas, pemyesuaian dengan teknis pentas, dengan musik, sound system. Pembinaan aktor juga menyangkut teknik muncul, teknik menekankan isi. Teknik progresi dan teknik membina puncak.

Teori Rendra
Rendra mengemukakan sebelas langkah dalam menciptakan peran, yaitu

1. Mengumpulkan tindakan-tindakan pokok yang harus dilakukan oleh sang peran dalam drama itu.

2. Mengumpulkan sifat-sifat watak sang peran, kemudian dicoba dihubungkan dengan tindakan-tindakan pokok yang harus dikerjakannya, kemudian ditinjau, manakah yang harus ditonjolkan sebagai alasan untuk tindakan tersebut.

3. Mencari dalam naskah, pada bagian mana sifat-sifat pemeran itu harus ditonjolkan.

4. Mencari dalam naskah, ucapan-ucapan yang hanya memiliki makna tersirat untuk diberi tekanan lebih jelas, hingga maknanya lebih tersembul keluar.

5. Menciptakan gerakan-gerakan air muka, sikap, dan langkah yang dapat mengekspresikan watak tersebut di atas.

6. Menciptakan timing atau aturan ketepatan waktu yang sempurna, agar gerakan-gerakan dan air muka sesuai dengan ucapan yang dinyatakan.

7. Memperhitungkan teknik, yaitu penonjolan terhadap ucapan serta penekanannya, pada watak-watak sanga peran itu.

8. Merancang garis permainan yang sedemikian rupa, sehingga gambaran tiap perincian watak-watak itu, disajikan dalam tangga menuju puncak, dan tindakan yang terkuat dihubungkan dengan watak yang terkuat pula.

9. Mengusahakan agar perencanaan tersebut tidak berbenturan dengan rencana (konsep) penyutradaraan.

10. Menetapkan bussiness dan blocking yang sudah ditetapkan bagi sang peran dan diusahakan dihapal agar menjadi kebiasaan oleh sang peran.

11. Menghayati dan menghidupkan peran dengan imajnasi dengan jalan pemusatan perhatian pada pikiran dan perasaan peran yang dibawakan.

1 komentar:

  1. Mantap..Semoga bermanfaat bagi generasi muda yg memiliki bakat menulis naskah dan lakon..
    .

    BalasHapus